Bab 38 : Tempat baru

44 6 7
                                    

Atmosfer di ruang tamu itu begitu menegangkan. Setelah kedatangan tamu yang mungkin telah diduga, dan pembahasan mereka mengenai maksud dan tujuan datang berkunjung. Suasana hati Aquera seketika gelisah menanti keputusan ibu dan ayahnya.

"Tidak mungkin kalian membiarkan anak kalian hamil tanpa seorang suami." Tekan Juanda kepada kedua orang tua Aquera. Namun matanya menyorot kepada Aquera yang menundukan kepalanya.

"Saya tidak ingin menyerahkan putri saya pada orang yang sudah merusaknya." Bara membuat suasana semakin tak karuan. "Kalian sebagai orang tua pasti paham."

"Ya kami paham, tapi mereka melakukannya pun karena sama-sama suka, anda tidak bisa menyalahkan semua kepada Erlangga."

Aquera mencengram rok sekolahnya. Perasaannya tak karuan, dia tahu tidak bisa semua kesalahan dilempar pada Elang, tapi sungguh dia tidak ingin mendengar dia seorang perempuan yang ingin dirusak. Dia tidak ingin.

Hena menahan sesuatu dipelupuk matanya sebelum berbicara. "Anda tahu, anak saya harus berhenti sekolah karena ini."

Juanda menoleh ke arah Elang yang ingin bersuara. "Dia bisa melanjutkan paket C."

Hena sangat ingin tertawa, sungguh memuakan rasanya. "Lalu bagaimana masa depan anak saya ini? Apa anak anda bisa menafkahinya jika mereka menikah, hah?" Hena menoleh pada Elang yang diam membisu, tak berusaha untuk berbicara. Wanita itu memiliki kesan baik pada pemuda tersebut, namun kesan baik itu telah hancur.

"Anak kalian mungkin bisa mendapat biaya mandiri untuk kesenangannya sendiri dari kalian. Tapi saya mencoba menghukum anak saya untuk hidup tanpa bergantung lagi pada kami." Balas Juanda. "Kita hidup di lingkungan yang serba terpandang, alangkah baiknya menjauhkan mereka dari lingkungan yang sekarang."

Hena dan Bara sungguh tidak tega membiarkan anaknya hidup kesusahan. Tapi mereka pun sangat ingin menghukum mereka berdua. Mereka harus tahu bahwa menjadi orang dewasa yang sudah menikah dan sulit dalam perekonomian itu sangat sulit apalagi mereka dari lahir telah disuapi dengan sendok perak.

"Kemana mereka akan tinggal setelah itu?" Tanya Bara memastikan rencana pihak sebelah tidak terlalu menyulitkan anaknya.

"Sudah saya urus."

***

Saat ini adalah ulangan akhir semester. Aquera rasanya sedih ulangan akhir semester ini benar-benar ulangan terakhirnya di sekolah.

Keluarganya dan keluarga Elang sudah memutuskan mereka untuk mengadakan pernikahan dan setelah itu mereka tinggal berdua di sebuah kontrakan yang sebenarnya tidak terlalu jauh dari rumah Aquera, hanya sekitar 30 menitan untuk menuju kesana. Namun masih cukup jauh untuk menuju jangkauan sekolah mereka. Hanya untuk meminimalisir kemungkinan bertemu dengan murid yang bersekolah di sekolah mereka saat ini.

Kembali pada situasi saat ini, saat Aquera sedang fokus mengerjakan ulangannya. Tangannya tanpa sadar beralih untuk mengusap perutnya yang masih rata. Di sebelahnya seorang kakak kelas beda jurusan duduk sambil fokus mengerjakan ulangannya juga.

Untung saja dia tidak satu kelas dengan Elang, karena jika mereka sekelas untuk ulangan kali ini. Aquera pasti tidak akan bisa fokus. Entah kenapa dia akan selalu ingin melihat wajah pemuda itu terus dan itu akan membuatnya tidak selesai mengerjakan ulangan.

Selesai mengerjakan ulangannya dan waktu pun habis, segera murid semua berhamburan untuk beristirahat. Aquera tidak segera pergi dari tempat duduknya, tidak ada selera untuk makan sekarang ini. Dan biarkan Teresa dan Inggit menemuinya ke kelas, mereka sekarang beda kelas hanya untuk ulangan kali ini.

Dan benar saja Teresa dan Inggit berjalan masuk menuju kelasnya menemui Aquera.

"Ra, Ra. Gue sama Inggit tadi liat bonyok lu masuk kantor kepala sekolah. Mau ngapain?"

I'm (not) MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang