Bab 19

3.8K 323 2
                                    

Aku terbangun saat kudengar suara alarm dari ponselku.
Kulihat jam sudah menunjukan pukul 06.25,aku bergegas turun dari tempat tidur dan bersiap untuk mandi.

Sepertinya nenek sendiri yang memindahkan ku ketempat tidur saat aku pingsan kemarin.
Jika keluargaku tau kalau aku pingsan,kamarku pasti sudah heboh sekarang.

Setelah selesai mandi dan berganti pakaian,aku segera keluar kamar menuju ruang makan.

Keluargaku disiplin soal jam makan,sekarang mereka semua pasti sudah berkumpul di meja makan.

"Via sudah bangun,mama baru mau memanggilmu" ucap mama.

"Aku sudah memasang alarm ma,jadi mama tidak perlu membangunkan ku"

Mama mengangguk sambil tersenyum mendengar jawabanku.

Setelah semua berkumpul kami mulai sarapan.
Menu sarapan hari ini adalah nasi goreng sosis,ada telur goreng juga.
Cukup sederhana untuk ukuran orang kaya menurutku.

Saat aku mulai makan seketika aku menengok ke arah nenek.
Nenek hanya tersenyum melihatku.

Dengan sekuat tenaga aku menahan air mata yang akan menetes di pelupuk mataku.

"Tumben bi Inem masakannya seperti ini" ucap mama.

"Itu mama yang bikin,khusus untuk menyambut cucu nenek" sahut nenek.

Seketika mama menjadi canggung setelah mendengar ucapan nenek.

"Jika kalian tidak suka biar Via yang menghabiskan" lanjut nenek.

Aku segera mengangguk mendengar perkataan nenek.

"Tapi Via tidak suka makan pedas ma" protes papaku.

Papa adalah anak kandung nenek,jadi beliau masih berani memprotes perkataan nenek.

"Tidak apa pa,nenek sudah repot-repot membuatkan ku" ucapku sambil tersenyum.

"Ya sudah jika kamu menyukainya" jawab papaku dengan pasrah.

Mama kemudian memanggil bi Inem dan menyuruhnya untuk mengambil roti dan susu.
Selain aku,semuanya sarapan roti dengan damai.

Aku tidak bisa untuk tidak memakan nasi goreng ini,bukan karena nasi gorengnya terlalu enak tapi karena ini rasa yang sangat kurindukan.

Dulu hampir setiap pagi aku memakannya,bahkan aku sempat protes karena keseringan memakannya tapi sekarang rasa ini yang sangat kurindukan.
Kurasa nenek memang sengaja memasak seperti masakan ibuku.

"Terima kasih nek" ucapku sambil tersenyum.

Nenek balas tersenyum dan mengangguk saat melihatku.

Setelah selesai sarapan kami berkumpul di ruang keluarga.

Ayah menanyakan tentang aku ingin bersekolah dimana,karena lusa mereka akan kembali jadi mereka ingin segera mendaftarkan ku sebelum kembali.

Mama juga akan ikut pulang karena mau menemani papa ke luar negeri, katanya ada pekerjaan mendadak disana.

Awalnya Didi ingin tinggal,tetapi tiba-tiba ia diberitahu jika telah dipilih untuk ikut kompetisi matematika menggantikan kakak kelasnya yang pindah sekolah.

Didi sempat mengamuk,tapi dengan terpaksa ia akan ikut pulang karena tidak ada lagi yang bisa menggantikan kakak kelasnya itu.

Aku melirik nenek yang sedang duduk manis sambil tersenyum melihatku.

'Pasti itu kerjaan nenek' batinku.

.
.
.
Terimakasih sudah membaca..😊

Aku hanya suka kaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang