Bab 33

2.5K 217 3
                                    

"Ini diskriminasi terang-terangan" protes Jasmine.

"Masak punya kita sepotong punya Via utuh" lanjutnya.

Lily dan Rose segera mengangguk setuju dengan ucapan Jasmine.

"Aku juga ingin makan kue coklat" ujar cowok tampan yang kini tengah duduk disampingku.

Saat ini kami tengah berada di ruang santai sambil menonton televisi.
Karena aku sudah sering melihat mereka adu mulut,aku hanya fokus melihat TV dan mengabaikan mereka.

Karena haus aku mengambil jus yang tadi ku pesan.

"Eemm...kenapa jusnya manis banget?!" seruku.

Mendengar seruanku mereka segera menatapku dan menghentikan perdebatan mereka.

"Benarkah?" tanya kak Damar.
Aku segera mengangguk.

"Kakak coba saja" kataku.

"Kakak mana mau minum bekas orang" seru Jasmine.

Mendengar ucapan Jasmine,aku ingin menarik kembali tanganku yang tengah menyodorkan jusku pada kak Damar.
Tapi sebelum itu terjadi,kak Damar sudah menyambar gelas jusnya dan segera mencobanya.

"Tidak kemanisan kok,masih manisan kamu" ujar kak Damar.

Jasmine hanya bisa melongo dan bergidik ngeri mendengar ucapan kakaknya.

"Kalau begitu buat kakak saja" ucapku.

Kemudian aku pamit pergi kekamar mandi.
Setelah aku pergi Lily dan Rose segera menyusulku.

***
"Vi,kenapa kamu cuek sekali pada kak Damar?"kata Rose tiba-tiba.

"Aku hanya merasa canggung saja dengannya" jawabku.

"Apa jangan-jangan kamu masih menyukai tunangan mu dulu?!" tanya Lily tiba-tiba.

"Mana ada,aku sangat membencinya" kataku dengan sedikit berteriak.

"Maaf aku tidak bermaksud membentak kalian"

"Tak apa,kami yang salah karena mengungkit masa lalumu" ucap Lily merasa bersalah.

Aku sangat membenci Revan,karena dia telah menyakiti Silvia.
Dan dia juga terus saja membantu Vanila,orang yang telah membuat Silvia melakukan bunuh diri.

"Hey..kalian sedang apa dikamar mandi?!

"kenapa kalian tidak balik-balik?!" teriak Jasmine.

Aku yang sedikit melamun,terlonjak kaget mendengar teriakan Jasmine.

"Kalian diam-diam ngomongin aku ya??" tanyanya kemudian.

"Jangan kepedean" jawab Rose dan Lily berbarengan.

***
"Kak Damar dimana??" tanya Lily saat tidak melihat kak Damar di sofa.

"Katanya mau ke dapur buat motong kue" jawab Jasmine.

Lily dan Rose segera menatap ke arahku.

"Kenapa kalian menatapku begitu?" tanyaku bingung.

Tanpa menjelaskan mereka berdua memaksaku untuk pergi ke dapur.

Sesampainya di dapur aku terpesona melihat kak Damar yang fokus memotong kue.
Kak Damar juga memakai apron yang terlihat imut menurutku.

"Imutnya" ucapku tanpa sadar.

Mendengar ucapanku kak Damar segera menatap ke arahku dengan tersenyum.
Melihat senyumannya membuatku kembali terpesona.
Ini pertama kalinya aku melihat kak Damar tersenyum seperti itu.

"Ekhem...ada apa Via?" tanya kak Damar.

"Kenapa kamu melamun begitu?!" tanyanya lagi.

Mendengar pertanyaan kak Damar membuatku sangat malu dan segera mengalihkan pandanganku dari kak Damar.

Setelah menstabilkan emosiku aku segera menjawab kak Damar.

"Maaf kak aku lagi mengingat-ingat pesanan Jasmine" kataku ngeles.

"Oo..sekarang sudah ingat?"

Aku mengangguk sebagai jawaban.

"Kakak sudah selesai memotong kuenya?" tanyaku mengalihkan.

"Sudah,mau coba?" tawarnya.

Aku segera mendekat dan mengambil kue yang diberikan kak Damar.

"Ngomong-ngomong kakak tidak sibuk,kakak kan CEO?" tanyaku penasaran.

Kak Damar adalah CEO di perusahaan keluarga Jasmine.
Katanya semenjak ibunya mulai jatuh sakit,ayahnya memutuskan untuk pensiun dan menyuruh kak Damar menggantikannya.

"Hari ini sedang libur,saya kan juga butuh istirahat" ujarnya.
.
.
.
Terimakasih sudah membaca...😊

Aku hanya suka kaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang