Bab 46

2K 166 3
                                    

"Dokter Anton tolong selamatkan adik saya" ucapku dengan panik.

Dokter Anton adalah dokter ahli bedah di rumah sakit ini.
Dulu aku pernah diam-diam menjadi murid magangnya selama beberapa bulan.

Beliau sering menyebutku jenius saat melihatku melakukan operasi.
Beliau juga sempat memintaku untuk terus membantunya melakukan operasi.
Tetapi tawaran itu ditolak dengan keras oleh nenek.

"Saya akan berusaha semampu saya"

"Bagaimana jika kamu ikut masuk?!" tawar dokter Anton.

Tanpa banyak berpikir aku segera mengiyakan tawarannya.
Setelah berganti baju dan membersihkan diri,aku segera mengikuti dokter Anton masuk ke ruang operasi.

"Kamu bisa memulai operasinya" aku linglung sejenak mendengar ucapan dokter Anton.
Dan para dokter di ruangan segera memprotes ucapan dokter Anton.

"Tak apa,saya sangat yakin dia bisa melakukannya"
Mendengar ucapan dokter Anton protes itu segera mereda.

Dokter Anton menepuk pundakku yang masih berdiri dengan linglung dan menyuruhku untuk segera memulainya.
Dengan gemetar aku mulai melakukan pembedahan.

Operasi yang biasanya bisa ku selesaikan hanya satu sampai dua jam kini molor hingga lima jam.

Setelah aku selesai menjahit lukanya,mendadak tubuhku yang tadinya kaku menjadi sangat rileks.
Dan aku pun jatuh pingsan.

***
Setelah aku siuman dari pingsan ku aku segera menghubungi nenek dan menyuruhnya untuk kembali.

Nenek segera menolak permintaan ku dan hanya mengatakan akan mengirimkan obat.
Aku jadi curiga ada sesuatu dengan nenek.
Tapi sebelum aku menanyakannya,nenek telah mengirim foto liburan mewahnya.

"Sepertinya nenek memang cenayan" gumamku.

Setelah menghubungi nenek aku segera menghubungi orang tuaku dan kak Damar.

Setelah menunggu beberapa menit kak Damar tiba di ruanganku.
Kak Damar segera memelukku saat melihatku.

Aku sangat terkejut dengan perlakuannya,tapi aku segera memakluminya saat kulihat tangannya yang bergetar.

'Sepertinya dia sangat cemas' pikirku.

Setelah tenang kak Damar mulai menanyakan bagaimana keadaanku dan bagaimana kejadiannya.

Aku segera menceritakannya pada kak Damar,tentu saja aku tidak mengatakan jika aku telah memukul para preman itu.

Aku ngeri sendiri membayangkan saat para preman itu ku pukuli.

Aku berharap mereka mati dan juga hidup.
Mereka memang pantas mati tapi aku juga takut jika tau telah membunuh orang.
Melihatku yang gemetar ketakutan kak Damar segera memelukku dengan erat.

Kak Damar berjanji akan mencari tau siapa para preman itu dan berjanji akan menghajar mereka.

***
Sebulan telah berlalu,Didi telah pulih sepenuhnya.

'Obat nenek memang yang terbaik' pikirku.

Kak Damar yang terus mencari informasi tentang preman itu juga sudah menemukan siapa dalangnya.
Tapi dia tidak mau memberitahu.
Aku hanya mengangguk pasrah.
Lagipula aku juga tak ingin mengingat kejadian itu lagi.

Karena kejadian ini mama ikut tinggal bersamaku,sedangkan papa akan mengunjungi jika ada kesempatan.
Orang tuaku juga mulai akrab dengan kak Damar.
Bahkan sekarang kak Damar telah berani mencium ku didepan mereka.

Melihat itu Didi semakin memusuhinya dan semakin ingin menempel padaku.
Dengan alasan lukanya dia terus memintaku untuk merawatnya.

Mungkin karena sedikit trauma, meskipun aku tahu Didi berbohong aku dengan tulus merawat dan memanjakannya.
Oleh karena itu sering kali terjadi keributan antara kak Damar dengan Didi.

Awalnya aku sering marah-marah melihat mereka yang tidak bisa akur,tapi lama-kelamaan aku terbiasa dan sudah tidak terlalu peduli.

Mama yang melihatku diperebutkan oleh adik dan tunanganku hanya tersenyum dan memintaku untuk bersabar.
.
.
.
Terimakasih sudah membaca...😊

Aku hanya suka kaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang