Bab 42

2K 160 0
                                    

"Aku ingin memberikan ini pada kakak" ucap Didi sambil menyodorkan setumpuk kertas.

Teman-temanku segera berkumpul kearahku ingin ikut melihat apa yang ada di kertas-kertas itu.

Setelah membaca sekilas,aku memberikan kertas-kertas itu untuk mereka baca.
Aku segera mendekat kearah Didi dan mengucapkan terimakasih.

"Maaf aku telah mengabaikan kakak,aku sedang terburu-buru mengumpulkan bukti chat mereka yang menghujat kakak"

"Dengan bukti ini kita bisa memanggil pengacara dan menuntut mereka" ucap Didi dengan nada dingin.

"Tak apa,aku sudah memaafkan mu" kataku

"Kakak akan segera mengurusnya,kamu tidak perlu khawatir lagi" tambah ku.

Aku baru sadar jika saling berhadapan begini tinggi ku hanya sebahu adikku.
Didi segera tersenyum mendengar ucapanku.

"Bolehkah aku meminta sesuatu sebagai imbalanku?!" tanya Didi kemudian.

Aku segera memicingkan mataku.

"Kau tidak ikhlas membantuku?!"

Didi tidak menjawab hanya menunduk sedih.
Karena kasihan,aku mengabulkan permintaannya.

Kemudian Didi semakin mendekat kearahku dan tiba-tiba dia mencium pipiku.
Seketika tubuhku mendadak kaku.

Seumur hidup laki-laki yang mencium ku hanya bapak diwaktu aku kecil dan adik asliku.
Untuk beberapa saat aku tidak bisa merespon dan hanya diam mematung.

"Apa kakak ingat dulu kakak sering menciumiku waktu kecil?!"

"Aku hanya ingin membalas ciuman kakak waktu itu"

Setelah mengucapkan itu Didi segera pergi dari kamarku dengan gembira.

"Lily,saingan mu sangat berat" celetuk Rose.

"Saingan kakakku juga berat" ujar Jasmine.

Setelah sadar dari keterkejutan ku aku segera melihat Lily.

"Lily jangan salah paham,mungkin dia sedang ingin bernostalgia" ucapku dengan gemetar ketakutan.

"Jangan takut begitu,aku tidak akan marah kepadamu"

"Sepertinya aku memang harus segera menyerah" ucap Lily sambil berpura-pura sedih.

Sejujurnya aku tidak takut jika Lily salah paham,yang aku takutkan adalah Didi sendiri.
Dia bersikap aneh sejak pindah kesini.

***
Setelah makan malam canggung bersama adikku.
Aku dan teman-temanku segera berkumpul kembali di kamarku.

Kami membahas lagi rencana yang akan dilakukan besok.

"Usulan adikmu tadi cukup bagus" ucap Lily.

"Aku tidak setuju" bantahku

"Kenapa?" tanya mereka berbarengan.

"Aku hanya tidak puas saja"

"Mereka sudah menyakiti hati kita,setidaknya aku ingin memukul mereka sekali" seruku.

"Benar juga,aku juga sangat ingin memukul mereka" ucap Rose.

Akhirnya kami sepakat untuk memberi hukuman mereka secara mandiri, lagipula kami juga sudah mendapatkan ijin dari kepala sekolah.

"Bagaimana jika kita tidak menghukum Vanila terlebih dahulu?!"

"Aku hanya ingin melihat dia panik dan ketakutan" seru Jasmine.

Lily dan Rose segera menyetujuinya.

"Aku akan ikut saja" seruku.

"Bagaimana jika kita juga memberikan hadiah untuk mereka yang tidak berkomentar buruk tentang kita?!" usul Lily.

Tanpa banyak berpikir,aku segera menyetujui untuk usul ini.

"Tapi kita akan memberikan apa?" tanya Jasmine.

"Setidaknya kita harus memberikan barang yang cukup bernilai,sekolah kita kan banyak anak orang kaya" sahutku.

"Barang-barang elektronik, mereka semua pasti sudah punya" ujar Lily.

"Perhiasan juga tidak mungkin, karena ada cowoknya"

"Mereka juga pasti tidak akan puas jika kita memberikan perhiasan" seru Rose.

Setelah lama berpikir akhirnya aku menemukan sebuah ide.

"Bagaimana jika kita membuat nametag" usulku.
.
.
.
.
Terimakasih sudah membaca...☺️

Aku hanya suka kaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang