Bab 5

8.4K 541 0
                                    

"Dokter bagaimana keadaan putri saya?!"

"Tidak ada masalah,putri bapak sangat sehat dan nanti sore sudah diperbolehkan untuk pulang"

Sayup-sayup kudengar suara bapak berbicara dengan dokter.
Karna aku masih sangat mengantuk,ingin kulanjutkan lagi tidurku.

"Tapi dok,kenapa tingkah putri saya tidak normal ??"

Itu suara ibu.
Aku sedikit terkejut dengan pertanyaan ibu kepada dokter itu.
Akupun pura-pura tertidur dan terus menguping pembicaraan orang tuaku dengan dokter itu.

"Anak ibu tidak kenapa-napa,hanya kecapekan dan kekurangan nutrisi" jawab dokter itu.

"Apakah benar-benar tidak ada luka pada putri saya,di kepala misalnya?!" tanya ibuku lagi.

Aku sedikit heran dengan pertanyaan ibuku ini,aku kan hanya pingsan kemarin.

'Mungkin ibu sangat khawatir padaku jadi dia bertanya seperti itu' pikirku.

"Sudah saya cek keseluruhan anak ibuk baik-baik saja,jika ibu dan bapak masih khawatir dengan kondisi putri anda saya sarankan untuk cek di dokter spesialis" jawab dokter itu.

"Jika tidak ada yang perlu ditanyakan saya permisi dulu,masih ada pasien yang harus saya periksa" ucap dokter itu meminta ijin untuk pamit.

"Iya dok,silahkan"

Ibuku mulai menangis setelah dokter itu keluar.

"Bagaimana ini pa?!"

"Mama tenang aja semua baik-baik saja,besok kita bawa Via periksa ke dokter spesialis"

Aku masih terus menguping pembicaraan mereka,tapi aku mulai kebingungan kenapa mereka mau membawaku ke dokter spesialis.
Memangnya ada dokter spesialis orang pingsan.

"Awalnya mama pikir tadi pagi Via hanya melantur setelah pingsan,memanggil kita dengan sebutan ibu dan bapak" kata ibuku sambil menangis sesenggukan.

Mendengar kata ibu ini aku mulai mempertajam pendengaranku.

"Rasanya Via seperti orang lain saja" tambah ibu di sela tangisnya.

Aku sangat terkejut mendengar ini.
Sebenarnya aku juga merasa banyak yang aneh dengan orang tuaku.
Dimulai dari wajah mereka yang lebih muda,pakaian mereka bahkan sikap mereka.

Orang tuaku biasanya adalah orang yang sangat sederhana,sangat berbanding terbalik dengan orang tuaku sekarang.
Tapi anehnya wajah mereka sama,mereka juga tau makanan favoritku.

Kedatangan remaja nakal itu sebenarnya membuatku sadar jika mungkin saja ada yang salah denganku.
Saat ini,aku bingung harus bagaimana.

Orang tuaku masih terus mengobrol dan aku juga masih setia menguping pembicaraan mereka sambil berpikir apa yang harus kulakukan selanjutnya.

"Mama sangat syok setelah mendengar Via tidak mengenal Didi dan memarahi Didi"

"Dari kecil Via selalu memanjakan Didi dan tidak pernah memarahi Didi satu kalipun" ucap ibuku sambil menangis.

"Via pasti amnesia" sahut bapak.

"Mama tenang saja setelah dibawa ke dokter spesialis Via pasti kembali normal" ucap bapak menenangkan ibuku.

Menguping pembicaraan mereka aku jadi berpikir,jangan-jangan memang benar yang dikatakan bapak,jika aku terkena amnesia.

'Lalu siapa aku sebenarnya?!' batinku.

Ditengah ruwetnya pikiranku,tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk.

"Tok...Tok...Tok"

Bapak dan ibu segera bangkit untuk membuka pintu dan melihat siapa yang datang berkunjung.

"Siang om dan tante,saya Vanila teman sebangku Silvia di sekolah"

"Saya kemari ingin menjenguk Silvia dan ingin tau keadaannya"
.
.
.
Terimakasih sudah membaca...☺️

Aku hanya suka kaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang