Bab 16 : Sedikit Mirip

171 16 0
                                    

Aquera lanjut mengobrol dengan Erlangga sampai tak sadar makanan yang tadi dia pesan sudah habis di piringnya, dan bahkan Erlangga memesan minuman untuknya di cafe miliknya sendiri.

Tak berapa lama tiba-tiba ada suara wanita yang menegur mereka berdua. "Sedang apa kalian berduaan?" Tanya wanita itu, Anya.

Aquera membulatkan matanya, dia terkejut dan merasa bersalah, seperti seorang selingkuhan yang baru saja tertangkap oleh istri sah prianya.

Beda hal dengan Aquera, Erlangga hanya tersenyum melihat keberadaan Anya yang juga sedang menggandeng tangan Aluka, putrinya.

"Mama." Seru Aluka saat melihat Aquera. Aquera mengalihkan perhatiannya pada anak kecil yang tadi datang bersama Anya, dia tak sadar bahwa sedari tadi Anya telah menggandeng anak kecil itu karena terlalu terkejut dengan kehadiran wanita tersebut.

"Aluka?" Cicitnya.

Aluka lalu diangkat oleh Anya seraya berkata kepada Erlangga. "Kamu disini ngobrol berdua, gak inget anak kamu yang main sampai larut petang."

Aquera melihat ke arah langit di luar yang memang sudah hampir senja. Dia tak menyadarinya, sungguh. Dia ingat dia datang ke cafe tersebut pada pukul 2 sore dan kini sudah pukul 5 sore. Dia lalu mencuri pandang pada Erlangga yang tidak terlalu mengekspresikan wajahnya, selalu hanya senyuman yang dia perlihatkan.

"Hah, maaf ya sayang." Erlangga mengambil Aluka yang tadi berada di gendongan Anya.

"Ayah, aku mau dimandiin mama."

Seketika ketiga orang dewasa itu tersentak. Erlangga perlahan menengok ke arah Aquera yang juga melihat ke arahnya. Namun, setelah itu Aquera melihat ke arah Anya yang sudah menampilkan wajah masam.

Aquera menggigit bibir bawahnya karena bingung harus berbuat apa. Sedangkan Erlangga, pria itu sudah paham dengan wajah cemas yang diperlihatkan Aquera. Akhirnya dia berucap pada anaknya itu. "Nanti lagi saja, ya? Soalnya mamanya juga sudah mau pulang, nanti kesorean lagi pulangnya."

Aluka mengerucutkan bibirnya, namun pada akhirnya Aluka mengiyakan dan ingin dimandikan oleh ibunya saja. Setelah itu Aquera izin pulang kepada ketiga orang itu yang juga akan kembali menuju rumah mereka.

Aquera mengendarai motornya menuju rumahnya, setiap perjalanan dia mengingat obrolan yang tadi dibahas bersama Erlangga. Pria itu sangat senang bercerita dan mendengarkan cerita. Itu sangat mirip dengannya yang senang mengatakan isi pikirannya, namun juga senang mendengar isi pikiran orang lain.

Aquera mendesah kecewa, kenapa dia harus cocok sekali dengan Erlangga disaat dia tidak bisa mendapatkan pria itu.

****

Elang tengah memainkan game mobile di handphonenya bersama beberapa temannya di kelas. Sampai tiba seseorang yang memanggilnya.

"Elang, pak Benny manggil."

Elang melirik sekilas teman perempuannya itu. "Ada apa?" Tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar handphone.

"Gak tau, katanya suruh datang ke perpustakaan. Ditunggu sekarang juga."

Elang pun akhirnya meninggalkan gamenya tersebut dan membuat teman-temannya yang menjadi rekan satu tim menggerutu kesal. Tapi tidak dia tanggapi.

"Thanks." Ucapnya kepada siswi tadi seraya berjalan keluar menuju perpustakaan.

Sampai di dalam perpustakaan tersebut, Elang langsung saja masuk dan mencari keberadaan guru yang memanggilnya tadi.

I'm (not) MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang