Bab 27

6.2K 265 6
                                    

Haiii-haiii Lipoper's 🍭

Author udah UP lagi dong yaa! 😉

Jangan lupa selalu tinggalkan jejak! Okay?! 🙌🏻😊

Gimana nih kabarnya? Baik dan sehat kan? Alhamdulillah 💛😇

Happy Reading All 🌸

.・。.・゜✭・.・✫・゜・。.

Hari ini adalah hari yang dimana Ustadz Fadli akan menyampaikan niatnya untuk mengkhitbah Diba. Sahabat dari Almeera itu sampai sekarang belum mengetahui bahwa dirinya akan di khitbah oleh saudara angkat Gus Zayyan tersebut. Mereka sengaja untuk tidak memberitahu Diba mengenai hal itu dengan alasan yaitu sebagai suprise.

Saat ini di dalam ndalem berisikan beberapa orang. Yaitu, Kiyai Zai, Nyai Azizah, Gus Zayyan, Ustadz Fadli, Almeera, Diba, dan juga Kiya. Ke-tujuh orang tersebut sedang duduk serius.

Diba yang sedari tadi tidak mengerti apa-apa, berbisik kepada Almeera karena tidak paham dengan situasi saat ini.

“Meera, kita ngapain di sini? ” bisik Diba yang duduk di samping Almeera.

Almeera yang merasa pendengaran menangkap sesuatu, menoleh kepada Diba dan kemudian berbisik.

“Diem, liat aja. Hus, diem ya! Nanti kita di marahin kalau ribut! ” bisik Almeera.

Sementara Kiya, tak henti-henti nya memandang wajah Ustadz Fadli yang berada di hadapan mereka sekarang. Wajah Ustadz tersebut sangat tampan di mata Kiya, tapi jika di bandingkan dengan Gus Zayyan, suami dari Almeera itu tetap pemenangnya. Gus Zayyan tampan berwibawa!

“MasyaAllah, seperti nabi Yusuf! ” ucapan itu langsung terlontar dari mulut Kiya.

Semuanya mendengar ucapan gadis itu, mereka menatap Kiya dengan serentak. Kiya yang kaget dengan tatapan mata dari Kiyai Zai, Nyai Azizah, Gus Zayyan, Ustadz Fadli, Almeera, serta Diba itu langsung mengernyit dahi. Heran? Iya heran dengan mereka kenapa menatapnya seperti itu.

“A-ada apa? ” Kiya gelagapan.

Diba langsung memukul pelan lengan Kiya. Kemudian Diba berbisik.

“Ucapan kamu ngawur! ” bisiknya.

Kiya mengernyit dahi lagi. Ucapannya ngawur?

“Hah? ”

“Sudah-sudah! ” tegur Gus Zayyan. Keduanya diam seketika. Kalau sudah Gus Zayyan yang berbicara, mulut ini serasa menutup rapat erat-erat tak ingin mengeluarkan suara.

“Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarokatuh. ” ucap Ustadz Fadli memulai.

“Wa'alaikumussalam warohmatulohi wabarokatuh. ”

Ustadz Fadli menatap Diba sejenak, kemudian beralih kepada Kiyai Zai dan Nyai Azizah.

“Saya akan menyampaikan maksud dan tujuan saya mengumpulkan kita semua di sini. ” ucap Ustadz Fadli. “Pertama, saya ingin meminta izin dari Abi dan Umi jika berkenan memberikan saya waktu untuk berbicara. ”

ZayyMeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang