Bab 32 : Langit biru

138 15 1
                                    

Suasana cafe berubah menjadi penuh dengan bunga-bunga, seperti film romansa cerita anak SMA. Mungkin itu karena kedua insan ini yang sedang di mabuk asmara. Lagu yang di putar pun menjadi lagu Tulus - Jatuh Cinta.

Artikel yang tengah digarap pun harus terabaikan oleh lirik yang digumamkan Elang.

Aquera tidak mengetahuinya, awalnya, tapi setelah hari ini dia jadi ikut jatuh cinta dengan lagu Jatuh Cinta ini.

"Dia punya semua pesona."

"Dia punya semua yang ku damba."

Elang menatap layar laptop tanpa minat, kemudian melirik Aquera yang sedari tadi sudah melihat ke arahnya. Senyumnya terukir saat mendengar lirik lagu Tulus itu dengan memandangi wajah Aquera.

'Sosok yang cantik anggun menarik gerak menawan'

'Tutur cemerlang hati yang tulus tak bisa aku lewatkan'

Kemudian Elang tertawa gemas saat melihat Aquera yang menatapnya tanpa berkedip, bagai orang yang tak paham dengan arti tatapan Elang yang sebenarnya sangat mendambakan gadis yang berada di hadapannya ini.

Tak berapa lama Aquera tersadar, dia sangat malu hingga pipinya merona. "Kakak ini senang sekali menyanyi, kenapa harus sambil lihat wajah aku? Jadinya malu."

Tawa Elang semakin keras. Apa Aquera benar-benar semenggemaskan ini? Yaampun.

"Mau pergi jalan-jalan?"

Aquera terkejut dengan pertanyaan Elang. "Eh? Sekarang?"

"Minggu aja. Mau?"

Aquera mengangguk pelan, sebenarnya dia masih malu, pipinya saja masih merah merona. Elang yang salah fokus dengan pipi itu rasanya ingin mencubitnya.

"Mau jalan kemana?" Tanya Aquera.

"Gramedia?" Elang terkekeh pelan. "Aku lihat kamu sepertinya lebih suka jalan-jalan ke sana."

Aquera ikut tertawa. "Aku gak sekutu buku itu kali. Tapi kalau kakak mau, aku ikut saja."

***

Aquera sudah menunggu selama 3 hari untuk menuju hari minggu. Dan di hari minggu, janji mereka sepertinya harus tertunda karena hujan lebat di siang bolong seperti ini.

Aquera menatap ke arah luar jendela dengan lesu. "Hujannya kenapa harus sekarang? Biasanya malam."

"Kenapa? Emang mau ke mana?" Aquera terkesiap mendengar suara ibunya. Kemudian dia berbalik dan menghampiri sang ibu yang berada di ambang pintu kamarnya.

"Em, mau main. Jalan-jalan gitu."

Hena melangkah masuk ke dalam kamar Aquera, kemudian duduk di kursi meja belajar putrinya itu. "Kenapa gak main di rumah aja. Ajak teman kamunya ke rumah."

Aquera menggigit bibirnya. Gugup jika harus mengatakan pada ibunya bahwa dia akan pergi main dengan laki-laki. Karena ini pertama kalinya dia akan pergi dengan laki-laki.

"Kenapa?" Tanya Hena tak mengerti melihat Aquera yang seakan sulit mengatakan sesuatu.

"Sebenarnya aku mau main sama temen cowo."

I'm (not) MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang