Bab 10

6.3K 505 1
                                    

"Tok..Tok..Tok.."

Terdengar suara pintu kamarku diketuk.
Akupun membuka mataku dan bergegas menuju pintu.
Kulihat Mbak Umi tengah berdiri didepan pintu.

Setelah melihatku,mbak Umi memberitahuku untuk bergegas menuju ruang makan.
Karena semuanya sudah menungguku untuk makan bersama.

Aku buru-buru mencuci muka.
Saat mencari pakaian aku sangat takjub melihat isi lemari Silvia.
Pakaiannya sangat cantik-cantik.

Karena sedang terburu-buru,aku secepatnya mengambil satu baju yang kurasa cocok untukku dan bergegas menuju ruang makan.

Diruang makan papa,mama dan Didi sudah duduk menungguku untuk makan bersama.

"Selamat malam pa..ma.." sapaku sebelum duduk.

"Selamat malam juga sayang" jawab mereka berbarengan.

"Tumben Lo nyapa,terus kenapa Lo nggak nyapa gue juga" seru Didi.

"Kamu lupa aku hilang ingatan dan aku hanya menyapa orang tua saja"

"Jika kamu ingin jadi orang tua,aku akan menyapa mu besok"

Mendengar jawabanku Didi langsung cemberut.

"Kalau begitu Lo nggak usah menyapa gue"

"Lo baru boleh menyapa saat gue udah tua" kata Didi.

Mendengar kata-kata Didi semua orang tertawa.
Aku hanya tersenyum sambil mengangguk.

'Ternyata adikku ini imut juga' batinku.

Melihat semua orang tertawa membuat Didi semakin cemberut dan memelototiku.

"Sudah-sudah..ayo kita makan dulu"

"Makanannya nanti keburu dingin,kasihan Mbok Sri kalau disuruh manasin lagi" kata papaku menenangkan.

***
Setelah selesai makan papa menanyakan bagaimana nanti sekolahku.

Dengan takut-takut,aku memberitahu papa jika aku sudah memutuskan untuk keluar dari sekolah itu.

Mereka semua terkejut dengan keputusanku.
Tapi setelah aku menjelaskan alasanku ingin pindah,mereka segera memakluminya.

"Lalu kamu ingin pindah kemana?!" tanya mamaku.

"Mungkin ke pedesaan ma,aku ingin nenangin diri juga" jawabku ragu-ragu.

Aku memang ingin segera pergi dari sini,tapi aku belum kepikiran untuk pergi kemana.

"Bagaimana kalau kerumah nenek" usul mama.

Aku bingung harus menjawab apa.
Di cerita,nenek Silvia hampir tidak pernah muncul.
Ia hanya muncul saat pemakaman Silvia dan setelah pemakaman selesai,nenek Silvia langsung kembali ke desa.

"Tapi ma,sekarang aku tidak ingat siapa nenek"

"Apa nenek bakal menerima dan merawat ku?!" jawabku ragu-ragu.

"Tenang saja,nenek itu paling menyayangi mu"

"Tentu saja beliau akan sangat senang dengan kedatangan mu dan akan merawat mu dengan baik"

Jawaban mama ini sedikit menenangkan ku.
Aku pun mengangguk mengiyakan saran mama.

"Kalau begitu papa akan segera mengurus kepindahan mu"

Aku mengangguk lagi sebagai jawaban.

"Pa,urus surat pindahanku juga,aku mau ikut kakak" kata Didi tiba-tiba.

"Kalau aku ikut,aku bisa menjaga kakak" lanjutnya.

"Tidak boleh" jawabku cepat

"Kenapa?!" tanya Didi.

"Pokoknya tidak boleh" jawabku kekeh.

Aturan novel itu,para pemeran utama akan selalu bersama.
Jika Didi ikut denganku Vanila pasti akan ikut.

Niatku untuk pindah sekolah adalah kabur dari cerita bukan mau mindahin lokasi cerita.

"Sudah-sudah,Didi kamu tetap disini" kata papa menengahi.

"Apa kamu lupa,kamu kan sudah didaftar ikut lomba olimpiade"

Mendengar kata papa Didi kembali cemberut.
Dan aku tentu saja tersenyum lega.

Saat aku tengah berbahagia dengan keputusan papa,tiba-tiba ada seseorang yang mengacak-acak rambutku.

Aku segera menengok ke belakang dan kulihat seorang cowok tinggi,tampan,berambut ikal sedang tersenyum melihatku.

Aku memicingkan mataku dan mulai mengingat-ingat siapa cowok itu.

"Itu kak Revan" seru Didi.

"Tunangan Lo" lanjutnya.

"Ah,maaf aku tidak ingat" ucapku meminta maaf pada cowok itu.

Senyum cowok itu mulai memudar mendengar ucapanku.

"Aku sangat sedih kamu kehilangan ingatan"

"Padahal biasanya kamu sangat antusias melihatku dan terus mengikuti kemana-mana" kata cowok itu dengan berpura-pura sedih.

"Sekali lagi maafkan aku" jawabku sopan.

Revano Santoso,ia adalah tunangan Silvia.
Silvia sangat mencintainya.

Memang benar yang dikatakan cowok itu,Silvia akan senang sekali jika bertemu dengannya.
Dan akan terus mengikuti cowok itu pergi.
Karena bagi Silvia,cowok itu yang paling peduli dan menyayanginya.
.
.
.
Terimakasih sudah membaca...☺️

Aku hanya suka kaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang