Bab 1 : Pulang

983 35 2
                                    

Vote kalian adalah semangatku❤️

***

"Unnieee..."

Aquera yang sedang mengemas barang-barangnya itu selalu teralihkan karena rengekan dari teman seasramanya. "We, Yeyengie?"

Gadis yang bernama asli Han Yeri itu mengerucutkan bibirnya saat melihat Aquera masih sibuk mencari barang-barang yang akan dia bawa pulang ke negaranya.

"Harus banget ya kakak pulang? Aku akan kesepian di sini, tauuu." Ucap Yeri dengan manja.

Aquera hanya tersenyum mendengar nada manja dari temannya itu. Dia mungkin menganggapnya teman tapi Yeri menganggap Aquera itu sebagai kakaknya. Karena memang usia Aquera lebih tua 3 tahun darinya.

"Kakak, kau itu sudah aku anggap kakak sendiri, kau tega sekali meninggalkan aku. Aku akan sedih setiap hari jika tidak ada kakak, kau segalanya bagiku."

Aquera menghela nafasnya. "Ya, karena kau tidak bisa makan masakan rumahan jika tidak ada aku."

Yeri tersenyum hingga deretan giginya terlihat. Menambah kadar kemanisan dari wajahnya yang terlihat imut itu.

"Lagi pula aku hanya ambil cuti bukan kembali selamanya. Kau itu seperti akan kehilangan separuh paru-parumu saja."

"Itu kebenaran!" Balas Yeri sedikit berteriak. Aquera hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Yeri. "Aku akan antar kakak sampai bandara."

"Tentu saja kau harus."

***

"Dadah kakak!!" Yeri terus saja melambaikan tangannya melihat kepergian Aquera dengan ingus yang selalu dia tarik karena gadis itu habis menangis dan juga udara yang sangat dingin membuat hidungnya jadi sangat merah seperti tomat.

Meski dia dengan Aquera hanya baru 2 tahun bertemu namun Yeri berpikir hidupnya tanpa Aquera akan menjadi sangat hampa. Aquera sangat menjaganya, dia bisa menjadi teman curhat dan motivator terbaik yang pernah dia temui. Itu karena sifat Aquera yang sangat dewasa dan pintar, bahkan di kampusnya dia banyak mendapatkan banyak teman.

Saat penerbangan Aquera terus saja memandangi ke arah kaca pesawat. Dia juga sedih untuk berpisah dengan Yeri meski sementara, gadis itu sangat ceria membuatnya selalu terhibur dengan celotehan ngasalnya. Namun, dia juga rindu orang tuanya dan juga kedua sahabat yang berada di Indonesia, dia sudah janji pada mereka akan pulang.

Setelah memakan waktu 7 jam di dalam pesawat, akhirnya Aquera sampai di tanah air. Setelah itu dia langsung pulang ke rumahnya menggunakan taxi yang ada di luar bandara. Dia tidak sabar melihat wajah terkejut kedua orang tuanya saat melihat dia telah pulang padahal setahu mereka Aquera akan pulang lusa depan.

Sampai di depan rumahnya yang berada di salah satu perumahan yang ada di kota besar Jakarta. Dia lalu memencet bel tersebut. Ada jeda waktu untuk orang rumah membuka pintu tersebut. Hingga tidak lebih dari 30 detik, pintu itu dibuka oleh sang tuan rumah. Seperti yang diduga, terlihat wajah terkejut bercampur senang dari wajah ibunya.

"Aku pulang." Aquera langsung berhambur ke dalam pelukan ibunya.

"Katanya pulangnya lusa, kamu ini kok gak ngasih tau? Kalau kamu ngasih tau kan ibu sama ayah bisa jemput kamu di bandara." Gerutu ibunya namun tangannya masih saja mengelus punggung sempit Aquera.

"Kalau ngasih tahu bukan surprise namanya dong, bu."

Pelukan mereka pun terurai. Sang ibu membawa anaknya untuk duduk di kursi ruang tengah. "Gimana kamu kuliah disana? Betah nggak? Punya banyak teman gak?"

"Ibu satu satu dong tanyanya." Balas Aquera sambil membuka jaketnya, memang Jakarta tidak pernah main-main panasnya. "Aku betah kuliah disana. Orang-orang nya juga ramah-ramah, aku kira aku bakal susah bergaul sama mereka. Ternyata tidak seperti pikiranku, mereka terbuka dengan orang asing juga."

I'm (not) MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang