Aquera akan menemani Teresa untuk mengetik skripsi, ceritanya. Tapi tidak tahu nanti tahu tahu mereka sudah asik mengobrol dan meninggalkan tugasnya tersebut.
Aquera masuk ke dalam kamar Teresa, pemilik rumah saat ini sedang mengambil camilan sebagai suguhan. Tentu saja dengan minumannya.
Tak lama Teresa pun masuk ke dalam kamarnya sendiri yang di situ sudah ada Aqeura yang sedang membuka-buka buku untuk referensi tugasnya. "Kenapa nih pengen gangguin gue nugas?" Tanyanya bercanda seraya menyimpan camilan dan air tersebut di atas karpet bulu yang digelar di lantai kamarnya.
Aquera memicing melihat ke arah Teresa. Teresa bingung melihat tatapan tak biasa Aquera. "Apa? Emang bener, kan? Biasanya lu sering ngomong gak mau gangguin gue nugas."
"Bukan itu." Aquera menghela nafasnya pasrah. Dia lalu menyimpan buku yang sempat dipegangnya. "Kamu kok gak pernah bilang, kalau Erlangga itu kaka Elang yang waktu dulu kakak kelas kita, sih?"
Teresa ikut duduk di atas karpet, mengambil camilan yang tadinya untuk suguhan malah akan di makan oleh dirinya juga. "Oh. Udah tau toh." Jawabnya enteng, seraya membuka bungkus chiki. "Ya mau bilang juga kan, lu gak terlalu tertarik sama kak Elang dulu. Malah gue yang jadi penggemar beratnya."
"Ya itu. Kenapa kamu gak seperti dulu pas liat kak Elang."
"Mungkin karena gue udah punya cowo." Balas Teresa acuh tak acuh seraya menyemili makanannya.
Aquera menatap mata Teresa yang beralih memperhatikan layar ponselnya. "Kamu, kenapa gak pernah cerita soal kak Elang sekarang?"
Teresa mengenyit. "Kan udah gue bilang, sekarang gue udah punya pacar, jadi gak terlalu tertarik lagi jadi penggemarnya."
"Terus, kenapa kamu gak pernah curhat ke aku?"
"Soal apa?"
"Soal skandal kak Elang. Saat itu kamu pasti masih jadi penggemarnya bukan?"
Kini Teresa tak membalasnya, dia semakin memfokuskan melihat ke layar ponselnya. Tidak menghiraukan ucapan Aquera. Atau mungkin berusaha untuk tampak tak acuh?
Aquera ikut diam melihat kediaman Teresa yang sangat kentara tak ingin membahas topik tersebut, tapi Aquera tidak tahan soal ini. Jika dibayangkan, tak dapat dipercaya, laki-laki sebaik Elang saat itu menghamili seorang gadis. Dan dia membayangkan bagaimana reaksi murid di sekolah dan tentunya sahabatnya ini. Dia adalah salah satu penggemar berat laki-laki bernama Elang tadi.
"Teresa?" Aquera seketika panik melihat Teresa sudah berlinang air mata. Dia lalu segera mendekati gadis itu.
Teresa yang awalnya bisa menahan tangisannya, kini malah jadi tak kuasa karena mendengar suara Aquera. Dia langsung menutupi matanya menggunakan tangan. Aquera menepuk-nepuk bahunya untuk menenangkan.
"Apa sesakit itu saat mendengar beritanya?" Tanya Aquera tak berhenti mengusap-usap punggung ringkih Teresa. Namun, Teresa hanya membalas dengan gelengan kepala yang membuat Aquera menjadi tak mengerti. "Ada apa? Katakan."
"Gue gak patah hati, Aqu. Tapi gue sakit hati banget." Aquera tak membalasnya, seketika dia tak mengerti. Namun dia mencoba untuk memberikan perhatian pda Teresa.
"Iya. Tenangin diri kamu dulu. Aku minta maaf karena bahas topik ini. Aku gak tahu sesakit itu buat kamu."
Teresa menjauhkan tangannya, lalu melihat ke arah mata Aquera. "Gue gak merasa patah hati, tapi gue kecewa, Ra. Cowo yang gue kagum-kagumi ternyata orangnya tega lakuin itu."
Aquera mengulurkan tangannya untuk menghapus jejak air mata di pipi Teresa. Dia pun mengangguk. "Aku ngerti, aku ngerti. Sudah, ya? Kamu gak perlu nangisin yang seperti itu."
Bukannya berhenti menangis, Teresa malah semakin kencang menangis. Membuat Aquera menjadi kalang kabut, tak tahu harus berbuat apa. Pada akhirnya Aquera memeluk Teresa untuk menenangkannya. Itu cara yang hampu karena tak lama Teresa sudah berhenti menangis.
***
Jika diingat-ingat, ada beberapa ingatan mengenai pria bernama Elang dulu yang berkontribusi di kepala Aquera. Meski tak terlalu banyak namun cukup mencolok, mungkin karena pria itu dulunya sangat populer dan tak jarang tampil di atas podium untuk menyampaikan sambutan atau menjadi siswa berprestasi yang memenangkan kejuaraan.
Namun, pernah suatu waktu, saat Aquera sedang berjalan menuju kelas setelah pergi ke perpustakaan. Di sebuah lorong sekolah tepat di persimpangan lorong antara tangga menuju lantai atas dan kedua belokan berlawanan. Pada saat itu Aquera mendengar percakapan dua orang pria yang turun dari atas tangga. Namun, yang membuat Aquera menghentikan langkahnya adalah obrolan yang tak biasa dari dua orang pria yang saat itu pernah Aquera lihat bersama dengan Elang. Pria itu mengatakan hal yang tak enak di dengar oleh seseorang yang sedang mereka omongi itu. Tepat sekali objek yang mereka omongi itu sedang berdiri di salah satu persimpangan yang tak dilihat oleh mereka. Namun, Aquera dapat melihatnya. Dia bahkan berdiri hanya karena terperangah. Dan Elang, seseorang yang sebagai topik utama dari obrolan atau lebih seperti gunjingan itu hanya tersenyum kepadanya sambil menyimpan telunjuknya di depan bibir. Untuk mengisyaratkan bahwa Aquera tidak perlu berbicara apapun.
Dan setelah kedua orang itu pergi, Elang pun kembali melanjutkan jalannya. Namun sebelumnya, pria itu melihat ke arah Aquera hanya untuk tersenyum hangat seperti biasa yang selalu pria itu lakukan pada orang-orang yang tak sengaja bersitatap dengannya.
Dan mulai saat itu Aquera mengerti bahwa teman-teman yang berada di sekitar anak populer adalah orang-orang yang hanya penjilat ulung. Atau tidak pun mereka tidak terlihat kentara karena acting mereka yang propesional.
Namun, setelahnya pun Aquera masih melihat Elang dikelilingi lintah seperti itu padahal pria itu sudah tahu apa yang dilakukan orang-orang di dekatnya.
Setelah ingat lagi hal itu, kini Aquera menjadi mengerti dengan perkatakaan Genaya saat mereka bertemu di mall. Kakak dari Genaya itu dulunya menganggap setiap orang yang ingin berada di dekatnya pasti memiliki niat terselubung. Dan saat dia menemukan orang yang menurutnya tulus ada di dekatnya. Dia merasa terobsesi dan tak ingin orang itu menjauh. Meski pun perbuatan bejatnya tak bisa dimaafkan.
Aquera jadi menanyakan hal lain, apa Anya wanita yang beruntung karena mendapatkan pria seperti Erlangga atau wanita yang malang karena mendapatkan pria bejat seperti Erlangga.
Terlepas dari masa lalu Aquera bersyukur bahwa keduanya memilih jalan yang benar yaitu tidak lari dari masalah. Kenapa dia tahu? Itu karena Aluka yang terlahir di dunia. Sangat sulit menjalani hidup di dunia yang keras saat kamu melakukan kesalahan sekecil apapun. Semua orang pasti akan langsung memojokanmu dan melihatmu dengan sebelah mata setelah itu. Jika itu Aquera, mungkin dia berpikir tidak akan sekuat itu.
Bersambung....
Ini part terpendek sih, soalnya gak ada ide
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) MAMA
Teen FictionAquera mengambil cuti kuliahnya di luar negri untuk pulang ke rumah. Saat berkumpul dengan temannya di sebuah cafee, saat itu ada seorang anak kecil berusia 5 tahunan yang berlari ke arahnya dan memanggilnya dengan sebutan "Mama!" Jelas saja dia ter...