Bab 28 : Diskusi

120 13 2
                                    

Aquera masih tidak tahu kemana perginya Elang tadi, tapi dia mencoba berpikir positif. Mungkin saja kakak kelasnya itu pergi sebentar untuk ke toilet atau ada urusan lain. Segeralah Aquera duduk di tempat duduknya tadi. Seketika Aquera jadi bingung harus berbuat apa, ini kan lomba berpasangan, jika tidak mendiskusikannya bersama dia takut akan mengacaukan lombanya.

Tapi sebaiknya dia membaca bukunya terlebih dahulu sekarang, untuk sekedar mencari referensi. Setelah itu Aquera kembali bangkit dan membawa buku yang terdiri dari 5 tumpuk buku itu menuju meja penjaga perpus.

"Saya titip ini sebentar ya, kak." Ujarnya pada penjaga perpustakaan yang sudah sering dia lihat. Kakak kelas yang saat itu sempat berbicara dengannya.

"Ngokey." Balas siswi itu tanpa melepaskan pandangannya dari buku novel yang sedang dia baca.

Karena tidak ingin mengganggu waktu kakak kelasnya itu, Aquera segera pergi dari sana. Melesat menuju kelasnya untuk mengambil alat tulis. Dia akan menulis sebagian materi yang mungkin akan menjadi pertimbangan untuk membahas artikelnya nanti.

Tak lama dari Aquera pergi, Elang kembali masuk ke dalam perpustakaan itu dengan membawa tas berisikan laptop di dalamnya.

Seakan dapat mencium keberadaan Elang di sekitarnya. Penjaga perpustakaan itu segera mengalihkan atensinya kepada Elang yang hendak melewat di depannya.

"Woy Lang!" Sapanya dengan suara yang tidak pelan, padahal dalam perpustakaan dilarang berbicara dengan keras. Kerena dia penjaganya, dia bebas.

Langkah pemuda itu otomatis berhenti dan beralih menghadap pada siswi tersebut. "Kenapa, Res?" Tanyanya. Mungkin mereka saling kenal, itu sebabnya Elang dapat menyebut nama siswi tersebut.

Resna yang sering di panggil Reres itu menunjuk ke arah tumpukan buku yang tadi Aquera simpan disana. "Ambil nih, Aquera tadi yang nyimpen."

"Kemana orangnya?" Tanya Elang sambil mendekat untuk menggapai tumpukan buku tersebut.

"Kebelet kali. Gak tau deh." Setelah itu dia memicing dengan tatapan menyebalkan bagi Elang. "Ikut lomba jurusan lain nich, padahal ada lomba fisika juga, tapi malah ditolak. Gak takut mama marah tuch?"

Elang tersenyum hingga matanya menyipit, pemuda itu kemudian mengangkat tangannya yang terkepal hendak menggetok kepala teman satu kelasnya itu. "Res, gue bakal tega bikin kepala lu benjol."

Reres malah semakin senang menggoda pemuda seperti Elang ini. Tapi sebelum dia kembali berbicara. Datang Aquera yang terkejut memilihat keberadaan Elang disana.

"Kak Elang?" Ujarnya, seketika kedua orang yang tadi hampir bertengkar itu menengok ke arahnya. "Kakak tadi kemana?" Aquera berjalan mendekat sekalian membawa bukunya tadi.

"Oh tadi saya ngambil laptop ke kelas, maaf gak sempat beritahu dulu. Tadinya mau sebentar."

"Ah iya, tidak apa-apa." Aquera hendak meraih kelima tumbukan buku tersebut, tapi tangannya dicegah oleh tangan milik Elang.

"Saya saja yang bawakan."

Pembicaraan mereka membuat seseorang yang sedari tadi memperhatikan berdecak kesal. Hal itu menarik atensi keduanya. "Ck, ngapain sih pakai saya-kamu segala. Udahlah pakai lu-gue atau aku-kamu kek. Formal banget sih."

"Res." Tegur Elang kepada temannya itu, tapi Reres hanya memutar bola matanya malas. Setelah itu dia kembali melihat kearah kedua sejoli yang menurutnya memiliki sifat yang sama kakunya.

Sedangkan Aquera hanya bisa tersenyum canggung, melihat itu Elang berinisiatif untuk membuatnya tak merasa tak nyaman. "Eh tapi bener juga, kita manggilnya jangan formal-formal banget. Dalam beberapa hari ini kita bakal banyak berinteraksi bukan? Gak enak kalau ngomongnya kaku."

Reres memicing matanya mendengar perkataan pemuda itu. Dari sorot matanya seolah mengatakan, 'yang membuat suasana jadi kaku itu lu sendiri' tapi biarkan saja deh asal tidak di depannya kalau ingin bersikap kaku. Meski sebenarnya Elang tidaklah sekaku itu, jika dengan orang yang menurutnya bisa diajak santai, dia akan ikut bersikap santai. Hanya kali ini saja mungkin Elang terlihat bersikap tak biasa, seakan tak bisa mengontrol sikapnya sendiri.

"Ah iya kak." Aquera membalasnya dengan sedikit gugup, dia sendiri tak mengerti kenapa dia jadi canggung seperti ini. Mungkin karena yang akan berurusan dengannya itu adalah murid populer seperti Elang yang memiliki banyak penggemar termasuk sahabatnya sendiri yang menjadi salah satu penggemarnya. Teresa sering kali membicarakan soal pemuda ini, bahkan Aquera pernah membicarakannya juga pada ibunya dan ibunya jadi ikut penasaran. Dan pada akhirnya Aquera memperlihatkanlah foto kakak kelasnya itu di media sosial pribadi milik Elang yang tentu saja memiliki banyak pengikut.

"Udah kalian sana kerjain artikelnya, gue mau selesain baca novelnya nih."

Dan kini Elang yang memicing kepada temannya itu karena menurutnya sikapnya sangat menyebalkan, padahal gadis itu sendiri yang duluan mencegahnya pergi.

Setelah itu kedua manusia berprestasi itu pergi dari hadapan manusia yang novel is nomer 1. Gak fiksi gak hore kalau katanya.

***

Aquera mengetuk-ngetuk pulpen yang ujungnya berbentuk kartun doraemon itu pada dagunya sendiri. Sambil melihat ke arah jendela perpustakaan, melihat langit dari kejauhan. Hamparan langit yang berwarna biru itu membuatnya senyum sendiri. Sticky notes itu berwarna biru langit. Dan sekarang dia menjadi suka warna biru langit.

Tak lama matanya bergulir kepada sosok yang duduk di depannya. Kini mereka duduk saling berhadapan, dengan Aquera yang sibuk membaca lalu mencatat, dan Elang yang sibuk mengetik hasil catatan Aquera dan entah apa lagi.

Tanpa sadar Aquera memperhatikan wajah kakak kelasnya itu dengan seksama. Ternyata benar bahwa kakak kelasnya ini lumayan tampan atau memang sangat tampan? Pantas saja banyak siswi-siswi yang mengandrunginya. Bagaimana jadinya jika yang berada di posisi Aquera ini adalah Teresa, gadis itu mungkin tidak akan bisa diam bagai cacing sesak nafas.

Mata yang sedang fokus menatap layar laptopnya itu tak sadar sedang di perhatikan oleh orang di depannya. "Em, Aquera coba pinjam bukunya." Pintanya menatap Aquera yang terkejut karena kembali dari lamunannya.

"Ah ini." Tanpa berlama-lama, Aquera segera memberikan buku catatannya itu kepada Elang yang segera di terima baik oleh pemuda tersebut.

Elang ini sangat profesional menurut Aquera, jika harus serius dia akan benar-benar serius, bahkan Aquera saat ini sudah sedikit bosan karena sudah menghabiskan waktu di perpustakaan hampir 2 jam. Mereka izin tidak masuk kelas untuk saat ini. Tadinya Aquera tidak ingin tapi Elang mengatakan itu tidak apa-apa, sekali-kali bolos. Katanya.

Elang menggeser laptop yang berada di depannya itu, agar dengan mudah bercakap langsung dengan Aquera. Sambil menyodorkan buku Aquera kembali, Elang menunjuk titik dimana yang ingin mereka bahas.

"Bagaimana kalau ini kita ubah. Menurutku, untuk pandangan orang itu semuanya sama saja. Yang membedakan sudut dimana dia memandangnya. Bagaikan novel yang memiliki sudut pandang orang kesatu dan ketiga, kalau cara pandang secara nyata pun sama saja. Kalau memang benar-benar ada yang keras kepala untuk membedakan pandanganya, dia tahu dia keliru tapi dia ingin beda karena itu tak biasa."

Setelah itu Elang menarik kembali buku catatan tersebut dan menulis sesuatu di dalam sana. Aquera hanya bisa memperhatikannya dalam diam. Hingga buku itu kembali diserahkan kepada Aquera.

"Sebenarnya mengambil tema psikologi ini cukup sulit, tapi karena itu kita harus mengambilnya. Aku yakin banyak yang mengambil tema sosial budaya atau hubungan sosial lainnya karena sebenarnya budaya sosial itu selalu berubah setiap masanya. Itu sangat pasaran."

Aquera hanya mengangguk lalu membaca tulisan yang tadi di tulis oleh Elang. Sudut bibirnya terangkat. Ah, pemuda itu membuatnya melihat dalam sudut pandangannya ternyata.

Bersambung...

Oh hai! Sorry ya kalau gue keliru. Ya karena sebenarnya gue gak terlalu paham mengenai sosial humanity atau hubungan sosial lainnya. Itu juga gue baca-baca sedikit dari internet mengenai soshum dan psikologi yang masuk ke dalam soshum. Gue bukan anak IPS atau pun IPA, anak bahasa juga bukan. Intinya gue bukan anak SMA. Gue anak SMK coeg! Jurusan TKJ pula. Apalah yang gue pelajari selain merouting. Gue kepikiran buat soshum ini keinget temen gue yang mau ngambil kuliah jurusan soshum, jauh sekali😭

I'm (not) MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang