“Kamu gak keberatan kan?”
Suara Tatjana masuk lagi setelah dua jam mereka terjeda karena urusan masing-masing.
Wendy geleng kepala lalu tersenyum sambil lepasin ikatan rambutnya dan jalan kearah dapur untuk ikut duduk bersama Tatjana.
Seohyun pergi tepat jam 6 sore. Langit cerah seketika semenjak pagi, tapi hawanya masih tetap panas bahkan ketika langit berubah gelap.
“Aku gak keberatan, lagipula ibuku di rumah memang sudah mendingan.”
Oh, lega sekali rasanya Tatjana dengar jawaban itu dari mulut Wendy.
Pada apa yang Tatjana rasakan sekarang, juga bersamaan dengan apa yang Wendy rasakan sekarang. Keduanya merasa semakin dekat, Tatjana bisa lihat Wendy seperti anaknya sendiri. Tapi Wendy tetap merasa dia itu orang lain.
Nyaman yang gak berlebihan. Ya, Wendy nyaman karena Tatjana selalu baik seperti Ibunya. Wendy juga mulai sedikit lupa adanya Taeyeon di dunia ini.
Kabar bagus? Entah. Terkadang Taeyeon memang gak mau menghilang gitu aja karena tergerus arus waktu yang Irene dominasi setiap hari.
Wendy ambil satu kacang almond yang Tatjana sediakan diatas piring. Sementara yang lebih tua itu nampak diam memperhatikan.
Mereka jadi saling memperhatikan, Wendy reflek tersenyum kecil, Tatjana balas pake senyuman juga.
“Wendy.”
“Iya, ibu. Ada apa?”
“Terimakasih kamu sudah mau rawat anak saya.”
Senyum Wendy semakin lebar, “Sama-sama. Bukan pekerjaan berat juga.”
Yah,Wendy suka ketika ngobrol santai berdua seperti sekarang. Dan gak usah heran kalau dia bakal ngeluarin semua ekspresi senangnya ke depan seseorang yang menurutnya bisa bikin nyaman.
Tatjana ikut senyum malam begini, hujan kembali jauh diatas sana. Angin bawa atmosfer lain kedalam rumah. Bersama Wendy yang selalu terlihat menggemaskan.
“Wendy,”
Oke, kali ini suara Tatjana yang lebih serius keluar. Lantas Wendy ambil dua kacang almond cuma buat di pegang. Dan beralih tatap ke depan fokus sekali.
“—sudah seberapa dekat kamu sama Irene? Saya tau kalian berdua pasti lagi punya masalah. Irene bilang dia gak mau lagi ada kamu disini, saya sudah dengar dari sisi anak saya. Sekarang saya juga mau dengar dari sisi kamu. Boleh?”
Wendy mendadak pening, satu meja bersama Tatjana bukan favorit. Karena pasti obrolannya selalu punya beban yang berat.
Deheman Wendy keluar sedikit. Duduknya jadi lebih rapi dan dia gak berani menatap wajah Tatjana lagi.
“Ibu, maaf. Aku bahkan gak tau kenapa Irene marah sekali.”
Kepala Tatjana reflek miring ke sisi. “Semenjak dia pulang dari supermarket tanpa kamu. Kondisinya mulai down. Puncaknya mungkin hari ini, setelah dia gak bisa atur pola tidurnya sendiri.”
Maaf dulu, disini Tatjana gak menyudutkan atau menuduh apapun perihal kondisi anaknya yang jatuh sakit. Wendy juga pasti tau dari nada bicara Tatjana yang masih bisa dibilang kalem tanpa mengubah intonasi nada.
Tapi Wendy mendadak gak suka sama alur cerita hari ini. Dua kali dia duduk sama orang yang pastinya ada di pihak Irene secara penuh. Rasanya gak enak, serasa kena sidang dadakan.
“Dan sejauh mana Irene cerita soal aku ke ibu Tatjana?”
Hela nafas Tatjana keluar halus, sekarang keduanya sama-sama memandangi wajah yang mulai serius.
“Sampai kamu pernah di sewa anak saya jadi pacar sewaan.”
Jemari lentik Wendy sedikit tutup mulutnya pake tatapan kosong. Kaget luar biasa—ternyata marahnya Irene karena dia lebih memilih ikut Taeyeon itu sampai bisa bongkar identitas sesungguhnya ke orang lain.
Jujur aja Wendy belum siap kalau menghadapi ini sendirian. Wendy butuh Irene juga, biar dia gak disalahkan satu pihak.
Semua orang selalu perduli Irene, semua orang menuntut dia untuk lebih peka segala macem. Sementara dia sendiri gak ada yang perduli kondisinya gimana. Gak ada yang menanyakan dia baik-baik aja atau enggak.
Gak adil. Karena Irene sendiri selalu minta untuk jadi prioritas, padahal kalau manusia itu bisa sedikit bersyukur; semua orang terdekatnya selalu menjadikan dia prioritas diatas prioritas.
Jadi pertanyaannya sekarang, adakah Irene untuk dituntut memprioritaskan orang lain? Jawabannya tentu gak ada. Manusia instant itu terlalu egois menurut Wendy. Sama seperti Taeyeon.
“Iya, aku memang pernah jadi gadis sewaan. Dan aku ketemu sama Irene waktu aku masih kerja di sana. Kejadian waktu di supermarket itu terlalu mendadak. Aku dibawa sama penyewaku yang pertama sebelum Irene. Yah, mungkin dari situ Irene jadi marah.”
“Kenapa Irene harus marah? Memangnya hubungan kalian sudah sampai mana?”
That's it! Itu pointnya. Garis besarnya ada di pertanyaan si induk.
Terima kasih Tatjana yang selalu bijak. Karena berkat pertanyaan itu—Wendy jadi sadar kalau harusnya dia gak semestinya disalahkan Irene seperti tadi pagi.
Isi kepala Wendy langsung tersentak. Langsung sadar.
“Aku gak tau kenapa Irene jadi marah. Dan kita juga gak terikat hubungan apapun. Kan kalau sama ibu Tatjana aku terikat pekerjaan. Tapi kalau sama anak ibu—kita gak ada ikatan atau hubungan apapun.”
Berarti ini fix, Irenenya yang aneh karena terlalu bawa perasaan.
Setelah lama mencerna, Tatjana kemudian kasih gadis poni lucu itu senyuman kecil, ada malu-malunya sedikit.
Salah satu kekurangan Irene selain dia terlalu fokus kerja ya ini. Anaknya itu selalu ikutin satu garis lurus di kepalanya yang menurut dia itu paling benar tanpa mau bertanya ataupun konfirmasi terlebih dahulu.
Sekarang ini Tatjana juga jadi ragu soal omongan anaknya tiga hari yang lalu yang bilang kalau Wendy itu gak akan pernah bisa kerja berat. Wendy bakal balik lagi ke kerjaan awalnya dan Wendy yang sudah tidur sama siapa aja.
Karena buktinya—Wendy masih bertahan disini. Bahkan bersedia kerja lembur demi kesembuhan anaknya.
Itu sih sudah lebih dari cukup untuk membuktikan kalau Wendy beneran mau ada perubahan di dalam hidupnya.
Tangan Tatjana menjulur ke depan. Pegang telapak Wendy yang terasa hangat dan kenyal. Bahkan Wendy dapat usapan lembut di punggung tangannya dari jemari Tatjana halus sekali.
“Wendy, maafin anak ibu ya kalau dia bikin kamu susah.”
Wendy geleng keras, beralih dia balas usapan halus jemari Tatjana hati-hati.
“Enggak apa-apa ibu. Kan aku di bayar buat meringankan tugas ibu Tatjana.”
Waduh, sopan sekali. Manis pula.
Dan mereka berdua berakhir pasang senyumnya yang paling cantik.
Harus diketahui juga, bahwa bertindak jujur itu gak selamanya merugikan. Dalam konteks ini memang lambat laun pasti Tatjana akan tau. Jadi—semua ini tergantung pada waktu.
Sekarang atau nanti pun sama aja.