Bab 37

2.3K 190 2
                                    

"Aku akan membantumu" ucap kak Damar tiba-tiba.

Aku sedikit bingung dengan ucapannya.
Dan setelah berpikir sejenak,aku teringat perintahku pada bunga kecil kemarin.

Melihat aku yang tidak segera menjawab kak Damar segera mendekatiku.

Saat ini hanya ada aku dan kak Damar di ruangan.
Didi dipanggil keluar oleh suster,dengan berat hati dia meninggalkanku.
Sebelum dia pergi,dia memperingatkan kak Damar untuk tidak dekat-dekat dengan ku.

Setelah adikku pergi,teman-temanku segera pamit pergi.
Katanya masih ada urusan.

"Aku tahu kamu bukan Silvia asli"

"Apa maksud kakak?" tanyaku dengan berpura-pura terkejut dan gugup.

"Aku tahu kamu tahu apa maksudku,aku akan membantumu bisa kembali ke dunia asal mu"

"Benarkah?" tanyaku ragu-ragu.

"Iya,tapi tentu saja ada syaratnya"

"Jadilah tunanganku,itu syaratnya" ucap kak Damar dengan penuh percaya diri.

Kali ini aku benar-benar terkejut mendengar ucapannya.
Bukannya senang itu malah membuatku sangat marah.

"Kakak mau bermain-main denganku" kataku dengan penuh amarah.

Aku sudah belajar mati-matian untuk bertahan hidup,aku sangat tidak ingin hidupku di atur oleh orang lain.

"Itu perintah dari nenek mu" jawabnya dengan tenang.

Dia kemudian mengeluarkan kantong kain usang dan memberikannya kepadaku.

Aku sangat mengenal kantong itu,sepertinya memang nenek yang menyuruhnya.
Seketika amarahku redam.

Segera ku buka kantong itu dan kulihat hanya ada sebotol ramuan didalam kantong.

Tanpa berkata apa-apa segera ku minum ramuan itu.
Dalam sekejap badanku terasa segar kembali.

"Bagaimana kakak bisa bertemu nenek?!" tanyaku penasaran.

"Kami tidak bertemu,nenek mu hanya mengirim itu dan sepucuk surat" jawabnya.

"Baiklah aku akan bertunangan denganmu"

Mendengar ucapanku kak Damar terlihat sangat lega dan bahagia.
Aku sungguh tidak mengerti apa yang nenek rencanakan,tapi aku akan selalu menurutinya.

***
"Aku akan bertunangan dengan kakak mu" ucap kak Damar setelah Didi kembali keruangan.

"Maaf aku tidak sengaja meniduri kakak mu,aku akan bertanggungjawab" katanya kemudian.

Aku cukup terkejut mendengar alasan konyolnya itu.
Dan kulihat Didi terlihat lebih terkejut dari ku.

"Apa benar yang dikatakannya kak?" suara Didi terdengar bergetar saat berbicara.

"Entahlah,kakak tak ingat"

"Bisa jadi kemarin kakak pingsan karena salah minum alkohol,dia melakukannya" kataku santai.

Mendengar ucapanku Didi segera bangkit dari duduknya dan langsung memukul kak Damar.
Aku tidak menghentikan Didi, kerena aku sendiri juga sangat ingin memukul wajah tampan kak Damar.

Tak berapa lama setelah Didi mulai memukuli kak Damar,kulihat mama dan papa memasuki ruangan.

Mama sedikit terkejut melihat kak Damar duduk tersungkur dilantai,sedangkan papa hanya acuh tak acuh melihatnya.

"Ma,pa,kapan kalian tiba disini?"
Mama dan papa segera mendekat setelah mendengar ucapanku.

"Mama baru saja sampai,dari bandara mama langsung menuju kemari"

"Maaf sudah membuat mama dan papa khawatir"

Aku merasa bersalah setelah melihat wajah mereka yang terlihat sangat kecapekan.

"Tak apa,sepertinya kamu sudah terlihat baikan?!"

Aku mengangguk menanggapi ucapan papa.

"Aku baru akan menyuruh Didi untuk meminta ijin membawaku pulang" kataku kemudian.

"Syukurlah,mama benar-benar cemas saat tahu kamu jatuh sakit" ucap mama sambil mengelus rambutku.

"Sekarang mama bisa tenang,aku sudah sangat sehat" jawabku dengan tersenyum.

"Mama dan papa sudah makan siang?"
Mereka hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

Aku segera menyuruh Didi untuk membelikan mereka makanan dan sekalian memintakan ijin pulang.

Kak Damar segera bangkit dan segera menyapa orang tuaku setelah Didi pergi.
Papa hanya membalas singkat sapaan kak Damar dan kemudian mengabaikannya.

Mama yang melihat kak Damar terluka segera memintanya pergi untuk diobati.
.
.
.
Terimakasih sudah membaca...😊

Aku hanya suka kaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang