Aquera terusik dari tidurnya saat merasakan sebuah usapan di atas keningnya dan terus sampai ke ujung surai panjangnya.
Gadis cantik itu pun membuka matanya perlahan, melirik ke arah ibunya yang duduk di pinggir ranjangnya. Belum juga mengumpulkan seluruh kesadarannya, gadis itu sudah memberikan senyuman hangatnya pada sang ibu.
"Ada apa, bu?" Tanyanya, karena tidak biasanya ibunya datang untuk membangunkan.
"Kamu bermimpi apa sampai tidurmu sangat lama?" Tanya sang ibu. Aquera mengerjapkan matanya untuk beberapa kali, mencerna pertanyaan dari sang ibu. Tidur sangat lama itu apa maksudnya? Dia biasa selalu bangun jam 5-6 pagi. Dan itu terbilang normal-normal saja. "Ini sudah jam 8 pagi." Lanjut sang ibu, mengetahui arti wajah tak mengerti Aquera.
"Ah." Aquera jadi tidak bisa berkata apa-apa. Karena dia tidak tahu karena apa dia bisa sampai tidur kesiangan seperti ini.
Dia pun lalu bangkit dari tidurnya. "Sepertinya aku memimpikan hal yang tidak biasa." Jawabnya.
"Apa itu?"
Namun Aquera tidak menjawabnya, meski mimpi itu sedikitnya masih tergambar dalam ingatannya, namun mimpi itu sangat acak dan susah dipahami. Dia hanya ingat bahwa saat itu masih jaman SMA. Hanya itu yang dapat dia simpulkan. Tapi dia tidak terlalu mempusingkannya karena pada saat dia masih berada di bangku SMA tidak banyak kenangan yang dimilikinya. Itu karena kecelakaan yang pernah dialaminya.
"Bu. Kemarin, dokter mengatakan phobia ku ini diakibatkan karena sebuah trauma. Tapi aku tidak ingat apa yang membuat aku bisa trauma."
Sang ibu mengenyit. "Mungkin karena kecelakaan kamu itu." Jawabnya menebak sekenanya.
Aquera tidak kembali bertanya, mungkin ibunya juga tidak tahu apa yang terjadi.
"Yasudah kamu segera cuci muka dan sarapan. Setelah itu mandi. Kamu sudah melewatkan sarapan pagi kamu."
Aquera hanya mengangguk menuruti apa yang di perintahkan sang ibu. Dia pun segera bangkit dari kasurnya. Sang ibu lalu berpamitan untuk turun ke bawah dan menunggu sang anak segera pergi ke dapur untuk sarapan.
Setelah itu Aquera pergi ke kamar mandi. Dia berdiri di depan cermin wastafel dan menatap pantulan dirinya di sana. Gadis cantik dengan wajah polos bangun tidurnya dapat dia lihat tertera di wajahnya itu. Kulit putihnya sedikit mengeluarkan minyak karena bangun tidur. Rambut lurusnya yang tidak rapi namun tidak juga acak-acakan.
Matanya melebar, sungguh tadi dia melihat pantulan anak kecil di cermin tersebut. Anak kecil yang memiliki wajah yang hampir mirip dengannya. Hanya ada sedikit bagian wajahnya yang beda. Tapi Aquera tidak bisa mengenali anak kecil tersebut.
Saat masih melamun sambil memandang pantulan wajahnya. Perutnya tiba-tiba berbunyi minta di isi. Dia ingat bahwa semalam pun dia melewatkan makan malamnya karena terlalu pening.
Akhirnya dia segera membasuh wajahnya dan menggosok giginya untuk segera pergi sarapan.
***
Setelah sarapan dan membereskan kamarnya yang memang sudah rapi, Aquera segera pergi mandi. Jam masih menunjukan pukul 9 pagi. Karena tidak ada kegiatan lain tadinya setelah mandi Aquera hanya akan diam di rumah menemani ibunya.
Pada waktu yang sama, di lantai bawah sang ibu telah menyelesaikan acara cuci mencucinya. Wanita itu berencana untuk duduk di depan telefisi dan menonton acara berita di sana. Namun suara ketukan pintu mengurungkan niatnya.
Ketukan itu berubah menjadi gedoran tak sabar. "Iya tunggu sebentar! Siapa sih gedor-gedor rumah orang, gak sabaran banget." Ucapnya.
Saat pintu di buka, dia melihat anak kecil yang melompat-lompat di depannya. "Nenek! Nenek!" Teriak anak kecil itu dengan girangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) MAMA
Teen FictionAquera mengambil cuti kuliahnya di luar negri untuk pulang ke rumah. Saat berkumpul dengan temannya di sebuah cafee, saat itu ada seorang anak kecil berusia 5 tahunan yang berlari ke arahnya dan memanggilnya dengan sebutan "Mama!" Jelas saja dia ter...