Pemandangan yang cukup mengharukan yang bisa Key Kibum lihat hari ini. Karena akhirnya tuannya bisa lihat kembali wajah gadisnya sedekat itu.
Entah dari kapan Wendy ada di rumah Taeyeon, bahkan gadis itu bisa membantu Taeyeon buka syal bulunya yang melilit di leher. Kemudian anting yang Taeyeon pakai pun Wendy yang lepasin.
Key gak bereaksi ketika Wendy menatap kearahnya. Lalu Key melenggang pergi keluar setelah ya—mungkin pekerjaannya untuk hari ini sebagai manager solois Kim Taeyeon selesai.
Pelipis Wendy dapat ciuman halus. Taeyeon pasang senyumnya yang paling hangat, dan belahan bibir Wendy menyambut ciuman selamat datang dari Taeyeon.
Wendy terlalu diam untuk ciuman ini, gak ada balasan seperti hari kemarin. Penyebabnya karena dia terlalu sedih. Ibunya di rumah sakit sendirian, dan dia butuh biaya untuk itu semua.
Soal janjinya yang masih belum bisa dilaksanakan demi Ibunya.
Ciuman mereka lepas, Taeyeon sedikit remas pinggul gadisnya dan lengan Wendy masih betah melingkar di leher Taeyeon.
“Kamu terlalu banyak investasiin uangmu di kak Solji. Aku jalanin tugasku untuk kumiko, makanya aku ada disini.”
Tubuh mereka mulai bergerak kecil ke kanan dan kiri, Taeyeon lekat menatap kedalam bola mata Wendy.
“Ada waktu satu jam sebelum Ravi pulang. Mau temenin aku makan?”
Tentu aja Wendy ngangguk. Karena gak bisa menolak juga sih, takut Solji marah lagi.
Taeyeon duduk rapi, biarin Wendy mempersiapkan makanan mereka tanpa ada niat membantu.
Pemandangan punggung Wendy dari belakang jadi objek yang Taeyeon lihat. Wendy terlalu manis di pertemuan mereka kali ini setelah insiden itu. Blouse langsungan diatas lutut, floral dan berwarna mint. Cuma orang bodoh yang gak bisa lihat gimana cantiknya manusia ini.
Apalagi poni lucu Wendy yang selalu jadi favorit, meski senyumannya sedikit berkurang. Taeyeon gak ambil pusing.
Wendy selesai dengan tugasnya, sekarang dia ikut duduk saling hadap. Sementara Taeyeon mulai asik sama makanannya, dan Wendy masih diam seperti biasa.
“Kabarmu gimana kak?” walau agak telat pertanyaan ini ditanyakan, tapi gapapa. Gak masalah.
“Lebih baik setelah kamu ada disini.”
Wendy sedikit angkat ujung bibirnya sekilas, entah kenapa semua omongan manis Taeyeon seakan mental, gak masuk kemanapun. Baik itu ke hatinya apalagi kedalam kepala.
Di pandangannya yang terlihat sayu itu Wendy bermonolog sendiri, mempertanyakan kenapa Taeyeon selalu ingin menjadi orang yang di prioritaskan.
Wendy membandingkan dengan Irene, dan maaf kalau lancang. Karena Irene gak begitu orangnya. Meskipun itu kewajibannya yang di beri Kumiko. Nyatanya bersama Irene—Wendy merasa dihargai.
Sekilas Wendy gelengin kepala, lalu ambil tissue basahnya didalam tas. Taeyeon memperhatikan setelah dia rasa perutnya mulai kenyang dan hasrat untuk menghabiskan makanan pun hilang.
“Wendy.”
“Ya,”
Taeyeon berdecak, ambil paksa tissue basah yang masih Wendy pake itu dan di lempar ke sisi. Disini Taeyeon paling gak suka kalau lawan bicaranya memecahkan fokus.
Dan Wendy gak bereaksi apapun, dia cuma lihat tissue nya pake tatapan datar.
“Siapa cewek itu.”
“Siapa?”
“Siapa dia yang bisa ambil waktumu belakangan ini. Kamu selalu sibuk, selalu banyak alasan.”
Oh, Wendy agak takjub sekarang.
Coba kasih tau sekarang ini hari apa. Biar dia ingat dan catatan di memo dengan keterangan; selama 9 tahun, baru kali ini Taeyeon perduli soal kesehariannya.
“Aku sibuk kerja, kamu pasti tau dari Solji.”
“Kerja buat apa? Aku bisa kasih kamu uang, bahkan rumah. Tapi kamu selalu balikin lagi semua yang udah aku kasih.”
Kepala Wendy kali ini sedikit miring ke sisi, poninya dibiarkan jatuh berantakan. Sementara tangannya melipat rapi diatas meja.
“Yang aku mau itu rumah beserta kamu didalamnya. Kalau gak ada kamu ya buat apa aku terima rumah kosong, cuma buat jadi bahan ungkitan kamu aja kah? Selama ini aku kerja, bukan jadi pengemis.”
Jemari Taeyeon langsung dipakai sisir rambutnya yang panjang, hela nafasnya keluar. Wendy mulai berani menatap balik, berani jawab setiap omongannya. Taeyeon gak suka.
Wendy yang selama ini dia kenal itu bentukan mentalnya gak begini. Taeyeon lebih suka Wendy yang penurut dan selalu bilang maaf walau dia gak salah.