Bab 44

4K 177 8
                                    


Haii-haii Reader's 🙌🏻

Author udah UP lagi nih buat kalian semua tentunyaa 😍

Vote nya jangan berkurang dong, Author kan jadi ngga semangat buat nge-Up cepet huuuhu 🤧
Maaf ya semuanyaaa, Author baru nge-Up sekarang setelah sekian lamanya 🙏🏻🤧

Jangan lupa tinggalkan jejak 👣

Cusss
Happy Reading 🌸

0o0

Ruangan yang di sinari oleh beberapa lampu-lampu terang, masuk menusuk indera penglihatan. Aroma obat-obatan menyeruak masuk ke dalam indera penciuman.

Beberapa selang menjalar di bagian tubuhnya. Lemah, letih, dan lesu, keadaan seperti itulah yang ia rasakan berbaring di bangsal yang rasanya tak seempuk tempat tidur.

Mata yang mulanya terpejam, kini perlahan-lahan terbuka dan menatap ke sekelilingnya. Nafas yang berderu, terdengar jelas di telinganya. Serta wajah yang tampak pucat, bibir yang dalam keadaan kering, menandakan bahwa ia sedang tidak baik-baik saja.

“Sudah bangun hm? ” tanya Gus Zayyan pelan kepada istrinya.

Mata sayu tersebut mengadah keatas melihat suaminya. “D-dede bayi nya mana, A'a? ” tanya Almeera dengan senyuman hangat terbit di bibir keringnya.

Gus Zayyan seketika membungkam mulutnya dengan sengaja setelah istrinya tersebut bertanya, seolah-olah tidak ingin menjawab pertanyaan tersebut.

“A'? K-kenapa diem? Dede nya baik-baik aja kan? Iya kan A'a? Dede nya ada sama suster kan, ah iya kan A'? ” Almeera kembali bertanya sebab Gus Zayyan yang tidak menyahuti nya.

Mulutnya yang seperti terkunci, tak bisa mengeluarkan kata-kata di sana.

Gus Zayyan duduk di samping Almeera dan memeluk istri kecilnya itu dengan erat, tak terasa bulir demi bulir air mata sudah mengalir membasahi kedua pipi nya.

Almeera yang merasa bingung serta memiliki perasaan tak enak, berusaha melepaskan pelukan suaminya itu. “A'a kenapa nangis? Dede nya mana A', aku mau liat! ” ucap Almeera dengan mata berbinar nya.

Gus Zayyan menatap kedua manik Almeera dengan lekat sambil memegang kedua tangan istri nya tersebut. “Yang ikhlas ya, sayang. Jangan—” ucapan Gus Zayyan terpotong.

Almeera dengan cepat melepas genggaman tangan tersebut dan seketika raut wajahnya berubah. “Stop! Jangan bilang kalau dede nya... ” Almeera menggantung ucapannya dan setelah itu, air bening mulai menitik keluar dari pelupuk matanya. “Astagfirullah haladzim! Nggak, nggak mungkin! A'a nggak akan bilang kan kalau dia, hikss... Enggaak! ” tangisan tersebut berubah menjadi isakan.

Gus Zayyan dengan cepat memeluk Almeera seerat mungkin. “Sabar ya, sayang. Ikhlas, ikhlaskan malaikat kecil kita ya. ” dengan keadaan yang terpukul, Gus Zayyan berucap dan menahan segala bentuk rasa sedihnya.

Kedua insan tersebut di peluk oleh kesedihan sekarang, seorang bayi yang sudah di nanti-nantikan selama sembilan bulan lamanya, kini hanya meninggalkan nama dan jasadnya saja di dunia ini, roh nya dengan cepat kembali kepada sang Pencipta-Nya.

ZayyMeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang