Aquera mencoba beradaptasi di lingkungannya yang baru. Dia sudah mencoba menyapa beberapa tetangga yang dekat dengan rumahnya. Dan respon tetangga itu berbeda-beda. Tentu saja, tapi Aquera tidak mempermasalahkan itu. Setidaknya ada beberapa orang yang terlihat baik pada Aquera, contohnya ibu-ibu yang saat itu bertemu dengannya di sebuah toko antik milik pak Rei. Tetangga barunya juga.
Pria tua itu tinggal di tokonya sendiri, dan sebenarnya rumah kontrakan Aquera dulunya adalah rumah pak Rei. Ada alasan pribadi kenapa pak Rei menjadikan rumahnya sebagai kontrakan. Aquera tidak terlalu menanyai hal itu.
Dia pun kini sudah lumayan dekat dengan pemilik toko tersebut, kadang juga membantu membersihkan toko itu dan menghiasnya.
Aquera menghias toko yang sebelumnya tampak kuno, sekarang sudah ada beberapa hiasan natal dan tahun baru.
"Selamat natal, ya." Ujar pak Rei. Aquera tersenyum dan meminum teh jahenya. Diluar hujan, seperti biasa pak Rei akan membuatkannya teh jahe.
"Selamat natal juga, pak."
"Suami kamu sekarang pasti sangat sibuk."
Aquera mengangguk. Elang memang cukup sibuk sekarang ini karena cafe tempatnya kerja akan banyak didatangi pengunjung pada hari natal dan sampai tahun baru nanti. Sehingga Elang akan pulang sangat malam, jika diberi shiff malam. Dan sekarang waktu shiff malam Elang. Pemuda itu sangat berat hati untuk meninggalkan Aquera hingga larut malam, tapi mau bagaimana lagi. Itu sudah menjadi tanggung jawabnya.
Aquera juga sudah memperkenalkan pak Rei kepada Elang. Elang cukup lega, setidaknya Aquera sudah mulai dekat dengan tetangga sehingga Elang bisa menitipkan Aquera pada pak Rei. Dia sangat berterima kasih kepada pak Rei yang sudah baik pada istrinya.
Pak Rei telah memberi kesan baik setidaknya sedikit kepada sikap Elang. Meski sebenarnya ada rasa tidak suka juga mengingat kebenaran bahwa pemuda itu telah merusak gadis sebaik Aquera.
***
Di malam hari Elang baru saja pulang bekerja, setelah membersihkan diri. Dia melangkah ke kamar dengan pelan-pelan. Dia pikir Aquera sudah tidur dan ternyata belum. Istrinya itu masih duduk bersandar pada kepala ranjang.
"Kenapa belum tidur. Kebangun, ya?"
Aquera menggeleng. Menatap sendu pada Elang. Elang segera menghampirinya. "Kenapa? Kok sedih gitu? Perutnya sakit? Atau pusing?"
Sebelum menjawab Aquera terkekeh kecil karena lucu mendengar Elang bertanya berturut-turut. Lalu dia mengambil handphone yang berada di atas nakas. "Aku baru aja telponan dengan temenku. Mereka benar-benar marah."
Elang terdiam. Aquera tidak pernah mengatakan keadaannya kepada kedua sahabatnya. Saat dia berjanji untuk bercerita, Aquera tidak jadi bercerita. Dia tetap berbohong hendak pindah sekolah. Saat pernikahannya pun sahabatnya tida diberitahukan, dan tadi mereka berdua datang ke rumah orang tua Aquera. Setelah itu ibunya Aquera mengatakan bahwa Aquera telah pergi.
Hena tidak mengatakan lebih terprinci kemana Aquera pergi dan kenapa buru-buru untuk pergi. Wanita itu menyuruh kedua sahabat anaknya untuk bertanya langsung pada Aquera, dia membiarkan Aquera yang akan menjelaskan segalanya pada Teresa dan Inggit, jika Aquera ingin.
Saat di telpon Aquera menceritakan kepada Teresa dan Inggit, dia meminta mereka untuk tidak mencarinya karena sebenarnya Aquera sangat malu untuk bertemu dengan kedua sahabatnya, setelah mereka mengetahui kedaannya sekarang. Dia juga sangat memohon pada Teresa dan Inggit untuk tidak menyebarkan berita itu di sekolah, karena itu demi reputasi Elang yang masih tetap bersekolah.
Aquera segera berhambur memeluk Elang. "Aku gak bermaksud bohongin mereka."
Elang mengusap surai panjang Aquera. "Semua akan baik-baik aja." Tangannya tidak berhenti mengusap surai Aquera sampai punggung istrinya. "Sekarang kita tidur, gak baik bumil bergadang."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) MAMA
Teen FictionAquera mengambil cuti kuliahnya di luar negri untuk pulang ke rumah. Saat berkumpul dengan temannya di sebuah cafee, saat itu ada seorang anak kecil berusia 5 tahunan yang berlari ke arahnya dan memanggilnya dengan sebutan "Mama!" Jelas saja dia ter...