Bab 9 : Afeksi

176 21 0
                                    

Seperti yang sudah dia rencanakan, sore hari Aquera akan mengantar tas milik Aluka ke rumah anak kecil itu. Atau tidak dia akan mengantarkan ke cafe milik Erlangga saja.

"Bu, aku pergi dulu." Pamitnya pada ibunya yang sedang santai sambil nonton tv.

"Mau kemana memangnya kamu, nak?" Tanya Hena mengalihkan atensinya dari tv menuju Aquera yang berjalan mendekatinya.

Aquera mengangkat tas gendong milik Aluka. "Mengantar tas Aluka." Jawabnya.

"Heh kenapa bisa tertinggal?"

"Lupa."

Setelah mendapatkan izin, Aquera segera keluar dari rumahnya. Pergi menuju rumah Erlangga menggunakan motor scoopy miliknya. Sekarang dia sudah mengetahui rumah pria itu. Ah dia rasanya tidak siap, rasanya canggung sekali untuk bertemu dengan pria itu setelah kemarin sempat merepotkan, dan juga dia merasa canggung pada Anya.

Di depan jalan sana Aquera sudah dapat melihat cafe Erlangga dan di samping Cafe itu pula ada gang untuk menuju rumah Erlangga yang tepat berada di belakang cafe tersebut.

Sebelum masuk ke dalam gang itu, tentu saja dia akan melewati cafe tersebut, dan saat itu tepat sekali dia melihat Erlangga yang keluar dari pintu belakang cafe yang pas menghadap ke arah gang kecil itu. Aquera langsung menghentikan motornya tak jauh dari posisi Erlangga yang saat ini pun sudah melihat kehadiran wanita itu.

Aquera turun dari motornya, lalu berjalan menuju Erlangga sambil membawa tas milik Aluka. "Maaf, Erlangga. Saya ingin mengantarkan tas milik Aluka yang tertinggal di rumah saya."

Erlangga menerima tas tersebut. "Makasih sudah antar. Tadinya mau saya ambil." Balas Erlangga.

Mereka berdua terdiam untuk beberapa saat dalam kecanggungan. Sebelum Aquera kembali bersuara. "Kalau begitu, saya pamit pulang lagi."

"Ah tunggu."

Aquera spontan menghentikan langkahnya. "Iya, ada apa?"

"Mau mampir dulu? Kebetulan Aluka sedang ada di rumah."

Aquera mempertimbangan untuk beberapa saat, dia sepertinya tertarik dengan ajakan itu karena ingin bertemu dengan Aluka lagi. Tapi dia tidak enak dengan Anya, seakan dia ingin mendekati anak dan suaminya itu. Dia tidak ingin menjadi perebut keluarga orang lain.

"Sebentar saja." Sebelum Aquera menolaknya, Erlangga sudah kembali bersuara membuat niat yang awalnya ingin menolak, diurungkannya oleh Aquera.

Aquera pun mengangguk. "Kalau boleh."

"Iya boleh." Balas Erlangga tersenyum ramah.

Mereka berdua pun berjalan bersama menuju rumah Erlangga. Jangan lupakan motor Aquera yang tadi di simpan asal di pingiran gang tersebut. Dan kini Erlangga lah yang menawarkan diri untuk mendorongnya. Padahal mereka bisa menggunakan motor tersebut, meski jarak menuju rumah Erlangga tidak terlalu jauh dari posisi mereka sebelumnya, itu lebih menghemat waktu dan tenaga. Tapi entahlah sepertinya akal mereka tersedot jadi menyusahkan diri bersama adalah ide yang bagus untuk bisa lebih lama berdua.

"Maaf Aluka merepotkanmu tadi siang." Ucap Erlangga memecahkan keheningan diantaranya dan Aquera.

"Tidak. Saya tidak merasa direpotkan. Saya senang Aluka bisa nyaman dengan saya. Hanya saja saya tidak enak pada ibunya Aluka. Saya bisa mengerti perasaannya sebagai sesama wanita."

Erlangga menganggukkan kepalanya paham. Pria itu sungguh membuat Aquera frustasi karena tidak bisa mendapatkannya, beruntunglah Anya mendapatkan pria modelan Erlangga ini. Erlangga adalah tipe pria yang selalu menghargai lawan bicaranya, memberikan respon yang menyenangkan bagi lawan bicaranya.

I'm (not) MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang