Bab 40

4.5K 206 2
                                    

Hai-hai Lipoper's 🍭

Author udah UP lagi dong yaa 😻

Votenya jangan kurang dong, jadinya Author kan kurang semangat nih buat nge-Up cepet 🤧😭
Tapi nggapapa deh, Author tetep lanjutin walaupun vote dan komen nya kurang banget, karena Author sayang banget sama kalian dan nggak tega buat kalian nungguin Updatenya 🤧

Yukss!

Happy Reading 🌸

0o0

“A'a, ke rumah Kiya yuk! ” ujar Almeera tiba-tiba kepada suaminya yang tengah memijat kakinya.

Gus Zayyan mendongak. “Kemarin kan sudah dari sana sayang, mau kesana lagi hm? ” Gus Zayyan mendekat dan menyenderkan kepala sang istri di pundaknya.

Ya, Almeera, Gus Zayyan, Ina, dan Zayn masih berada di Bandung. Mereka menunda untuk pulang ke Jakarta karena itu merupakan permintaan Almeera yang masih ingin tetap berada di sini. Di balik permintaan itu ada alasan tertentu di baliknya. Kiya, ya Kiya, sahabat Almeera itu masih dalam keadaan berduka setelah meninggalnya sang Bunda.

Setelah tiga hari kepergian Bundanya, Kiya sempat jatuh sakit sebab selalu teringat akan Bundanya itu. Perempuan dengan nama lengkap Adzkiya Naila Telaeetha tersebut menjadi pribadi yang sangat pendiam dan berbeda dari pribadi diri Kiya yang dulu. Perempuan yang sangat cerewet dan ceria, itu semua tidak berlaku untuk Kiya yang sekarang.

“Hari ini, kepergian Almarhumah tante Ayana nginjek hari ke-sepuluh A', Kiya ngajakin buat pergi ziarah ke makam tante Ayana. ” tukas Almeera menatap suaminya di itu.

Tepat hari ini, kepergian Bunda dari Kiya menginjak sepuluh hari, hari yang dimana Kiya akan pergi untuk menziarahi makam sang Bunda tercinta.

Gus Zayyan berdeham. “Mau pergi sekarang? ”

Mata hazel itu berbinar. Almeera mengangguk cepat. “Iyaa! ”

“Yasudah, kamu ganti baju dahulu. A'a mau ke bawah dulu manasin mobil. ” pungkas Gus Zayyan mengelus lembut kepala Almeera.

“Siap pak suami! ”

0o0

Sesampainya di makam, Kiya, perempuan itu tak henti-hentinya meneteskan air mata di depan gundukan tanah yang merupakan makam sang Bunda. Mata yang membengkak, hidung yang memerah serta tubuh yang lemah, seperti itulah kondisi Kiya sekarang. Sangat menyedihkan.

“Jangan terlalu tenggelam di dalam kesedihan. Sesungguhnya sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. ”  jelas Gus Zayyan yang dapat melihat kesedihan yang amat mendalam dari sahabat istrinya yang tak lain juga merupakan anak didiknya ketika di ponpes Darussalam Al-Islam.

'Menangisi mayit atau seseorang yang sudah meninggal itu diperbolehkan. Akan tetapi, hal yang tidak boleh kita lakukan adalah meratapinya. Maksudnya, berlebihan dalam menangis, tak rela dengan keputusan Allah SWT. '

' Menunjukkan bolehnya menangis ketika ada saudara atau kerabat atau sahabat yang meninggal dunia dengan syarat tangisan tersebut tidak diiringi dengan meninggikan suara, merobek-robek kerah baju, atau menampar-nampar pipi, dan sejenisnya. '

ZayyMeeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang