Bab 5

1K 106 0
                                    

"Aku akan memberikan seluruh kekuatanku yang tersisa" ucap naga tulang itu dengan panik.

Melihatnya yang terus memaksaku membuatku sangat curiga.

"Katakan sejujurnya,kenapa kau sangat ingin aku menjaga anak mu?"

Karena aku yang tidak mudah dibujuk akhirnya naga tulang itu mau mengaku.
Naga itu berkata jika telur itu perlu disalurkan energi agar tetap hidup.

Kekuatannya sudah menipis dan ia tidak bisa lagi menyerap kekuatan dari luar karena sekarang ia hanya tinggal tulang.
Hanya sisa kekuatan dari jantungnya saja yang menopangnya selama ini.

"Kenapa telurnya tidak menyerap energi sendiri?"

Aku masih ingin menanyakan banyak pertanyaan,tapi tiba-tiba bunga kecil datang menyela.

"Master tolong terima tawarannya" seru bunga kecil.

"Kenapa aku harus menerimanya?" tanyaku dengan ragu.

"Berkah naga bisa mendatangkan keberuntungan,bukankah itu yang paling master butuhkan"

"Benarkah?"

Bunga kecil hanya menjawab ku dengan anggukan.
Dan naga tulang itu juga meyakinkan ku jika ucapan bunga kecil itu benar.
Karena itu aku memutuskan untuk mempercayainya.

Keberuntungan memang sangat penting untukku yang sering memasuki tokoh yang menyedihkan.

Di dunia sebelumnya aku sudah merasakan manfaat jika mendapatkan keberuntungan.
Itu sungguh mampu membantu menyelesaikan banyak masalah.

Awalnya aku mengira dia hanya akan mentransfer secara biasa, ternyata aku salah.

Cara mentransfer kekuatannya adalah dengan mencangkokkan jantung naga pada jantungku dan itu sangat menyakitkan.

Naga tulang itu hancur menjadi debu setelah proses pencangkokan selesai.

***
"Aileen,buruan bangun"

"Ibu harus segera pergi bekerja,jika kamu tidak segera bangun ibu tidak bisa mengantarmu ke rumah bibi"

Aku perlahan membuka mataku.
Kulihat seorang wanita paruh baya sedang berdiri disampingku sambil menatapku.

"Bu,aku tidak ingin ke rumah bibi" ucapku sambil mengucek mataku.

Bibi Aileen adalah adik dari ayahnya,rumahnya cukup jauh dari sini.
Butuh mengendarai kendaraan umum jika pergi kesana.

Dalam ingatan Aileen bibi Aileen adalah orang yang kejam.
Dia selalu memperlakukan Aileen layaknya pembantu.

Bibi Aileen bahkan tidak segan memukul dan menjambak Aileen jika Aileen melakukan kesalahan walau hanya sedikit.

"Jangan nakal Aileen"

"Jika kamu tidak ke rumah bibi,kamu akan sendirian dan tidak ada yang akan menjaga mu"

"Tapi bibi selalu memukulku bu" protesku.

"Itu karena kamu nakal,bibi selalu mengeluh pada ibu karena kamu sering nakal"

Aku sangat terkejut mendengar perkataan ibu.

Aku tak menyangka jika ibu Aileen sudah tau jika anaknya sering dipukuli.
Dan yang lebih mengejutkan bukannya marah pada adik iparnya itu,ibu Aileen malah memarahi Aileen.

'Aku harus ganti rencana,aku tidak menyangka ibu Aileen tidak terlalu peduli pada Aileen' batinku.

Awalnya aku ingin segera mengajak ibu Aileen untuk pergi dari sini dan pindah ke kota lain.
Akan lebih bagus lagi jika pergi ke desa,jadi tidak ada yang akan mengenal kami.

"Buruan Aileen jangan bengong saja" teriak ibu.

"Ibu duluan saja,aku bisa pergi ke rumah bibi sendirian" ucapku dengan cemberut.

"Baiklah,ibu berangkat kerja sekarang"

Setelah memberiku beberapa lembar uang,ibu segera pergi.

Aku sedikit terkejut dengan sikap ibu Aileen.
Dia setuju begitu saja saat aku bilang akan kerumah bibi sendirian.

Padahal Aileen belum pernah kerumah bibinya sendirian.
Tapi ibu Aileen tidak terlihat khawatir sama sekali dan langsung menyetujuinya.

"Kenapa aku sudah lelah, padahal belum melakukan apa-apa?"
.
.
.
Terimakasih sudah membaca...😊

Aku hanya suka kaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang