Bab 14

5.5K 432 1
                                    

"Pagi ma..pa.."

"Pagi adikku yang imut"

Ku sapa semua yang ada di meja makan.

"Pagi juga sayang" jawab papa dan mama berbarengan.

Didi tidak membalas sapaanku,dia malah memelototiku sambil cemberut.

"Imutnya.." batinku.

Aku ingin menggoda adikku lagi,tapi aku tidak tahan jika harus mendengar teriakannya.

Saat ditengah-tengah sarapan mama memberitahu bahwa nanti siang kita akan berangkat.
Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Jadi aku tidak perlu ke sekolah dong ma" tanya Didi dengan antusias.

"Iya..tapi kamu jangan main saja,bantu kakak mu berkemas"

"Baik ma" jawab Didi dengan gembira.

"Mama nanti mau disana berapa lama?!" tanyaku penasaran.

"Mungkin 2 minggu,mama takut nanti kamu tidak betah disana"

"Tapi papa dan Didi hanya tiga hari disana,tidak apa-apa kan sayang?!"

"Tidak apa ma,sudah ditemani kesana saja aku sudah senang kok"

"Anak mama memang sangat pengertian"

"Bagaimana perasaanmu sekarang,apa sudah lebih baik?!"

"Jauh lebih baik ma" jawabku dengan tersenyum.

"Syukurlah...mama sangat khawatir kamu masih kepikiran soal Revan"

Aku menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Cowok sampah kayak Revan emang nggak pantes Lo pikirin" sahut Didi.

"Keluarganya juga sampah,untung pertunangannya dibatalin" tambahnya.

"Didi..tidak boleh bicara seperti itu" tegur mama.

"Tapi kelakuan mereka sangat buruk ma"

"Masak mereka percaya rumor nggak jelas dan menuduh kakak sudah gila terus ninggalin kakak gitu aja" bela Didi.

"Mama setuju pendapat kamu,tapi tidak ada gunanya berbicara buruk seperti itu"

"Kita harus membalas mereka dengan cara yang elegan"

"Mari kita buat perusahaan mereka bangkrut dan buat mereka mengemis di kaki kita"

"Wah..mama sangat keren"
Didi sangat senang mendengar perkataan mama,dia bahkan bertepuk tangan.

Papa hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Sedangkan aku hanya bisa melongo,tak kusangka mama ngeri juga.

"Oh iya Via,ini ATM baru untuk biaya kebutuhan mu nanti"

"Kenapa mama memberiku ATM baru?!" tanyaku heran.

"Bukannya dompetmu hilang?!" tanya mama balik.

"Aku tidak ingat ma"

'Pantas saja semalam aku cari tidak ketemu' batinku.

"Saat kamu pingsan,katanya kamu tidak membawa apapun"

"Jadi mama menduga dompet kamu hilang"

"Beruntung kamu masih memakai seragam,jadi kami bisa segera dihubungi"

***
Setelah selesai sarapan mama dan papa pergi keluar.
Katanya mau membeli oleh-oleh untuk dibawa kerumah nenek nanti.
Sedangkan aku dan Didi kembali kekamar masing-masing.

Mendengar cerita mama tadi aku jadi teringat waktu aku di gudang itu.

"Jadi waktu itu aku sudah bertransmigrasi" gumamku.

Waktu itu karena saking paniknya aku sungguh tidak menyadarinya.
Padahal jelas sekali bajuku telah berubah.

Sekarang aku jadi kepikiran, bagaimana bisa aku bertemu dengan Silvia.
Menurut cerita mama,katanya aku langsung dibawa kerumah sakit oleh mama.
Mama juga mengatakan kalau aku pingsan selama dua hari.

"Apa itu cuma mimpi ya?"

"Ya,bisa jadi sih"

"Aku transmigrasi saja bisa masak mimpi terasa nyata tidak bisa"

Dan soal rumor yang dibicarakan Didi,aku sudah tidak penasaran.
Ku tebak itu soal video waktu aku kabur dari gudang.

Lucu sekali jika berpikir aku dianggap gila hanya karena video seperti itu.
Lagian mana ada orang lagi panik,penampilannya tetap cantik dan elegan.
.
.
.
Terimakasih sudah membaca...☺️

Aku hanya suka kaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang