Karena perintah Taeyeon bersifat mutlak. Solji dengan perasaan yang gak enaknya itu terpaksa beri instruksinya kepada Wendy.
Wendy sendiri gak bisa bilang enggak, padahal dia benar-benar butuh istirahat. Apalagi meninggalkan Ibu sendirian di rumah sakit itu selalu terasa ada beban yang mengikuti.
Dan beginilah akhirnya, Wendy ambil colanya dan di teguk kasar. Dia butuh kesadarannya supaya gak tidur di samping Taeyeon, didalam ruangan pribadi dengan bertumpuk-tumpuk album untuk di tanda tangani.
Sumpah ngantuk, total. Capek sekali.
“Kamu habis dari mana?”
Pertanyaan gak menatap dari Taeyeon, sementara tangannya masih asik mencorat-coret spidol hitam di albumnya.
Wendy gak langsung jawab, dia teguk sekali lagi colanya itu sampai habis.
“Aku baru pulang kerja.”
“Kerja?!”
Iya, dan anggukan kepala Wendy menjawab pertanyaannya malam ini.
Taeyeon buang nafasnya sambil memejamkan mata.
Enggak, malam ini dia gak boleh ngeluarin 1% pun emosinya di depan Wendy. Nanti beda cerita kalau dia mengeluarkan amarah. Yang ada Wendy berani balas omongannya, lalu suasana jadi ricuh dan gadisnya berakhir pergi.
Taeyeon harus belajar lebih banyak lagi dari yang sudah-sudah. Walaupun dia selalu ingin menjadi prioritas, tapi Wendy adalah tujuan utama.
“Kerja dimana? Kan kamu tinggal bilang ke Solji. Nanti juga dia kasih uang, berapapun yang kamu mau—atau memang kamu punya maksud lain.”
Wendy reflek bungkam, omongan Taeyeon nyaris tepat sasaran. Tapi sekarang dia harus rileks.
“Aku nyari suasana baru. Selamanya kita gak akan terus begini kan? Dengan begitu aku jadi punya antisipasi.”
Kekehan Taeyeon keluar begitu hampa, kata selamanya kita gak akan terus begini itu lumayan bikin dia ketakutan.
Jadi begini yah rasanya takut kehilangan, setelah gadisnya mungkin dapat rumah dari orang lain, yang bersedia untuk tinggal bersama. Dan bukan sekedar rumah kosong belaka.
Terus waktu mereka yang telah dilalui nyaris 10 tahun bersama-sama itu apa? Taeyeon yakin 10 tahun mereka punya ceritanya sendiri, di hati Wendy, di setiap harinya meski dia sadar sikapnya terkadang menyebalkan.
Lama mikirin persoalan itu semakin membuat pikirannya kacau.
Taeyeon simpan spidolnya, album dibiarkan terbengkalai dan dia mulai tarik tubuh Wendy sampai sukses terduduk di pangkuannya.
Berat bro, kayaknya akhir-akhir ini Wendy naik beberapa kilo. Senang ya?
Sementara Wendy masih bungkam, posisi koala yang jadi favoritnya setiap berkunjung ke rumah Taeyeon mendadak terasa aneh.
Ini gak senyaman waktu kemarin, gak se menyenangkan seperti biasanya juga. Harusnya dia menikmati waktu berdua mereka, tapi malam ini entah kenapa perasaannya campur aduk.
Dan Taeyeon dengan pandangannya gak pernah lepas dari wajah lucu Wendy ini belum mengeluarkan satu patah katapun,
Lengannya melingkar santai di pinggang Wendy, dan alunan musik lembut masih terdengar.
Taeyeon buang nafas, beralih mendekatkan wajahnya kearah leher Wendy dan kecupan halus dari bibirnya jadi sentuhan pertama untuk hari ini.
Jemari Wendy reflek masuk kedalam rambut si kakak dari belakang—ditarik sedikit sampai Taeyeon kembali ke posisi semula.