Berhubung hujan dari kemarin,
Dan tepat dihari ini—sebelum Irene pergi ke kota seberang, dia ajak Wendy dan si Mama merilekskan diri.
Onsen jadi pilihan yang tepat. Tatjana gak ikut gabung untuk berendam di air panas dan lebih milih pijat refleksi khas jompo.
Private room, bener-bener berdua. Ya wajar kan, sejoli. Lagipula mana mau Wendy gabung mandi di air panas sama orang lain, Irene pun gak akan mungkin membaur dan kasih lihat tubuh telanjang gadisnya ke orang asing.
“Kamu tadi beli bir kaleng kan diluar sebelum masuk kesini?” Wendy mulai membuka percakapan.
Kepala Irene ngangguk, rambut keduanya cepolan, dan posisi Wendy ada disudut. Didepannya ada Irene, sengaja menghimpit seolah protektif.
“Iya, kenapa? Kamu mau?”
“Mau,”
Irene pasang senyum tipisnya, “Aku ambilin ya?”
Tawaran Irene langsung dapat respon gelengan kepala si pacar. “Gausah, biar nanti kalau selesai mandinya aja kita minum itu.”
“Siap sayangku cintaku.”
Waduh,
Tau? Wajah Wendy berubah freak, sedikit meringis dan tahan ketawanya sekilas didepan Irene yang mukanya berubah merah.
Boleh taruhan cerita sih untuk yang ini, karena cuma hari ini aja Wendy dengar panggilan lain dari Irene.
Ya memang manis, dan kalau ditanya Wendy suka atau enggak? Jawaban mutlak pasti suka sekali.
Cuma memang—ini terdengar baru dan awkward karena Irene itu manusia super kaku dan boring.
“Memangnya kamu cinta sama aku?” entah, Wendy gatel aja pengen tanya ini. Gapapa kan?
Walaupun sebenarnya Wendy gak butuh kata cinta dari Irene. Karena ya Wendy puas sama tanggung jawab Irene sampai detik ini. Tapi tetap sih, akhirnya penasaran juga.
“Menurut kamu?”
Irene turunin dua tangannya kedalam air, lalu merambat halus usap pinggang gadis hamster nya sambil menikmati wajah lucu Wendy didepannya.
“Ya gak tau, kalau aku jawab kamu cinta sama aku, nanti aku yang kepedean.”
“Lho, kamu gak percaya aku cinta sama kamu?”
Bahu Wendy terangkat sekilas, reflek menguap lebar tahan ngantuk nya sendiri.
Sementara Irene hela nafas, wajahnya sedikit maju dan pipi Wendy dapat ciuman lagi setelah tadi Irene nyaris habisin seluruh wajahnya pake ciuman bertubi-tubi.
Wendy tahan bahu Irene, dia merengut geli dan suara tawanya keluar manis sekali.
“Aku bingung mau ngomong apa soal perasaanku ke kamu, tapi yang jelas—inti dari segala inti. Aku sayang sama kamu. Jadi, mari saling jatuh cinta, dan mari hidup bersama selamanya.”
Disini sorot mata Irene bener-bener tulus, intens dan serius. Pipi Wendy ditangkup lumayan kuat, bahkan sedikit ditepuk juga tadi.
Wendy masih bungkam, pandangannya berubah hangat. Uap dari air panas disini lumayan mengganggu, tapi dia bisa lihat dengan jelas gimana rupa seorang Irene Bae hari ini. Bersih, cantik dan dewasa jadi satu.
Tersentuh dengan kalimat tadi ya? Wendy wajahnya memerah bahkan karena terlalu tersipu.
Dan kita semua harus tau bahwa—Wendy gak pernah dapat momen manis begini bersama Taeyeon. Irene serba pertama kalau masalah hati dan perasaan.
Wendy kemudian berdehem, dan tangkupan Irene diwajahnya terlepas.
“Dari kapan kamu cinta sama aku?”
Irene sok mikir kan, matanya muter kesana kemari bikin jengkel yang nanya. Tapi Wendy masih menunggu jawaban.
“Dari semenjak aku lihat foto kamu di kumiko.”
“Yaelah suka karena tampang dong kalau begitu.”
“Ya bohong kalau aku suka kamu karena kamu bawel.”
Wendy terkekeh lucu, Irene balas pake cengiran polos.
Irene tarik dua tangan Wendy dan mereka berpindah posisi jadi agak ketengah. Airnya mulai ribut karena pergerakan mereka, saling lempar cipratan air dan tawa mereka lepas sekali hari ini.
Sedekat aroma dengan nafas.
Sedekat musik dengan bibir.
Sedekat insomnia dengan kenangan.
Sedekat bahu dengan pelukan.
Dan sedekat mimpi dengan mata,
Tetaplah dekat denganku.
Sesungguhnya Irene gak bercanda dengan kalimat mari hidup bersama selamanya.
Irene gak perduli Wendy mau anggap itu serius atau enggak, karena bagi Irene—yang bisa menggetarkan hatinya ketika dia berucap demikian ya cuma Wendy.
Tatapan Wendy yang selalu melembut dan hangat. Juga sentuhan Wendy yang selalu terasa halus dan menenangkan, Irene butuh itu semua sampai akhirnya dia gak akan butuh apapun lagi di dunia ini selain Wendy.
Itu kalimat berat dan panjang. Jujur Irene gak akan sanggup bicara kalimat rumit itu didepan gadisnya. Irene selalu kalah duluan, karena rasa sukanya yang keterlaluan.
Jadi hari ini judulnya merangkai perasaan supaya tersampaikan lewat tatapan mata, dan berhasil. Wendy gak pernah salah menangkap sinyal dari tatapan Irene.
Yah—yang begini memang harus dirayakan pake ciuman.
Bahkan lengan Wendy sudah mengalung santai dileher Irene sedari tadi.
Lidah saling melumat, dan rongga mulut dijilat habis. Ciuman Irene berpindah ke leher, erangan Wendy reflek keluar bersamaan dengan pejaman matanya yang tertutup rapat.
Bokongnya dapat remasan dari tangan Irene, tubuh Wendy bergetar didalam air. Dia biarin Irene cium semua apa yang dia mau, semakin lama dan semakin dalam. Sampai ciuman Irene berubah agresif, bahkan nafasnya memberat tanda Irene minta lebih.