Aquera tengah duduk di depan teras rumahnya, berkenakan baju rumahan dan rambut yang di ikat cepol. Tangannya dengan lihai menari di atas keyboard laptop miliknya, mengetikan rangkaian kata yang disusun menjadi sebuah kalimat. Setiap saat selalu seperti itu, bahkan di waktu cutinya pun dia akan selalu mengetik artikel meski itu bukan tugas kuliah.
Hena berjalan keluar dari rumahnya sambil membawa dua buah cangkir berisikan susu dingin untuk diberikannya pada Aquera di waktu siang hari seperti ini.
"Masih mengetik?" Tanya Hena, Aquera awalnya tak mengetahui kedatangan ibunya itu, namun setelah di tegur dia mengalihkan atensinya dari layar laptop tersebut.
Aquera membalasnya dengan tersenyum. "Sedikit lagi."
Hena duduk di kursi tepat di samping Aquera, yang hanya terkalang oleh meja bundar disana. Lalu dia menyerahkan salah satu cangkir yang tadi dibawanya ke hadapan Aquera. Aquera menerimanya, lalu meminumnya sedikit dan kembali dia simpan cangkir tersebut di atas meja.
"Memangnya kamu sedang menulis apa, Aquera?" Tanya Hena, saat melihat anaknya itu kembali menfokuskan dirinya untuk lanjut menulis Artikel.
"Hanya artikel klise." Jawabnya tak mengalihkan pandangannya dari hadapan layar.
Hena menarik cangkir miliknya dan menyesap susu itu sedikit. "Artikel tentang apa?"
Aquera tidak langsung menjawabnya, pandangannya beralih pada ibunya. "Hm, mengenai trasportasi umum saja." Jawab Aquera, lalu melihat tulisan yang ditebalkan 'hamil usia muda.'
"Ohhm." Hena tak lanjut bertanya, membiarkan anaknya menyelesaikan tulisannya itu.
Sebenarnya dulu dia tidak mengetahui bahwa sang anak menyukai nulis menulis mengenai artikel seperti itu, yang selalu dia lihat Aquera ini selalu fokus membaca sesuatu di handphonenya atau di layar laptopnya. Dia kira Aquera membaca sebuah novel online atau semacamnya, namun yang terjadi yaitu Aquera yang tengah membaca beberapa artikel di sebuah lapak pencarian seperti google atau media sosial. Bahkan dia tidak tahu Aquera pernah melansir sebuah artikel mengenai pelajaran seperti buku seni sastra, dan dongeng. Semua itu Aquera dapatkan dengan membaca beberapa sumber yang ingin dia pelajari dan menghubungkan semua yang digaris bawahi.
Dulu dia terlalu sibuk bekerja hingga tidak tahu anaknya ini memiliki hobi seperti apa, cita-citanya ingin menjadi apa, dan bahkan genre favoritnya pun apa.
Tak sadar karena terlalu banyak melamun hingga membuat Hena tak menyadari Aquera telah menyelesaikan kegiatannya.
"Ibu." Panggil Aquera untuk membuat ibunya tersadar, Aquera melihat ibunya itu sedang menatap cangkir yang di genggamnya sedari tadi.
Hena seketika tersadar, dia lalu melihat ke arah Aquera. "Ya? Hm, sudah nulisnya?" Tanyanya.
"Sudah. Tidak banyak yang perlu di tulis, yang membuat lama hanya mencari idenya saja." Aquera menarik senyumnya lebar, merasa konyol pada diri sendiri karena selalu sulit untuk menemukan ide yang menurutnya sangat bagus.
Aquera melihat kembali cangkir yang ada di atas meja. Lalu menarik cangkir tersebut untuk digantikannya dengan laptop yang diletakan di atas meja.
Hena melihat pergerakan anaknya itu dengan seksama. "Aquera?" Ujarnya.
"Kenapa?" Tanya Aquera sambil mendekatkan cangkir itu pada bibirnya.
"Kok ibu belum pernah dengar kamu cerita soal pria? Kamu tidak sedang dekat dengan pria manapun memangnya?"
Aquera menghentikan tangannya di udara. "Hm, aku dekat dengan beberapa pria di Korea. Namun, mereka hanya jadi temanku saja. Ibu tahu, pemikiran mereka sangat berbeda dengan kita apalagi aku, untuk menjadi terlalu dekat itu sangat tidak cocok, namun mereka masih pantas untuk dijadikan teman, kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) MAMA
Teen FictionAquera mengambil cuti kuliahnya di luar negri untuk pulang ke rumah. Saat berkumpul dengan temannya di sebuah cafee, saat itu ada seorang anak kecil berusia 5 tahunan yang berlari ke arahnya dan memanggilnya dengan sebutan "Mama!" Jelas saja dia ter...