Di sekolah, mereka berdua tidak nampak selalu bersama, apalagi dengan tugas mereka yang sudah selesai dan tinggal menunggu pengumuman pemenangnya saja. Tapi, jika saat pulang sekolah. Barulah mereka akan bertemu berdua di cafe seperti biasanya. Itu sudah menjadi tempat meeting favorit mereka.
Tapi tentu saja, sahabatnya pasti tau hubungannya dengan Elang seperti apa. Aquera menceritakan surat-suratan konyol mereka, orang misterius yang memberikannya surat itu, hingga mereka dipertemukan tanpa diduga. Inggit bahkan terkejutnya, lebih lagi Teresa yang bahkan menjerit histeris.
Dan setelah hal itu kedua sahabatnya lebih sering menanyakan perkembangan hubungan Aquera dan Elang yang sebenarnya belum diresmikan.
"Cie yang mau ketemuan lagi." Goda Teresa saat mereka bertiga sedang berjalan ke arah gerbang keluar.
Aquera bersemu malu, dia akan kembali bertemu dengan Elang di cafe seperti biasa. Bahkan pegawai cafe disana pun sudah mengenal pasangan remaja itu. Karena setiap hari mereka akan pergi ke sana.
"Kalau gitu kita berdua pergi duluan ya." Teresa dan Inggit berpamitan setelah mereka di depan gerbang sekolah. Kedua sahabat Aquera itu pergi menuju parkiran sekolah, sengaja tidak langsung pergi ke parkiran, mau antar Aquera dulu menuju gerbang tadinya mau lihat Elang. Tapi kakak kelasnya itu belum tiba disana, di tempat biasa Aquera dan Elang bertemu dan pergi bersama. Dan sekarang Aquera harus menunggu sebentar kedatangan pemuda itu.
Aquera melihat setiap murid yang keluar dari sekolah itu, ada yang hanya berjalan kaki untuk naik kendaraan umum atau pun yang membawa kendaraan pribadi, mau itu mobil atau pun motor.
Akhir-akhir ini Aquera tidak lagi membawa cupi ke sekolah, dia selalu pulang bersama Elang dan berangkat di antar ayah atau ibunya sekalian pergi kerja. Saat dia memutuskan untuk tidak membawa cupi ke sekolah, kedua orang tuanya tentu saja bertanya alasannya. Dengan malu-malu Aquera menjawab dia akan pulang di antar oleh seorang laki-laki dan kedua orang tuanya memaklumi di usia Aquera ini memang sedang musim semi.
"Nunggu lama, ya?" Seruan seorang pemuda kepada Aquera yang sedari tadi hanya berdiri memandang kesana kemari. Gadis itu tersenyum hangat saat seseorang yang di tunggunya akhirnya datang.
"Enggak, baru aja kok."
"Takut kamu nunggu lama, aku tadi di panggil sebentar." Saat berbicara Elang tanpa sengaja menangkap sebuah noda tinta di baju putih Aquera, berada di bahu sebelah kirinya. "Itu kenapa?" Tunjuknya pada noda tinta tersebut.
Aquera segera melihat ke arah noda yang dituju pemuda di hadapannya ini. "Ah. Tapi temanku gak sengaja numpahin tinta spidol."
Alis Elang berkerut. "Terus gimana? Nodanya pasti susah hilang."
"Aku punya baju cadangan kok jadi gak apa-apa."
Meski gadis itu terlihat tidak mempusingkan noda yang didapatnya, berbanding terbalik dengan Elang. Pemuda itu menatap noda yang berada di baju Aquera lamat-lamat.
Menghela nafasnya pelan, dia cukup tahu kenapa noda itu bisa Aquera dapatkan. Perundungan kepada gadis yang diasumsikan dekat dengannya pasti mendapatkan hal itu. Itu sebabnya dia mencoba jaga jarak dengan lawan jenis. Dia kira jika pada Aquera mereka tidak akan melakukannya karena gadis itu populer sekarang, ternyata sama saja.
"Kak? Ada apa?" Aquera bingung saat melihat Elang yang hanya bengong dan sekali-kali menghela nafasnya gusar. "Kakak ada masalah?"
Elang yang telah sadar kini mengulurkan tangannya pada Aquera. Aquera yang awalnya khawatir kini tersenyum manis bahkan pipinya bersemu. Dan tak lama dia menerima uluran tangan itu. Mereka berdua tak mempedulikan jika ada yang memperhatikan perbuatan mereka, yang mereka rasakan adalah perasaan berbunga-bunga saat mereka berjalan bersama sambil bergandeng tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) MAMA
Novela JuvenilAquera mengambil cuti kuliahnya di luar negri untuk pulang ke rumah. Saat berkumpul dengan temannya di sebuah cafee, saat itu ada seorang anak kecil berusia 5 tahunan yang berlari ke arahnya dan memanggilnya dengan sebutan "Mama!" Jelas saja dia ter...