Dan untuk pertama kalinya, Wendy rasain gugup yang luar biasa.
Bahunya harus lebih tegap dan kokoh dari kemarin, gak boleh melamun dan harus gesit. Ini fase kehidupan sesungguhnya. Kerja yang banyak ngandelin tenaga, bukan wajah untuk dinilai seberapa cantiknya kamu.
“Nanti ini ditata didepan ya, pastiin bakinya sudah bersih.”
Arahan sederhana dari rekan kerja, Wendy lantas mengangguk dan jalan ke depan sambil bawa baki makanan.
Sekolah internasional—yang dari semenjak dia masuk ke gedung ini untuk interview satu minggu yang lalu aja sudah terasa mahalnya biaya sekolah disini itu seperti apa.
Semuanya harus serba bersih dan higienis, Wendy rasa dia dan rekan kerjanya kekurangan personil. 3 orang untuk handle semua kerjaan dari pagi sampai beres masih gak masuk akal.
Tapi katanya memang pihak sekolah masih proses perekrutan karyawan baru. Yah semoga segera dapat, supaya kerjaan mereka bisa lebih ringan.
Berat ya? Mungkin ini cuma Wendy aja yang rasain. Dia terbiasa kerja tanpa keringat, sekalinya dikasih kerjaan yang lain malah hampir bikin dia trauma karena terlalu capek.
Lagi-lagi Habits yang jadi masalah.
Wendy ambil tissue di saku celananya a untuk lap keringat, dia tahan oksigen didalam mulut sampai pipinya mengembung lucu, lalu dibuang perlahan sambil hitung mundur waktu istirahat tiba.
Dan bunyi bel kemudian berbunyi nyaring. Wendy sudah siap sama alat tempurnya, capitan dan sendok yang ukurannya lebih besar dari ukuran normal.
“Anak-anak biasanya minta lebih lauk yang mereka suka. Langsung kasih aja ya, biar gak macetin antrean.”
Krystal yang baik dan selalu mengarahkan ini ada disebelah kanan, dan di sebelah kirinya ada cowok ganteng yang gak terlalu banyak ngomong. Jaehyun.
“Harus aku kasih berapa kalau mereka minta lebih?”
Krystal memulai untuk antrian pertama, Wendy semakin erat pegang capitan nya dan Jaehyun cuma melirik Krystal yang berhasil taruh mash potato di tempat makan anak antrian pertama.
“2 aja cukup. Katsu selalu jadi favorit.”
Wendy senyum dibalik maskernya, anak antrian pertama tentu aja gak akan bisa lihat gimana mimik Wendy.
“Thank you.” ya, kata sederhana dari anak kelas 4 sekolah dasar karena Wendy berhasil kasih dia satu potong katsu nya dengan kacang polong juga wortel dari Jaehyun.
Hey. Ini gak semenakutkan dengan apa yang semalaman penuh Wendy pikirin di rumahnya menjelang tidur kemarin.
Dia terlalu banyak takutnya untuk lakuin hal-hal baru. Dan itu mungkin wajar.
Gak begitu lama sampai ternyata antrean yang tadinya lancar berubah macet. Satu orang anak laki-laki terpaku didepan Wendy.
“Come on Abraham. Kamu udah dapat katsu nya. Kasihan temanmu yang lain.” ini Jaehyun yang baru bersuara kalau kesabarannya berhasil diuji.
Wendy jadi saling tukar pandangan dengan Krystal yang langsung angkat bahunya, gesture gak tau juga apa yang anak ini pandangi di wajah Wendy. Bahkan yang bisa mereka lihat cuma garis mata Wendy aja.
“Ab, she's look like your mama.”
Kaget kan, iya.
Bisikan yang gak bisa disebut bisikan itu berhasil keluar dari teman perempuan anak yang Jaehyun panggil Abraham tadi.
Respon Wendy apa kalau gitu? Gak ada yang aneh. Cuma diam aja bahkan sampai antrian ini bisa gerak kembali.
Dan name tag di baju anak itu berhasil Wendy baca dengan jelas. Nama Abraham Bae tercetak pas di baju sekolahnya yang bagus.