Bab 19 : Tamu

173 20 2
                                    

Keluarga kecil itu beranjak dari duduknya, berpamitan pada tamu lain untuk undur diri lebih dahulu mengingat sudah cukup mereka menghadiri acara pernikahan tersebut.

Aquera pun mengintili kedua orang tuanya di belakang, pandangannya melihat kesana-kemari namun tidak terlalu kentara. Karena dia pasti akan malu jika ditebak sedang mencari keberadaan seseorang. Namun, siapa sangka orang yang dicarinya tiba-tiba memanggilnya sehingga tiga orang itu menghentikan langkah mereka.

"Aquera!" Panggil orang tersebut yang tak lain adalah Erlangga.

Erlangga menghentikan langkahnya tepat di depan kedua orang tua Aquera. Aquera maju ke depan, dan dapat dilihat Erlangga yang sedang menyapa dengan senyum hangat kepada kedua orang tuanya tersebut.

"Iya, kak ada apa?" Tanya Aquera.

"Kalau saya ajak kamu pulang bareng, mau?" Tanya Erlangga yang langsung membuat Aquera tersentak. Dia spontan menengok ke arah ayah dan ibunya.

Tak bisa Aquera abaikan bagaimana ayahnya tertawa lucu melihat tingkah Aquera yang kikuk tersebut. "Kalau kamu mau, ya. Boleh." Ujar ayahnya.

Aquera seketika bertambah malu karena ucapan ayahnya itu, dia jadi gengsi untuk menerima ajakan Erlangga. Nanti disangka emang sangat ingin dia ikut pulang bareng pria itu.

"Yasudah kamu bareng Erlangga saja. Ibu juga mau kencan bareng ayah." Goda sang ibu, Aquera lalu melihat kembali ke arah Erlangga yang sedang tersenyum menyaksikan interaksi keluarga tersebut.

"Iya, boleh." Putus Aquera membuat senyum Erlangga bertambah lebar hingga mata itu tak terlihat, hanya lengkungannya yang tampak indah dipandang Aquera.

Kemudian keempat orang itu keluar dari gedung pernikahan tersebut, ibu dan ayah Aquera berhenti di depan mobil yang mereka tumpangi menuju gedung tersebut.

"Yasudah, Ra. Dadah." Sang ibu melambai lalu masuk ke dalam mobil meninggalkan Aquera dan Erlangga yang masih berdiri di tempat parkiran tersebut. Sampai mobil milik orang tua Aquera pergi menjauh, saat itu barulah Erlangga kembali bersuara.

"Maaf saya tiba-tiba ajak kamu pulang bareng."

Aquera menengok ke arah Erlangga di sampingnya. "Ah, iya." Jawabnya tergagap, tiba-tiba saja lidahnya sulit untuk berucap.

Erlangga kemudian mengajak Aquera untuk ikut menuju mobilnya terparkir. Namun, setelah mereka sampai di samping mobil Erlangga, pria itu malah membukakan pintu belakang untuk penumpang. Aquera jadi berpikir apa dirinya akan duduk di bangku belakang? Namun, dia melihat Erlangga hanya mengambil sesuatu di bangku belakang itu untuk diberikan kepada Aquera sebuah gumpalan kain.

"Coba pakai ini, kamu pasti kedinginan dengan pakaian kamu yang tanpa lengan itu. Ini lumayan tebal." Ujar Erlangga sambil menyerahkan gumpalan kain berwarna biru muda tersebut. Yang ternyata setelah Aquera bentangkan, gumpalan kain itu berupa kardigan rajut yang bahannya terbuat dari benang wol dan lumayan tebal.

"Eh? Tidak apa-apa saya pakai ini?" Tanyanya, sejujurnya dia memang sedikit kedinginan dengan gaun yang dikenakannya tersebut. Meski udara masih sedikit hangat karena masih sore, tetap saja jika ada angin yang berhembus menerpa kulit telanjangnya, Aquera akan menyesali karena tidak memilih gaun yang ada tangannya.

Erlangga tersenyum melihat Aquera yang mengenakan kardigan yang diberikannya. "Tentu tidak, kebetulan itu selesai di laundry barusan."

"Wah saya jadi gak enak pakainya habis di laundry langsung di pakai oleh saya. Tapi makasih ya, nanti saya kembalikan setelah di cuci ulang."

Erlangga mengangguk mengiyakan setelah itu dia beralih membukakan pintu penumpang di samping kemudi untuk mempersilahkan Aquera masuk ke dalam. Aquera berterima kasih kemudian masuk ke dalam mobil dan menunggu Erlangga yang berjalan memutar mobilnya hingga sampai di bangku kemudi.

I'm (not) MAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang