Bab 36 : To Be Honest

64 10 5
                                    

Aduh maap ya lama banget publish nya. Tadinya sebelum maret maunya udah tamat tapi gue nya kerja jadi sibuck.

Disaranin buat baca dari part sebelumnya ya!!

****

Motor metic itu berhenti di depan rumah yang lumayan besar di sebuah perumahan yang tidak sembarang. Ini adalah rumah kediaman keluarga Jumawika. Yang sudah lama tidak pemuda itu kunjungi.

Motor itu sudah berhenti dari satu menit yang lalu, Aquera sebagai penumpang belum siap untuk turun.

"Masih takut?"

Aquera mengangguk mendengar pertanyaan Elang yang ikut diam di atas motornya. Tidak memaksa Aquera untuk segera turun dari motor, dia tahu Aquera pasti sangat takut untuk bertemu dengan keluarga Elang untuk membicarakan hal ini.

"Apa, orang tuamu benar-benar ada di rumah?" Tanya Aquera tak yakin bahwa kedua orang tua Elang ada di rumah di waktu seperti ini. Karena orang tuanya sendiri biasa ada di rumah pada weekday seperti ini hanya di malam hari.

"Ada." Jawab Elang sambil menatap mobil yang terparkir di depan rumahnya.

Orang tuanya memang seharusnya tidak kebetulan ada di rumah, tapi dirinya baru saja mengabari ingin mengatakan sesuatu yang penting. Jarang sekali Elang mau berbicara dengan kedua orang tuanya itu. Sehingga saat putra mereka mengatakan sesuatu yang 'penting' itu artinya memang benar-benar sangat penting.

"Sudah lebih baik?" Tanya Elang masih berdiri di atas motornya menunggu Aquera untuk turun terlebih dahulu. Namun, sudah beberapa saat gadis itu masih setia duduk di jok motornya tanpa gerak sedikit pun.

"Belum, tapi sepertinya bakal terus gini. Maaf, aku jadi membuang waktu kamu."

Elang tersenyum lembut menatap Aquera dari pantulan kaca spion. Tangan kanannya terangkat untuk mengelus kepala Aquera tanpa perlu membalikan tubuhnya terlebih dahulu. "Kalau gitu, mau sekarang?"

Aquera membalas tatapan Elang dari spion itu. Pemuda yang berada di depannya ini selalu saja menampilkan raut wajah berseri, senyumnya tak pernah luntur meski dihadapkan dengan masalah. Aquera tahu, harusnya dia membenci pemuda ini yang telah menghancurkan masa depannya. Tapi jika ditatap seperti itu, mana bisa dia benci. Pemuda ini benar-benar menjadikan dia dunianya.

Pada akhirnya Aquera memutuskan untuk menyerah, dia tahu tidak akan ada akhirnya jika dia terus berpegang pada rasa takutnya. Pun Aquera turun dari motor tersebut dan disusul Elang kemudian.

Tanpa bicara Elang langsung menggenggam tangan Aquera dan diajaknya untuk melangkah menuju rumahnya itu. Sebelum itu netranya tak sengaja menangkap motor moge yang berada di sebelah mobil orang tuanya.

Sial! Rutuk Elang saat tahu bahwa ada makhluk lain selain kedua orang tuanya.

"Kenapa?" Tanya Aquera heran saat melihat rahang Elang yang mengerat.

Pandangan Elang beralih pada Perempuan yang sedang dia gandeng. Perempuan itu menatapnya dengan bola mata indahnya, penuh selidik. Kekehan kecil keluar dari mulut Elang hingga matanya ikut melengkung.

"Lucu sekali." Ujarnya.

Aquera mengerutkan alisnya heran melihat perubahan ekspresi Elang dari yang awalnya nampak kesal menjadi tertawa seperti ini. "Kamu kenapa sih, Lang?"

Elang menggeleng, kemudian mengeratkan pegangan tangannya di tangan Aquera. "Aku bilang kamu lucu, cantik, imut, gemesin. Ayo kita masuk."

Harusnya Elang tahu, bahwa ada Aquera di sisinya. Itu lebih baik dari segala yang ada di hidupnya.

I'm (not) MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang