Bab 17

819 63 0
                                    

Hari ini aku dan keluargaku berencana untuk berkunjung ke rumah orang tua Damar.

Damar menawarkan pada kami untuk menggunakannya sementara waktu,sampai kami dapat tempat tinggal baru.

Dan kini,kami tengah berdiri didepan sebuah rumah mewah berlantai dua milik orang tua Damar.
Ibu dan bibi terlihat sangat takjub melihat rumah itu.

Jika aku belum pernah melihat rumah Silvia dulu,mungkin reaksiku sekarang akan sama seperti ibu dan bibi.
Tapi kini aku hanya bisa mengerutkan kening melihat rumah ini.

Rumah ini jika dibandingkan dengan rumah Silvia atau rumah nenek dulu,itu jauh lebih sederhana.
Dan sepertinya benar-benar sudah lama tidak dirawat.

Damar yang melihat kami masih berdiri didepan pintu,segera menyuruh kami untuk masuk.

Seperti kata Damar,rumah ini memang sudah lama tidak ditempati.
Jadi banyak debu dimana-mana.
Dan benar-benar kosong tanpa perabotan sama sekali.
Meskipun begitu ibu dan bibi terlihat antusias berkeliling rumah.

Aku dan ayah hanya bisa tersenyum melihat tingkah ibu dan bibi,sambil mengikuti dari belakang.

"Maaf sangat kotor" seru Damar.

"Tak apa nak,kami akan membersihkannya besok" jawab ibu dengan gembira.

Sepertinya ibu benar-benar suka dengan rumah ini.

Setelah selesai melihat-lihat,kami kembali pulang ke apartemen.
Rencananya kami akan mulai berkemas dan lusa kami akan mulai pindah.

"Bu,aku sudah menyewa orang untuk bersih-bersih rumah itu"

"Besok aku dan ayah akan melihat kesana"

Ibu yang sedang asyik berdiskusi dengan bibi hanya menganggukkan kepala mendengar ucapanku.

***
Keesokan harinya,aku dan ayah pergi kerumah Damar untuk mengecek kondisi rumahnya.
Siapa tahu ada yang butuh diperbaiki.

"Master ada yang membuntuti" ucap bunga kecil.

Aku sedikit panik mendengar peringatan dari bunga kecil.
Apalagi setelah bunga kecil menjelaskan siapa yang telah membuntuti,aku menjadi semakin cemas.

"Aileen ada apa?!"

Mendadak aku bingung harus menjawab apa.
Aku ingin memberitahu ayah tapi takut ayah ikut panik.

"Tak perlu panik begitu,ayah jago menyetir"

"Ini juga jalanan rame"

"Eh,ayah tahu ada yang membuntuti?!" tanyaku dengan terkejut.

"Lho,memangnya ada yang membuntuti kita?!"

"Lha,aku kira ayah sudah sadar?!"

"Ayah dari tadi lihat jalanan,bagaimana ayah bisa tahu?!"

Aku hanya bisa melongo mendengar jawaban ayah.
Dan aku menjadi semakin panik karena bunga kecil baru saja memberitahukan jika orang yang membuntuti kami telah menghubungi komplotannya untuk mencegat mobil ayah.

Tapi tak lama,aku sedikit lebih tenang karena bunga kecil memberitahu jika ia berhasil mengganggu komunikasi mereka.

Aku terus bertelepati dengan bunga kecil untuk menanyakan bagaimana situasinya.

"Kamu tenang saja,tidak akan terjadi apa-apa" ucap ayah yang mencoba untuk menenangkan aku.

Aku hanya bisa mengangguk pelan.
Kemudian ayah memintaku untuk menunjukkan jalan ke kantor polisi terdekat.

"Itu cukup jauh dari sini yah"

Ayah mengangguk dan terus berkata kepadaku jika kita akan baik-baik saja.
Kurasa meskipun ayah terlihat tenang,sebenarnya ayah juga panik.

Tapi anehnya,setelah tahu ayah panik.
Aku malah menjadi lebih tenang.

Setelah berpikir jernih,aku segera menyuruh buah kecil untuk menusuk ban kendaraan yang membuntuti mobil ayah.
Tentu saja kendaraan milik komplotannya juga.

Tiba-tiba aku jadi tersadar,jika jalanan ini sangat dekat dengan universitas ku.
Segera aku memberitahu ayah untuk bergegas kesana.

Disana ada banyak orang,tidak mungkin para pembunuh itu akan masuk kesana.
.
.
.
Terimakasih sudah membaca..😊

Aku hanya suka kaburTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang