Bab 14

854 68 1
                                    

"Master ada dua orang yang sedang menuju kamar master" ucap bunga kecil memperingatiku.

Aku mengangguk dan saat aku tengah berpikir.
Tiba-tiba terdengar pintu kamarku yang di dobrak.
Mendengar itu ibu dan bibi saling berpelukan dan segera berteriak minta tolong.

'Aku akan berolahraga sedikit' batinku.

"Ibu dan bibi jangan takut,aku akan melindungi kalian"

"Tolong percayalah kepadaku"

Melihat kesungguhanku,ibu dan bibi menjadi sedikit lebih tenang.
Walau masih belum berhenti menangis.

Awalnya mereka melarang dengan keras tentang aku yang akan menghadapi penyergap itu.

Aku terus meyakinkan mereka jika aku bisa dan akan baik-baik menghadapi mereka.
Dan syukurlah mereka mau mengerti.

"Aku berjanji tidak akan terluka,kalian bisa tenang" ucapku dengan sungguh-sungguh.

Ibu dan bibi menatapku dengan tatapan yang rumit.
Tapi mereka segera menuruti perintahku untuk masuk ke dalam kamar mandi dan menguncinya.

Untuk berjaga-jaga,aku menyuruh bunga kecil untuk melindungi mereka secara diam-diam.

Segera aku mematikan lampu dan mempersiapkan barang-barang yang aku butuhkan.

"Braakkk"

Pintu kamarku berhasil didobrak.
Aku yang sudah menunggu di samping pintu,segera menaburkan bubuk pelumpuh saat ada orang yang masuk.

'Sial,cuma kena satu orang' umpatku dalam hati.

Aku buru-buru bersembunyi ketika tahu yang terkena cuma satu orang.
Bubuk pelumpuh itu akan bekerja selama satu jam.
Aku akan mengabaikan orang itu sekarang dan menangani orang satunya terlebih dahulu.

Melihat rekannya yang tiba-tiba jatuh terkapar dilantai,orang satunya segera menerobos masuk dan menembakkan senjata apinya secara sembarangan.

Karena aku bersembunyi di dekatnya,aku menaburkan lagi bubuk pelumpuh.
Tak berselang lama,orang itu juga jatuh ke lantai.

"Segampang ini ternyata" seruku.

Aku sangat gembira,melihat dua orang itu telah lumpuh.
Tidak sia-sia aku belajar mati-matian tentang obat-obatan.

'Ajaran nenek memang hebat' seruku dalam hati.

Segera aku memasukkan pil obat ke mulut dua orang itu.
Itu bukan pil yang aneh-aneh,itu hanya pil yang akan membuat orang merasakan gatal-gatal.

"Selamat bersenang-senang" ucapku.

Tak berapa lama,terdengar teriakan nyaring dari dua orang itu.

Mendengar teriakkan itu,ayah dengan tergesa-gesa berlari ke arah kamarku.
Dan ayah sangat terkejut mendapati ada dua orang tergeletak di kamarku.

"Ayah tolong singkirkan mereka" teriakku.

Ayah yang masih termenung di depan pintu segera sadar.
Kemudian ayah segera mengambil pistol dan menembak mereka.
Setelah itu ayah segera membawa dua mayat itu pergi.

Karena sudah aman,aku menyuruh ibu dan bibi untuk keluar.
Saat ayah telah kembali ke kamarku,ibu segera berlari dan memeluk ayah.
Ibu menangis dengan kencang dalam pelukan ayah.

Aku ingin membiarkan mereka tapi kulihat lengan ayah sedang terluka dan terus mengeluarkan darah.
Segera aku menyuruh ibu dan bibi keluar dari kamarku.
Meskipun ibu agak enggan,tapi ibu segera menuruti kata-kataku.

Setelah mengunci pintu aku segera mengambil peralatan medis ku.
Ayah terkejut dan menatap heran kearahku setelah melihat alat medis ku yang lengkap.

"Ayah percaya padaku kan?"

"Tentu saja" jawab ayah tanpa ragu.

Setelah mendengar jawaban ayah,aku dengan cekatan mulai membersihkan lukanya dan mulai mengobatinya.

"Bagaimana ayah bisa tertembak?!"

Bla..bla..bla..
Aku terus mengoceh sambil mengobati ayah.

***
"Aku sangat lapar" keluhku sambil memegangi perutku.

Sayangnya meja makan sudah berantakan sekarang.
Masakan ibu sudah tidak bisa dimakan lagi.

"Aku akan membuatkan sesuatu untuk mu" sahut Damar dari arah belakangku.

Tanpa basa-basi dia langsung menyeret ku ke dapur.
Dan menyuruhku duduk di kursi dekat dapur.

"Kamu ingin makan apa?"

"Terserah,aku ingin yang bisa cepat dimakan"

"OK"

15 menit kemudian Damar meletakkan sepiring bakwan sayur di depanku.

"Makanlah,aku pernah mendengar dari saudaraku jika makanan ini bisa untuk mengganjal perut"

Aku benar-benar tak menyangka Damar akan membuatkan ku bakwan.

"Bolehkah aku membaginya pada keluargaku?"

"Tentu"

Setelah mendengar persetujuannya,aku segera pergi.
Sayangnya aku tidak melihat satu orangpun diluar kamar.
Aku dengan lesu membawanya kembali ke dapur.

"Maaf,sepertinya mereka semua sudah tidur"

"Tak apa,kita bisa makan bersama" ucap Damar sambil tersenyum menatapku.

Aku linglung sejenak setelah melihat senyuman Damar.

'Sangat tampan' seru batinku.

"Aku juga sudah membuatkan jus mangga dan brownies kukus,makanlah"
.
.
.
Terimakasih sudah membaca...😊

Aku hanya suka kaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang