Bab 15

5.2K 462 1
                                    

Jam menunjuk pukul 11.30 kami sekeluarga telah bersiap-siap.

Barang-barang bawaan kami juga sudah dimasukkan kedalam mobil.

Saat mama mengecek perlengkapan,aku berpamitan kepada para pekerja disini.

"Sering-seringlah pulang non" ucap Mbok Sri sambil meneteskan air mata.

"Iya mbok,,,jika ada libur panjang aku akan segera pulang" jawabku sambil mengusap air mata mbok Sri.

Setelah itu mbok Sri memelukku dengan erat.

"Nona selalu jaga kesehatan ya"

Aku mengangguk dengan tersenyum.

Setelah selesai berpamitan,kami sekeluarga akhirnya berangkat.

Kata mama perjalanan kerumah nenek akan membutuhkan waktu yang lama.
Sekitar 6 jam karena rumah nenek letaknya cukup jauh dari kota.
Kita akan tiba disana saat malam hari.

Tak kusangka kami akan berpapasan dengan keluarga Revan saat tiba di bandara.
Aku cukup terkejut melihat Revan,kupikir kata-katanya kemarin hanya omong kosong untuk membuatku terluka.

'Aneh,kenapa pemeran utama kedua ini tidak mengikuti alur ceritanya?!' batinku.

"Sudahlah bukan urusanku juga,malah bagus jika dia pergi" gumamku.

Adikku cepat-cepat menarik ku pergi menjauh saat ia melihat Revan.
Orang tuaku juga terlihat sangat khawatir saat melihatku.

Dengan senyuman aku menenangkan mereka dan mengatakan bahwa aku baik-baik saja.

Aku juga mengatakan kalau aku tidak akan memikirkan Revan lagi.
Mendengar perkataanku mereka menjadi lega.

***
Karena kami mampir-mampir dahulu pukul 22.00 kami baru sampai di rumah nenek.

Saat didepan gerbang rumah nenek,papa menyuruh sopir untuk membunyikan klakson nya.

Kami menunggu sekitar 15 menit,baru ada seorang pekerja yang keluar untuk membuka gerbang.

Tidak seperti bayanganku ternyata rumah nenek cukup mewah.
Ku kira rumah nenek akan seperti desaku dulu.

Dalam bayanganku rumah nenek akan menjadi rumah yang sederhana,dengan suasana yang masih asri karena jarang penduduk.

"Ini sih namanya saja desa, aslinya kota" seruku.

Setelah selesai menurunkan barang.
Kami segera memasuki rumah nenek.

Saat memasuki rumah nenek aku sangat terkejut.
Bukan karena rumah nenek yang mewah,tapi karena didepanku ada orang yang sangat mirip almarhumah nenekku sedang tersenyum ke arahku.
Tak terasa air mata menetes di di pipiku.

"Cucu nenek kenapa menangis?!" tanya nenek sambil mendatangiku.

Aku segera sadar saat nenek bertanya dan secepatnya ku hapus air mataku.

"Aku tidak apa-apa nek,mataku hanya kemasukan debu" jawabku.

Awalnya tidak ada yang menyadari saat aku menangis.
Setelah nenek bertanya semua jadi memandangku dengan tatapan cemas.

"Benarkah nak,,,??" tanya mamaku memastikan.

Aku mengangguk sambil tersenyum.

Karena sudah malam kami tidak banyak berbincang dan segera pergi beristirahat.

Nenek mengantar sampai tiba di kamarku.
Aku masih sedikit canggung jadi aku hanya diam saja.

Sesampainya dikamar nenek juga membantuku membereskan barang-barangku.

"Bagaimana kabar kamu dan orang tua mu?!"

"Kudengar kamu mempunyai seorang adik sekarang"

Aku sedikit heran dengan pertanyaan nenek.

'Orangtuaku dan adikku kan ikut kemari,kenapa nenek bertanya?!' batinku.

"Bukan keluargamu yang disini tapi keluarga asli kamu,Mutiara Vialetta"

Mendengar ucapan nenek,segera aku menoleh kearah nenek yang sedang tersenyum melihatku.
.
.
.
Terimakasih sudah membaca...☺️

Aku hanya suka kaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang