Wendy ketemu puncaknya setelah satu minggu lepas dari prosesi pemakaman Ibunya.
Nangisnya gak bisa berhenti, Tatjana yang setiap hari ada di rumah kadang bingung harus pake cara dan metode apa lagi supaya Wendy gak nangis lagi.
Wendy mulai rasain gimana rasanya kekosongan dan kebingungan ditinggal sendirian tanpa ada keluarga lain.
Dan hari ini Wendy kembali mengeluarkan air matanya didepan Tatjana. Posisi mereka ada diluar rumah, tanpa Irene yang katanya sibuk ngurus proses pemberhentian kerjanya di Miguel.
Tatjana hela nafas, dia ambil lagi selang yang Wendy jatohin tadi tanpa di sengaja. Kemudian Tatjana rangkul bahu Wendynya lalu tangan keduanya sama-sama pegang selang untuk melanjutkan kegiatan menyiram tanaman.
“Ibu tau kamu pasti sedih sekali, tapi kamu harus bisa bangkit Wendy. Karena gak selamanya kamu bakalan terus begini kan? Kamu harus ikhlas.”
Wendy usap kasar lagi matanya yang basah, satu tangannya lagi ada digenggaman Tatjana erat sekali. Saling menyiram tanaman dari kanan ke kiri secara menyeluruh.
“Aku bingung harus gimana dan ngapain setelah ini. Setelah ibuku gak ada, aku bingung.”
Kehilangan tujuan hidup setelah ditinggal orang yang paling kita sayangi memang wajar. Tatjana ngerti sekali.
“Kamu jangan kemana-mana, kamu disini aja. Disini kan ada Irene, ada ibu juga.”
Kepala Wendy langsung geleng, “Aku gak bisa lama-lama disini, ngerepotin ibu Tatjana. Setelah ini aku mau pulang aja.”
Tatjana gak menggubris lagi, keduanya beralih diam.
Irene bilang—Wendy sedang ada di fase lima tahap kesedihan. Tatjana gak bisa menebak sekarang Wendy ada di nomor berapa. Semuanya tampak sama, perasaan dan sikap Wendy setiap harinya selalu melankolis.
Kasihan, sebatang kara dan putus asa. Kalau Tatjana ada diposisi Wendy yang sekarang, dia juga pasti akan mengeluarkan semua perasaan sedihnya didepan semua orang.
Dan sekarang, mengajak Wendy melakukan hal-hal kecil ini lah satu-satunya cara Tatjana untuk menghibur.
Lamunan Wendy seketika selalu berubah menjadi tangisan, dan kalau terus didiamkan tanpa hiburan—Tatjana takut sekali Wendy jadi semakin terpuruk.
Lho kok perduli? Ya karena memang Tatjana perduli. Dan anggap aja disini Tatjana menggantikan peran Irene untuk Wendy.
Supaya Wendy gak merasa kurang perhatian, sedangkan Irene terlalu sibuk. Mereka gak akan bisa minta sedikit waktu manusia itu ketika satu urusannya belum selesai secara sempurna.
Tatjana mulai mematikan saluran air, kemudian selang yang Wendy pegang itu langsung Tatjana ambil dan dibereskan seperti semula.
“Kita kedalam yuk. Disini sudah mulai panas.”
Wendy gak bicara apa-apa lagi, dia pasrah waktu Tatjana tarik tangannya secara halus untuk diajak kedalam rumah.
“Ibu, maafin aku ya.”
“Gak usah minta maaf, kamu juga sudah ibu anggap seperti anak ibu sendiri.”
Tatjana pasang senyumnya yang paling anggun. Yang paling hangat dan yang paling menenangkan khas seorang Ibu. Sambil terus jalan kedalam rumah, mereka selalu berdempetan.
;
Sulit dipercaya dan gak habis pikir.
Hari ini Seohyun harus menerima kenyataan kalau seperempat hidupnya mulai selesai dengan tugas di Miguel.