Aquera kembali menuju kamarnya setelah makan malam, malam ini dia makan malam sendiri lagi. Ayah dan ibunya masih belum pulang. Tapi tidak apa, Aquera sudah biasa.
Di kamar Aquera langsung berjalan menuju meja belajarnya, menyalakan kembali laptop yang sempat dia mode sleep kan. Saat sedang asik mengetik seketika Aquera teringat dengan tugas sekolahnya.
"Yaampun karena ini aku sering telat mengerjakan tugas sekolah." Aquera meringis membayangkan minggu kemarin dia ikut kena hukuman karena lupa mengerjakan tugas.
Jangan salah, meski menjadi murid unggulan dan disenangi guru-guru. Aquera tetaplah manusia biasa, dia kadang melupakan tugas sekolahnya hanya karena terlalu asik menulis artikel.
Aquera menyingkirkan laptop yang berada di hadapannya. Menarik tas sekolahnya yang dia simpan di simping meja belajarnya itu. Membukanya dan mengambil buku catatan yang berisi tugas sekolahnya itu.
Sambil membuka-buka isi buku tersebut, Aquera jadi iseng melihat kembali ke dalam tas dan menemukan buku catatan lain yang telah dia pakai untuk menulis diskusinya dengan Elang tadi siang.
Seketika rasa ingin kembali membaca tulisan kakak kelasnya itu meningkat. Dengan keisengannya dan senyum yang merekah Aquera membuka halaman dimana tulisan Elang berada. Rupanya dia melupakan niat awalnya untuk mengerjakan tugas sekolah.
Aquera membaca tulisan Elang dengan seksama hingga seketika pikirannya terfokus pada bentuk tulisan tangan pemuda itu. Aquera mengenyit, apa dia salah lihat atau memang ini benar-benar mirip. Aquera kembali membacanya hanya untuk mengamati bentuk tulisan tersebut. Hingga matanya terarah pada meja laci kamarnya. Segera Aquera membuka meja tersebut dan mengeluarkan satu lembar sticky notes dari dalam sana.
Mencocokan bentuk tulisan milik Elang dengan yang ada di dalam sticky notes tersebut. Seketika Aquera merasa nafasnya tersendat.
"Ah, ini tidak mungkin." Ujarnya masih tidak bisa mempercayainya, bahwa tulisan itu sama persis.
Aquera meletakan buku itu ke dalam tas kembali, membuka laci tadi untuk mengambil beberapa lagi sticky notes dari dalam sana. Membaca salah satu pesan disana yang terdapat akhiran inisial dari penulis anonymous tersebut.
'Erl'
"Apa itu inisial nama kak Elang?" Aquera tidak tahu nama panjang dari kakak kelasnya itu, semua orang selalu memanggilnya Elang saja. Bahkan saat dipanggil untuk ke atas podium, guru tetap memanggilnya Elang. Mungkin nama itu sudah sangat di kenal di antara para murid dan guru.
***
Keesokannya Aquera dan Elang membuat janji untuk bertemu di sebuah cafe. Dan mendiskusikan kerja kelompok mereka disana sepulang dari sekolah. Mereka cukup belajar dari kesalahan kemarin yang tidak masuk kelas membuat mereka meninggalkan pelajaran.
Cafenya tidak jauh dari sekolah sehingga mereka memilih untuk berjalan bersama menuju cafe tersebut. Dan hal itu dapat menarik perhatian beberapa murid sekolah mereka. Bahkan saat ini handphone Aquera sudah berbunyi beberapa kali karena mendapat notifikasi dari Teresa. Gadis itu menanyakan kedekatan Aquera dan Elang, padahal Aquera sudah menceritakan bahwa mereka satu tim dalam perlombaan membuat esai.
Materi yang mereka bahas sudah mereka diskusikan pula dengan pak Benny, awalnya ada sedikit kritikan sampai pak Benny membiarkan apa yang akan mereka kerjakan kedepannya, itu berkat Elang yang dengan optimis berbicara dengan yakin tentang keyakinannya. Sehingga Aquera sangat kagum dengan totalitas Elang dalam lomba kali ini.
Masuk ke dalam cafe, mereka disambut dengan musik jazz dan suasana cafe yang klasik.
"Kita duduk di sini saja." Elang mengarahkan Aquera untuk duduk di bangku yang menghadap ke kaca luar. Sehingga mereka bisa duduk bersebelahan. Aquera mengangguk mengetujui. "Kamu suka kopi?" Tanya Elang sambil meletakkan laptopnya di atas meja.
"Tidak terlalu, aku lebih suka milkshake."
"Kalau begitu aku pesankan milkshake. Rasa apa?"
"Hm..." Aquera berusaha mengeluarkan tempat pensilnya yang menyelip dipaling ujung tasnya. "Ah, choco oreo." Jawabnya.
Elang mengangguk setelah itu pergi menuju tempat barista yang sedang membuat kopi. Dia sengaja tak menunggu pramusaji menuju kearahnya karena ingin menyapa temannya yang bekerja disana.
"Harka." Tegurnya pada barista yang sedang sibuk menghias kopi latte itu.
Pemuda yang bernama Harka itu melirik pada Elang yang datang mengampirinya. Dia berdecih setelah itu tersenyum konyol. "Apa? Lu mau maksa gue masuk kuliah lagi? Ogah."
Elang memutar bola matanya. "Gue pesan milkshake choco oreo satu dan lattenya satu." Setelah itu tanpa mengatakan apapun lagi, Elang kembali berjalan menuju kursinya. Sebenarnya tidak ada alasan lain untuk menghampiri barista tersebut, hanya ingin menampilkan batang hidungnya saja sekalian iseng membuat pemuda tadi sedikit sebal melihat keberadaan Elang disana.
Disisi lain Aquera tengah melamun sambil melihat ke arah pulpen dengan ujung berbentuk kartun doraemonnya itu. Karena sekarang menyukai warna biru, dia jadi sering membeli barang berwarna biru.
Jantungnya sedari tadi sebenarnya tidak berdetak dengan normal. Mungkin sedari malam setelah dia memeriksa bentuk tulisan Elang dengan tulisan yang ada dalam sticky notes tersebut. Apa itu benar dia orangnya? Atau hanya tulisannya saja yang mirip. Aquera perlu bukti lain untuk meyakinkan dirinya lagi. Yaitu dengan mengetahui nama asli dari kakak kelasnya ini, Elang.
Diliriknya meja di sampingnya yang terdapat laptop milik Elang dan di pinggirnya lagi ada tas warna hitam milik kakak kelasnya juga. Untuk bisa melihat nama dari kakak kelasnya itu, Aquera perlu melihat buku milik Elang. Disana pasti terdapat nama lengkap dari Elang.
Saat masih sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba saja Elang kembali dari memesan pesanannya dan duduk di kursi sebelah Aquera.
"Ah!" Aquera cukup terkejut karena sempat memiliki rencana untuk membuka tas hitam itu.
"Ada apa?" Tanya Elang heran melihat Aquera begitu terkejut dengan kehadirannya.
Aquera buru-buru menggeleng, bukan hanya untuk menjawab pertanyaan Elang, tapi juga untuk menghilangkan pikirannya mengenai rencananya tadi.
Setelah itu mereka kembali mulai berdiskusi. Bahkan minuman mereka mereka anggurkan begitu saja. Saat mereka memutuskan istirahat barulah mereka meminum minumannya tersebut. Sambil menyedot minumannya, Aquera melirik sedikit ke arah Elang yang sedang memperhatikan ke arah luar cafe tersebut.
Dengan tiba-tiba Elang mengalihkan pandangnnya ke arah Aquera yang sudah dia sadari sedang memperhatikannya lewat sudut matanya itu. "Kenapa? Ada yang aneh di muka aku?"
Aquera segera menggeleng lalu membuang muka. Rasanya malu kepergok sedang memperhatikan orang oleh orang yang sedang kita perhatikan.
"Kak." Kini Aquera bersuara, dan dibalas dehaman dari Elang. "Boleh aku pinjam buku catatan kakak?" Tanyanya dengan ragu.
Elang sedikit tidak mengerti, tapi setelah itu dia mengeluarkan buku catatan miliknya kepada Aquera. Aquera seketika terdiam, ternyata semudah itu meminta untuk melihat buku catatan kakak kelasnya ini.
Aquera menerika buku itu dan melihat sampul buku tersebut yang hanya polos karena dibungkus dengan kertas jagung dan hanya ada tulisan kecil di pojok atas.
"Apa nama asli kakak hanya Elang saja?" Tanyanya penasaran karena disana hanya tertulis nama pemilik buku itu Elang. Tidak ada nama panjangnya.
"Itu hanya panggilan, semuanya sudah biasa memanggilku dengan nama itu."
"Jadi sebenarnya ini bukan nama asli kakak?"
Elang menyimpan gelasnya sedikit jauh dari laptop yang sedang dia gunakan sebelum menjawab pertanyaan Aquera. "Hm, nama asliku Erlangga."
Deg!
Bersambung...
Auh! Teu percaya ges part 30 dai!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm (not) MAMA
Fiksi RemajaAquera mengambil cuti kuliahnya di luar negri untuk pulang ke rumah. Saat berkumpul dengan temannya di sebuah cafee, saat itu ada seorang anak kecil berusia 5 tahunan yang berlari ke arahnya dan memanggilnya dengan sebutan "Mama!" Jelas saja dia ter...