Bab 2 : Aluka

472 27 1
                                    

Saat ini Aquera merasa bosan karena kedua sahabatnya sedang sibuk sibuknya mengerjakan tugas akhir kuliah mereka. Dan dia tidak ada kegiatan lagi di rumah. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi jalan-jalan saja di sekitar taman yang kemarin-kemarin dia datangi bersama kedua sahabatnya.

"Ibu, aku keluar dulu ya." Izin Aquera sebelum keluar. Namun, di luar rumah ada ayah dan ibunya sedang mengobrol.

"Mau kemana Aqu?" Tanya ayahnya. Aquera jadi menghampiri dulu ayah dan ibunya.

"Mau pergi jalan-jalan di sekitar taman di depan. Bosen aku di kamar terus."

"Yaudah hati-hati. Naik apa ke sananya?" Tanya sang ibu. Aquera lalu memperlihatkan kunci motornya.

"Naik cupi. Udah lama, hehe."

Setelah mendapat izin dari kedua orang tuanya Aquera pun segera pergi dari pekarangan rumahnya menaiki motor scoopy yang dia beri nama cupi. Ini adalah motor kesayangannya dulu saat masih SMA. Sudah lama tidak dia gunakan, tapi motor ini selalu dirawat oleh ayahnya jikalau Aquera ingin menggunakannya lagi, jadinya motor ini masih terlihat bagus.

Di perjalanan dia menikmati semilir angin yang menerpa wajah cantiknya. Sengaja tidak menutup kaca helm nya agar angin dapat menyapa kulit mulusnya itu. Hingga dia tiba di taman yang dia tuju. Taman itu tidak banyak pengunjung, mungkin karena ini bukan akhir pekan. Segera dia duduk di salah satu bangku yang menghadap ke arah air mancur taman tersebut sambil memakan cemilan yang tadi dia beli terlebih dahulu.

Dia lalu mengeluarkan handphonenya dan membalas pesan yang dikirim dari Yeri di Korea.

"Kangen juga sama anak ini." Gumamanya.

Aquera tertawa saat membaca pesan dari Yeri yang mengatakan gadis itu menggoreng telur mata sapi seperti yang selalu Aquera masakkan untuknya, namun telur mata sapi kali ini kini jadi telur mata iblis karena berubah menjadi hitam. Itu yang di katakan Yeri membuat Aquera tertawa terbahak-bahak. Tidak habis pikir, memangnya Yeri memasak dengan api sebesar apa.

Dia tidak tahu ada makhluk kecil yang duduk di sampingnya. Dan menyomot camilan yang sedang dia makan. Sampai bunyi krauk-krauk yang membuat dia mengalihkan atensinya menuju suara tersebut.

"Eh! Kamu anak kecil yang waktu itu, kan?" Tanya Aquera, terkejut melihat anak kecil yang saat di cafe kemarin dan saat ini tengah duduk di sampingnya dan bahkan memakan camilan yang sedang dia makan.

Anak itu lalu melihat ke arah Aquera dengan mata bulatnya. "Mama juga mama yang waktu itu kan?"

"Hah?!" Aquera bingung mendengar ucapan anak kecil itu. Apa maksud anak kecil ini? Apa jangan-jangan anak ini memanggil sebutan Mama tidak hanya padanya saja.

"Mama. Mama. Aku mau minum." Rengek anak itu. Aquera kini menormalkan raut mukanya yang mungkin tadi terlihat konyol. Biarkan sajalah anak ini memanggilnya Mama. Dia jangan berharap lebih.

"Ini." Aquera pun menyerahkan susu kotak rasa coklat pada anak kecil itu. "Kenapa kamu bisa ada di sini?" Tanya Aquera.

"Aku lagi main. Sambil nunggu ayah kerja." Jawabnya. "Bibi juga kerja, ibu juga kerja."

"Ibu?" Tanya Aquera. "Kamu punya ibu?"

Oke, dimana Aquera yang selalu berpikiran dewasa, saat ini? Itu adalah pertanyaan yang sangat konyol yang pernah dia tanyakan, apalagi itu pada anak kecil.

"Punya." Anak kecil itu mengangguk dengan polosnya tanpa memikirkan pertanyaan aneh yang ditanyakan Aquera.

"Oke. Kenapa kamu manggil aku mama? Kan kamu punya ibu."

"Sama?" Tanya anak itu setelah mendengar pertanyaan dari Aquera.

Aquera mengangguk. Dia terdiam untuk sesaat, lalu kini jadi menggelengkan kepalanya. "Itu tergantung peran apa yang dimainkan oleh orang yang dipanggil mama itu dan orang yang dipanggil ibu itu. Misalnya kalau kamu manggil mama dan ibu untuk peran orang yang mengandung kamu ya itu bisa di bilang sama, mau kamu memanggil dia ibu atau mama atau bahkan bunda pun. Tapi kalau kamu memanggil mama pada orang yang melahirkan kamu dan ibu untuk orang yang mengajari kamu semisal ibu guru, itu beda."

I'm (not) MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang