Yang diobrolin Aquera dan Erlangga pada Bab 16
***
"Ngomong-ngomong, kamu suka bikin Artikel seperti ini, pernah coba ikut lomba?" Tanya Erlangga."Ah tidak pernah, saya hanya merilisnya sendiri di website pribadi."
"Wah padahal untuk membuat website pribadi itu memerlukan modal." Aquera tersenyum menanggapinya. "Tapi, waktu itu ada lomba tulis esai di sekolah. Kenapa kamu tidak ikutan?"
"Benarkah? Saya tidak tahu. Kapan itu adanya?"
"Mungkin saat kamu kelas 11."
Aquera lalu tersenyum sendu. "Saat itu saya tidak masuk sekolah."
"Kenapa?"
"Sebenarnya saya pernah mengalami kecelakaan saat saya masih duduk di kelas 10, dan disana saya koma selama 2 tahun."
Erlangga tak bergeming. "Lalu?" Cicitnya menanyakan kelanjutan cerita Aquera. "Bagimana kamu bisa seperti sekarang? Kuliah di Korea?"
"Hm, saat bangun dari koma prioritas utama saya adalah pemulihan tubuh saya yang saat itu sedikit lumpuh karena terlalu lama berbaring. Butuh waktu 1 tahun hingga saya bisa berjalan lagi dengan normal, begitu juga berbicara, saat itu rasanya kaku sekali untuk membuka mulut sedikit saja." Aquera menepuk-nepuk pipinya pelan saat membayangkan kondisi tubuhnya dulu. Erlangga memperhatikannya dengan lekas, menunggu Aquera melanjutkan ucapannya.
"Dan satu tahun berikutnya saya ngejar paket C. Setelah mendapatkan ijazah, tadinya saya akan melanjutkan pendidikan di sini saja, tapi ada ada... kakak tahu semacam sponsor seperti itu yang menawarkan beasiswa kuliah di Korea. Orang tua saya tak melarang saya kuliah di luar negri, malah mendukung, hitung-hitung mencari pengalaman atau sebagainya. Bukannya tak khawatir juga, hanya saja orang tua saya tak ingin membatasi kebebasan saya. Seperti itu."
Erlangga bertepuk tangan pelan untuk mengapresiasi. "Wah, kamu sungguh hebat."
Aquera tersipu malu. "Tidak juga."
"Bagaimana kuliah kamu di sana? Apa memberatkan atau lumayan ringan?" Tanya Erlangga tak ingin memutuskan pembicaraan mereka terlalu cepat.
"Saya merasa itu cukup ringan, dengan saya yang di kelilingi oleh orang-orang yang baik. Saya bersyukur atas itu."
Erlangga memiringkan kepalanya, tersenyum teduh saat melihat senyum dari bibir Aquera saat menceritakan betapa senangnya dia kuliah di luar negri namun tak merasa itu berat karena banyak orang yang baik di sekitarnya.
"Tentu saja." Ujar Erlangga.
Aquera menengok ke arah Erlangga dengan wajah tanda tanya. Erlangga kemudian menegangkan kembali tubuhnya dan melihat ke arah luar kaca. "Sebagian orang akan bersikap baik pada yang berparas menarik, sebagiannya lagi akan bersikap baik pada orang yang hatinya baik. Terlepas dari mereka itu orangnya humoris atau pun kaku. Dan menurut saya, kamu itu orang yang berparas menarik dan hati yang baik."
Aquera seketika bersemu malu. "Tidak juga." Cicitnya.
Seketika Erlangga tertawa gemas yang membua Aquera semakin malu saja. Hening untuk beberapa saat untuk membiarkan Aquera menyantap camilannya.
"Mungkin kalau saat itu tidak terjadi apa-apa padamu, kita akan menjadi rekan di perlombaan membuat esai." Ujar Erlangga memulai lagi percakapan.
"Wah apakah yang mengikuti lomba membuat esai itu kakak?"
Erlangga tertawa pelan. "Hm, awalnya saya tidak mau karena tidak biasanya membuat esai mengenai sosial humanity, tapi karena paksaan dan tidak ada kandidat lain yang bersedia jadi terpaksa saya. Dan ternyata saya tidak sendiri, sebenarnya lomba itu berpasangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) MAMA
Teen FictionAquera mengambil cuti kuliahnya di luar negri untuk pulang ke rumah. Saat berkumpul dengan temannya di sebuah cafee, saat itu ada seorang anak kecil berusia 5 tahunan yang berlari ke arahnya dan memanggilnya dengan sebutan "Mama!" Jelas saja dia ter...