She's need a good girl to blow her mind

329 56 6
                                    


Sore ini mereka pulang lebih awal, Irene bawa sohibnya ke rumah. Niat biar bisa makan bersama, setiap hari makan ramen ya bosan juga.

Irene buka pintu, Seohyun ada di belakang, mulutnya sedikit bersenandung kecil. Keduanya reflek berhenti, saling tatap penasaran karena ada aroma masakan yang terasa lezat.

Seohyun lebih dulu buka sepatunya, lalu simpan jaketnya di sofa sembarangan. Irene modal memperhatikan.

“Mamamu lagi kursus masak ya?”

Penghinaan secara gak langsung. Irene angkat bahunya respon jawab, dia juga mulai buka sepatunya sementara jaket disampirkan ke bahu.

Seohyun karena terlalu penasaran jadi nyelonong duluan. Irene berdecih lihat kelakuan yang sudah sangat biasa dari Seohyun ini.

Tapi gak lama Seohyun kembali ke depan, duduk di sebelah Irene yang fokus di ponselnya.

“Ada cewek lucu di dapur. Siapa itu?”

Fokusnya teralihkan secara mendadak, Irene selipin lagi ponselnya kedalam saku celana. “Siapa?!”

“Ya gak tau bodoh. Makanya aku nanya.”

“Di dapur sama mama?”

Seohyun buang nafasnya capek. “Iyaaa, ayok ke dapur. Aku penasaran.”

Dih, Irene lihat Seohyun keanehan. Sementara Seohyun balas pake cengiran polosnya seperti biasa.

Irene segera bangkit dari posisi duduknya diatas lantai, tanpa sadar mereka berdua jalan sambil pegangan tangan. Seolah-olah apa yang bikin penasaran mereka sore hari ini adalah sesuatu yang berbahaya.

Begitu keduanya sampai di dapur, mereka malah diam membatu. Gak mengeluarkan suara apapun, bahkan jemari mereka masih menggamit erat.

Mereka yang Irene dan Seohyun perhatikan itu asik berdua. Gak menyadari adanya orang lain disini.

Tapi begitu cewek lucu yang Seohyun panggil itu membalikkan badan—Irene langsung tutup mulutnya tanda kaget pake sebelah tangannya yang bebas.

“Wendy??” kalimat ini keluar berupa desisan. Seohyun gak akan dengar tentunya.

Wendy gak bisa sembunyiin wajah kagetnya juga. Berarti hari ini dia rasain kagetnya dua kali. Wajah bisa disebut kaget, tapi matanya melirik tajam kearah tangan dua manusia di depannya yang masih saling menggamit.

Irene reflek lepasin tangan Seohyun yang kaget atas tindakannya.

“Ibu, itu anak ibu sudah datang.”

Tatjana langsung balik badan, dan tersenyum dengan ceria. Dia pegang bahu Wendy lalu diajak jalan ke depan anaknya yang masih kebingungan. Seohyun apalagi.

“Anak-anak, kenalin ini Wendy.”

'Sudah tau' kata hati manusia Bae ini jawab duluan.

Irene senyum sekilas, balas genggam tangan Wendy yang terulur kaya anak esde kenalan. Dan kemudian uluran tangan Wendy pindah ke Seohyun.

Beneran gaya bocah sekali mereka bertiga dibawah kendali Ibu Tatjana yang terhormat, huhu.

Seohyun disini memiringkan sedikit kepalanya ke sisi, bahkan setelah dia berhasil duduk di meja makan.

Sebelumnya Seohyun memang gak pernah bertemu langsung dengan Wendy. Dia tau rupa Wendy dari gambar di ponsel sohibnya beberapa bulan yang lalu.

Dan Seohyun nampaknya mulai paham kenapa Irene sedari tadi beri kode kedipan mata. Apakah cewe kue yang sibuk menata makanan ini Wendy yang selalu Irene sewa? Besar kemungkinannya adalah iya.

Paha Irene dapat pukulan kecil, dia menoleh cepat dan Seohyun geser duduknya jadi lebih dekat. “Itu Wendy kumiko?”

Bisikan Seohyun langsung dijawab dengan anggukan kepala.

Waduh, Seohyun jadi lebih diam dari sebelumnya.

Wendy dan Ibu Tatjana sekarang sudah bergabung di meja makan. Wendy cuma fokus di masakannya, gak terganggu sama tatapan Irene yang lihat dia intens.

“Ayo makan.”

Dengan senang hati, Seohyun walaupun sedikit bingung tetap ambil sendok dan garpunya gak sabaran. Aroma makanan ini sukses bikin dia kelaparan.

Tapi enggak dengan Irene. Dia gak mau sentuh makanan, jengah karena Wendy terus mengabaikan tatapannya.

“Mama kenal Wendy dari mana.” agak galak gitulho nadanya Irene ini.

Bahkan Seohyun yang awalnya sangat menikmati jadi berubah diam, Wendy juga melirik gimana ekspresi Irene, terus ke Mamanya.

“Memangnya kenapa? Biasanya kamu gak pernah perduli mama dapet orang dari mananya juga.”

“Tujuan mama memperkerjakan dia disini itu cuma buat ngurusin dapur atau jadi teman ngobrol pribadi?”

Pertanyaannya berubah, Tatjana heran sama sikap anaknya hari ini. Dan Wendy yang sekarang namanya jadi topik pembahasan pun sedikit gelisah.

“Dua-duanya. Habisin makananmu dan jangan banyak tanya lagi.”

Jawaban Tatjana gak bisa disebut kalimat final. Nyatanya Irene masih mau buka suara—dan Seohyun berhasil mencegah.

Gelengan kepala Seohyun yang penuh arti itu bisa Wendy lihat. Bahkan Irene langsung patuh untuk tutup mulutnya.

Luar biasa. Sedekat itu kah hubungan pertemanan antara Irene dan Seohyun? Sampai bisa memahami diri masing-masing.

Dan kenapa juga dia perduli kan? Wendy jadi geleng kepala dan hela nafas. Situasi begini malah mengingatkan dia ke Ibunya yang sendirian di rumah sakit.

Satu meja dengan orang baru kecuali Irene itu rasanya gak enak. Dia segan bahkan untuk suap satu sendok makanannya kedalam mulut pun rasanya gak enak.

Wendy mau pulang.

Habits (Wenrene) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang