Bab 11 : Hari Aluka

157 16 0
                                    

Hello... sorry beberapa hari ini gue gak update karena ada acara study tour di sekolah, jadi gak sempat nulis

***

"Ibu gak mau, Ka."

Aluka murung setelah mendengar ucapan ibunya itu. Saat ini dia dan ibunya sedang menulis surat undangan untuk ulang tahunnya 4 hari lagi. Mereka akan merayakan ulang tahun Aluka yang ke 6 itu di cafe milik Erlangga. Saat pesta ulang tahun nanti berlangsung, Cafe hanya akan dihadiri oleh tamu undangan dan keluarga terdekat Erlangga. Dan Aluka ingin mengundang Aquera, anak itu bahkan membuat surat undangan untuk Aquera spesial dengan tulisan tangannya sendiri. Namun Anya melarangnya.

Anya tak tega melihat wajah murung Aluka. Tapi dia sungguh tak ingin Aquera hadir di pesta itu. Jujur saja dia cemburu jika Aluka lebih manja pada Aquera.

"Aluka? Dengarkan ibu. Kalau misalnya Aquera ada di pesta ulang tahun kamu, ibu akan-"

"Kaka!" Panggil Genaya masuk ke dalam rumah. Dia baru saja pulang kuliah dan ingin membantu Aluka mempersiapkan ulang tahun anak itu. Dia tak sadar bahwa telah memotong ucapan Anya. Genaya langsung saja memeluk tubuh kecil Aluka dan menciumi pipi gembul anak kecil itu.

"Bibi ih diam!" Kesal Aluka karena sulit lepas dari rengkuhan Genaya yang agak berlebihan.

Genaya lalu sadar bahwa ada Anya di sebelah Aluka. "Eh kak Anya enggak masuk kantor?" Tanya Genaya seraya duduk di samping Aluka.

Anya sebenarnya agak kesal dengan kelakukan Genaya. Tapi dia tidak bisa memarahi adik dari Erlangga itu.

"Wah Kaka-"

"Bukan Kaka, bibi." Aluka memotong ucapan Genaya, jari anak itu berada di depan bibir milik bibinya. Genaya mengerjap lucu. "Tapi, Alu! Sekarang nama panggilan Aluka itu Alu."

"Yasudah, Alu. Kamu sedang menulis apa? Kenapa undangan itu beda dari yang lain?" Tanya Genaya setelah melihat sebuah kartu undangan yang hendak di tulis oleh Aluka, yang membedakannya dari yang lain yaitu disana di buat lebih menarik oleh karya tangan anak kecil itu meski memang tak rapi.

Aluka melihat ke arah kartu undangan yang dikhususkan untuk Aquera tadinya. "Alu mau kasih ini untuk mama. Tapi gak jadi." Jawabnya lesu.

Genaya melirik ke arah Anya yang juga melihat ke arahnya, lalu kembali melihat ke arah bocah kecil itu yang menunduk lesu. "Kenapa tidak jadi?" Tanyanya.

"Mama suka gak ya sama coretan aku?" Tanya Aluka.

Genaya mengacak puncak kepala Aluka dengan gemas. "Kak Aquera itu orangnya baik, dia pasti suka apalagi Aluka bikinnya spesial seperti itu."

Namun Aluka tidak kunjung senang, tentu saja itu bukan alasannya. Dan Genaya memahami hal tersebut, dia lalu tidak memperpanjang hal tersebut. Dan berakhir dia membantu Aluka untuk menyebarkan undangan tersebut.

***

Anya merapikan baju yang dikenakan oleh Aluka. Baju gaun pesta untuk anak kecil yang berwarna biru langit, dan dihiasi oleh pita-pita dan mutiara kecil yang menambah kesan indah. Setelah itu Anya menyisir rambut Aluka sampai rapi, dan dikepang menjuntai.

"Nah cantik." Ucap Anya. Memperhatikan Aluka yang sedang berputar putar sehingga dress yang dikenakannya menggembang seperti bunga.

Aluka berjingkrak-jingkrang senang. Dia merasa puas dengan tampilannya saat ini. Tak lama suara pintu di ketuk, dan muncul Erlangga dari balik pintu tersebut.

"Sudah siap?" Tanyanya. Ibu dan anak itu lalu beranjak dan berjalan menuju Erlangga. Sebelum menghias Aluka, Anya memang sudah siap duluan.

"Yu, sudah." Ajak Anya lalu menggandeng tangan Aluka keluar dari kamar, menghampiri Erlangga.

I'm (not) MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang