Bab 4 : Pendapat

265 22 0
                                    

Malam ini Aquera tidur sendiri di rumahnya, orang tuanya sedang pergi selama 2 hari ke luar kota karena urusan kantor ayahnya dan ibunya ikut untuk menemani perjalanan sang ayah. Tadinya dia ingin mamanggil sahabatnya untuk menemaninya di rumah namun dia mengerti sepertinya kedua sahabatnya sedang dalam masa-masa sibuk saat ini.

Akhirnya, malam ini Aquera hanya berdiam diri di dalam kamarnya setelah makan malam. Karena belum mengantuk gadis itu memutuskan untuk memainkan handphonenya saja sambil bertukar pesan dengan Yeri di Korea.

Saat menunggu balasan dari Yeri, Aquera pun berpikir untuk membuka akun sosial medianya. Dan dia penasaran dengan akun sosial media pemilik cafe itu, Erlangga.

"Kira-kira namanya apa ya? Erlangga saja kah?" Dia lalu mulai mencari dengan mengetikan nama 'Erlangga' dan akhirnya ada, meski nickname pria itu sebenarnya 'Erl00'.

Aquera pun langsung melihat akun Erlangga. Dan dapat dia lihat postingan yang lebih dominan ke promosi cafe dan foto Aluka.

"Ih Aluka lucu banget." Ucapnya spontan saat melihat Aluka yang sepertinya masih belum berumur 1 tahun sedang diajarkan berjalan oleh sang ayah. "Pasti yang memotret ini istrinya". Gumamnya.

Dia pun jadi penasaran dengan Anya, dia lalu mencari akun wanita itu di pengikut Erlangga. Dan akhirnya ketemu, dia lalu melihat akun tersebut.

Dilihat Anya sering memposting kegiatan belajarnya. "Wah dia emang anak ambis." Lalu ada beberapa foto selfie dan foto dirinya yang minum di cafe Erlangga. Mata Aquera berhenti di postingan terbaru yang pemilik akun ini unggah. Dalam foto itu ada Anya, Aluka dan Erlangga sedang makan di restoran. Kameranya dipegang oleh Anya dan terlihat Erlangga yang sedang menyuapi Aluka. Melihat baju yang mereka kenakan dan tanggal postingan sepertinya ini sama dengan hari saat Aquera bertemu mereka di supermarket.

Entah angin dari mana, Aquera jadi penasaran dengan komenan komenan dari postingan tersebut. Dia dapat membaca beberapa komenan mengenai kecantikan Anya dan juga kebersamaan keluarga kecil itu.

Salah satu komenan itu mengatakan "wah kalian seperti keluarga yang harmonis."

Aquera mengenyit. "Kenapa dia mengatakan hal itu, itu jadi terdengar mereka keluarga yang tidak pernah harmonis."

Aquera pun jadi berinisiatif untuk berkomentar. "Bahagia selalu." Itu yang dikatakannya di kolom komentar.

Setelah itu Aquera mematikan handphonenya dan beranjak dari kasurnya tersebut. Dia berjalan menuju meja belajarnya dan menduduki kursi yang ada di sana, menyalakan laptop dan mengetikan sesuatu di sana. Sepertinya dia sedang membuat artikel.

***

Hari ini Aquera berencana untuk pergi ke taman itu lagi, dia berharap bahwa dia akan bertemu dengan Aluka lagi. Dia sudah sangat rindu dengan anak itu setelah tiga hari tidak bertemu.

Aquera duduk di bangku yang sama saat dia mengobrol dengan Aluka dulu. Pandangannya mengedar mencari keberadaan anak itu, dan benar saja Aluka ada di sana sedang bermain dengan teman sebayanya.

"Aluka!" Panggil Aquera menghampiri anak itu yang sedang memunguti daun daun kering di tanah.

Aluka langsung menjatuhkan daun itu saat melihat Aquera berjalan kearahnya. Anak itu langsung berlari kearah Aquera.

"Mama!" Panggilnya. Dia lalu merentangkan tangannya dan Aquera langsung menangkap anak itu. "Mama kangen aku ya?"

Aquera tertawa, anak ini seakan tahu saja isi pikirannya. Aquera pun mengangguk. "Iya kangen. Aluka sedang main apa? Kok mungutin daun kering, nanti tangan Alu jadi kotor."

"Alu? Ah iya! Alu sedang ambil-ambilin daun kering nanti di lempar deh biar kayak di film-film."

Aquera tertawa mendengar penuturan polos dari Aluka ini. "Ada-ada saja kamu. Emangnya kamu nonton dimana film itu, hm?"

I'm (not) MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang