Dice

815 90 15
                                    



Alis Irene mengkerung serius, mimiknya datar tapi bola matanya lincah lihat profil satu talent bernama Wendy.

Gadis yang cantik,

Cantik sekali bahkan.

Jempol Irene menempel lama di layar handphone tepat di wajah Wendy. Seolah malam ini dengan satu gambar luar biasa cewek kue, dia mendadak lupa jalan pulang.

Seohyun memang gak pernah salah kalau kasih saran, semuanya memuaskan.

Perlu di ingat juga ya tapi, tujuan utama Irene unduh Kumiko bukan untuk hal yang kotor dan kriminal. Semuanya pure karena ingin pemanasan dalam menjalani hubungan dengan orang lain selain Seohyun.

Irene sedikit membenarkan posisi duduknya jadi lebih menyender di kursi mobil, ac menyala dan lantunan dari nyanyian suara Lee Hi yang seperti lullaby masih terdengar.

Jadi lebih nyaman dan rileks, Irene senyum sekilas, foto Wendy masih disana dan hasrat untuk menjadikan Wendy sebagai pacar sewaan semakin meletup-letup.

Oh, Irene ingin yang seperti ini satu hanya untuk waktu malam.

Bayangkan sedikit aja suaranya gimana, senyum Wendy yang nyata di depan wajah juga mulai terbayang.

Wah, asyik ya di kelilingi delusi sendiri.














;

Dan kemudian untuk malam selanjutnya—Irene jadi lebih gugup, jemari yang gemetar kecil menandakan dia gugup, sedikit tapi bikin sesak.

Duduknya gelisah di dalam cafe kecil, sendirian tanpa Seohyun itu aneh. Dia gak pernah sengaja keluar dan jalan sendiri untuk alasan me time, gak ada waktu karena terlalu sibuk sebagai forensik. Uang itu lebih dari segalanya jadi alasan paling masuk akal.

Ya pokoknya ini pengalaman pertamanya keluar rumah tanpa Seohyun. Walau ada rasa aneh sedikit tapi gapapa, selow.

Tapi aneh, plis. Dia berdebar, dada rasanya penuh dan ruangan luas ini setiap detiknya jadi menyusut.

Gak, Irene bukan anti sosial, dia gak se aneh itu.

Mungkin ini karena sebab dia duduk di cafe ini. Bukan tanpa alasan Irene begini kan, semuanya bermotif dan Wendy jadi salah satu alasan dia yang paling kuat.

Irene ingat proses pemilihan talent yang lumayan berbelit dari pihak Kumiko lewat sambungan telepon.

Harusnya gak usah banyak konfirmasi dari berbagai pihak cuma buat sewa Wendy.

Mereka seperti mengecualikan Wendy. Irene aja bingung kenapa isi dari keterangan Wendy gak se-detail talent yang lain. Untuk talent lain punya banyak ulasan dan rating lebih dari ratusan bahkan ribuan orang.

Tapi Wendy gak punya ulasan apapun dari siapapun, ada rate dari dua orang dan itu cukup aneh bagi Irene karena Wendy bisa masuk kelas tinggi tanpa testimoni dari siapa-siapa.

Like????

Malam itu kepala Irene penuh tanda tanya.

Hallo selamat datang di Kumiko rental. Jasa sewa pacar dan family untukmu. Sudah pilih mana talent yang kamu mau?”

Irene diam dulu sebentar, handphone nya masih menempel di kuping dan kaca jendela mobil yang awalnya terbuka lebar perlahan naik keatas dan akhirnya tertutup.

“Saya mau sewa pacar untuk hari-hari tertentu bisa?”

“Bisa sekali, sudah pilih talent pria nya mbak?”

“Oh, nggak. Saya gak mau talent cowok. Saya maunya perempuan. Bisa kan?”

Kali ini pihak Kumiko nya yang loading. Sampai Irene bisa kedip mata tiga kali baru di jawab.

“Bisa. Boleh di tunjukan mana talent pilihannya? Ini untuk persetujuan ke talent nya langsung ya mbak, soalnya ada beberapa talent kita yang masih punya kontrak dengan customer tertentu dalam waktu lama.”

“Oh? Bisa di kontrak juga talent nya?”

“Bisa mbak.”

“Kalau boleh tau, tarif sewa per jam nya itu berapa ya?”

“Untuk tarif sewa talent kita per 2 jam nya itu 500K mbak, gimana?”

“Ooh, yaudah saya mau talent yang namanya Wendy kalau gitu.”

Dari situ Irene dengan orang Kumiko mulai debat halus. Irene maksa pengen Wendy tapi yang disana juga kekeuh menghalangi.

Ada apa ini woy, kenapa susah sekali lho.

Sampai mungkin dari pihak Kumiko angkat tangan dengan omongan Irene yang susah di jawab karena Irene orangnya pinter ngomong.

Akhirnya pihak Kumiko beri izin dengan satu syarat yaitu Irene harus kirim vidio pendek maximal 5 detik cuma buat bilang hallo dan perkenalan, juga—data diri biodata beserta profesi dan slip gaji dia sebagai dokter forensik.

Gila, pikir Irene ini sudah ngawur. Tapi ya tetap dia turutin semua syarat itu.

And yeay! Wendy berhasil dia sewa walau cuma buat 2 jam.

Irene ketawa kecil kalau inget kejadian kemarin, dan hari ini tepat di malam minggu dia duduk demi nungguin Wendy datang dan duduk bareng di seberang meja dengan senyuman halus.

Hatinya gak pernah merasa sesak penuh seperti sekarang. Pelipisnya bahkan berkeringat. Irene masih gak percaya dia punya pacar, ya walau pacar sewaan dan cuma punya waktu 2 jam.

Sebagai permulaan ya waktu 2 jam itu lebih dari cukup kok.

Habits (Wenrene) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang