"Ada apa, Aquera?"
"Ah!" Aquera tersadar saat tak sengaja tangannya meremas buku milik Elang yang tadi dia pinjam. Dirinya hanya tak bisa menyangka jika tebakannya kali ini benar. "Maaf, ini." Aquera kembali menyerahkan buku itu kepada pemiliknya.
Elang menerimanya meski sedikit heran. "Ada apa? Tadi pinjam untuk apa?"
"Ah, hanya ingin tahu nama asli kakak saja."
Elang menarik senyumnya. "Emangnya kamu kepikiran kalau namaku itu palsu, ya?"
Aquera balas tersenyum. "Iya." Setelah itu dia melihat ke arah tas yang tadi Elang letakkan di dekat kaki meja. "Kenapa tas kakak tidak berwarna biru?" Tanyanya.
Elang ikut melihat ke arah tasnya sekalian juga diambilnya karena akan memasukkan buku catatannya lagi. "Hm, terlalu mencolok. Kenapa?"
"Warna biru itu kan kesukaan kakak."
"Tapi tidak harus semua perlengkapanku warna biru semua, bukan?" Elang tertawa di akhir menggoda Aquera yang memiliki pulpen warna biru dengan ujung yang tuing-tuing.
Aquera tertawa sambil menggerak-gerakkan pulpennya. Lalu tak lama senyumnya hilang. Matanya kini menatap serius ke arah Elang.
"Kenapa?" Tanya Elang tak mengerti saat Aquera menatapnya lamat-lamat. "Aquera, jangan membuatku takut."
Aquera seketika membuang muka, wajahnya tiba-tiba merengut. "Uh." Terdengar keluhan dari mulut Aquera yang membuat Elang semakin tidak mengerti.
"Apa?" Tanyanya memastikan kembali.
Brak!
"Aaah!" Teriak Aquera saat ada yang menggebrak meja mereka. Kopi milik Elang saja tumpah meski sedikit. Tapi berbeda dengan pemilik kopi tersebut yang kini menengok santai kepada pelaku pembuat kekacauan ini.
"Apa?" Tanya Elang malas pada Harka yang menurutnya drama sekali. Meski begitu dia sudah menduga hal ini akan terjadi itu sebabnya dia menjauhkan gelas itu dari laptop.
"Maaf, aku mengejutkanmu ya?" Bukannya menjawab pertanyaan Elang, pemuda yang bertingkah menyebalkan itu malah menghampiri Aquera saat tak sengaja membuat gadis itu terkejut. Tadinya dia hanya ingin mengusili Elang saja, dan berpikir gadis di sebelah Elang tidak akan seterkejut itu.
"Iya, sangat." Jawab Aquera sambil meremas area jantungnya yang sudah berdetak cepat sekali. Tadinya dia pikir Elang yang melakukan itu, dia takut kalau tiba-tiba pemuda itu marah karena Aquera membuang muka padanya. Aquera bahkan sempat berpikir untuk tak melakukannya lagi.
"Aku minta maaf, aku hanya ingin mengusir orang yang berada di sampingmu itu." Harka duduk di bangku tepat di samping Aquera. Berusaha meminta maaf karena tak tega melihat wajah terkejut Aquera barusan. Sedangkan Elang sudah menatapnya tidak suka.
Aquera melihat ke arah Harka, orang yang baru ditemuinya. Mendengar penuturan pemuda itu dia jadi segera menengok ke arah Elang.
Elang yang melihat itu menggeser bangku Aquera sedikit mendekat dengannya dan menjauhi Harka. "Sebaiknya kamu jangan dekat-dekat dengannya. Dia menderita penyakit gila. Nanti kamu ketularan."
Buk!
"Sembarangan." Kesal Harka.
Begitu juga dengan Aquera. "Iih, kakak ini bicaranya sembarangan sekali."
Harka yang merasa dibela itu pun menyunggingkan seringaian menatap Elang yang sudah ingin sekali melemparnya ke jurang.
"So, kamu lagi ngapain dengan manusia itu?" Tanya Harka sambil menopang dagunya menatap Aquera.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) MAMA
Teen FictionAquera mengambil cuti kuliahnya di luar negri untuk pulang ke rumah. Saat berkumpul dengan temannya di sebuah cafee, saat itu ada seorang anak kecil berusia 5 tahunan yang berlari ke arahnya dan memanggilnya dengan sebutan "Mama!" Jelas saja dia ter...