Eighth Page

155 26 4
                                    

Musik lokal menemani perjalanan ketiga remaja menuju Mall. Echan menaikan volume sampai kedua temannya semakin bersorak, suara musik yang sangat kencang mungkin saja bisa terdengar dari luar mobil.

"Lam-lamaan asemmu ning atiku~" Echan memimpin kedua temannya, ia yang memang selalu menjadi vokalis utama selalu bernyanyi paling kencang.

"Ngelingi awakmu, nggandeng tangan iki~" Sambung Injun seraya menggerakkan tubuhnya, mengikuti irama lagu dengan menjentikan jarinya.

Ara hanya ikut tertawa dengan tubuh bergoyang mengikuti irama. Ia sangat sulit untuk terlalu heboh, karena ia harus fokus menyetir. Keseruan mereka rupanya harus terhenti karena sudah mulai memasuki basement.

Echan dan Injun yang nampaknya masih asik terlihat kecewa, mereka bersiap untuk memasuki area Mall. Angin pendingin menyambut ketiga remaja yang baru melangkahkan kaki memasuki Mall. Ara memimpin langkah mereka, gadis itu dua langkah berada di depan Echan dan Injun yang sibuk melihat-lihat sekitar.

"Mau beli dimana?" Tanya Echan setelah menyetaraankan langkahnya dengan Ara. Satu tangannya merangkul Ara sedangkan satunya lagi bersembunyi di saku celana.

Ara yang masih bingung hanya mengangkat kedua bahunya. Gadis itu masih melihat-lihat sekitar, mata indahnya terus mencari store pakaian yang ia cari. Injun yang semula berada dibelakang Echan dan Ara mulai mensejajarkan langkahnya, lelaki itu juga ikut merangkul Ara hingga kini Ara terapit oleh kedua temannya.

"Masih bingung, neng?" Tanya Injun yang mulai merasakan pegal di kakinya, padahal belum lama mereka berkeliling.

"Gatau nih, tapi coba liat yang itu dulu yuk." Celetuk Ara menunjuk satu store yang memikat pandangannya. Echan dan Injun mulai bernapas lega, karena tidak biasa Ara memilih store secepat ini.

Mereka mulai memasuki store pakaian pertama. Kedatangannya disambut oleh pegawai, mereka tersenyum seadanya lalu mengikuti Ara yang mulai menjelajah. 

"Menurut lo, kita bakalan ngunjungin berapa toko?" bisik Echan. Posisi Echan dan Injun tepat di belakang Ara, terlalu beresiko jika ia bertanya dengan intonasi normal.

"Satu mall mungkin." Jawab Injun dengan pasrah, ia sudah mengenal teman-temannya walaupun tidak sepenuhnya.

"Chan ... Jun ... liat deh, cewek yang ini kalo cowok yang ini, gimana?" Ara memperlihatkan dua piyama dengan motif berbeda, tetapi tetap terlihat sama dengan motif lucu serta bahan tebal.

Echan dan Injun hanya tersenyum, sebenarnya mereka tidak masalah dengan pilihan Ara. Tetapi, mungkin akan terlihat memalukan memakai piyama pilihan Ara.

"Kok diem? gimana?" celetuk Ara, wajahnya berubah sedikit kesal karena kedua sahabatnya hanya terdiam dan menatap kedua piyama di pegangannya.

"Oke aja gue mah." Ucap Echan pasrah sedangkan Injun hanya tersenyum paksa sembari mengacungkan jempol. Ara menjerit kegirangan, ia dengan cepat mengambil enam pakaian.

"Ga sabar liat ekspresi Jeno pake begituan." Ucap Injun sembari terkekeh, mendengar itu membuat Echan ikut terkekeh.

Hari itu menjadi rekor tercepat mereka berkeliling di Mall, biasanya mereka akan lupa waktu terlebih membawa Ara atau Chia. Tetapi kali ini, bahkan tidak sampai sore menjelang malam. 

Mungkin Ara sangat tidak sabar untuk acara nanti malam.  Gadis itu sangat-sangat menantikan rumahnya itu ramai, walaupun hanya teman-temannya. Tetapi itu cukup bisa membuat keadaan rumahnya kacau, pikir Ara.

° ° °

Lea memperhatikan Ara dan kedua temannya yang tengah bersiap-siap. Ia hanya memperhatikan dari balkon yang terdapat di dalam rumah. Ditemani secangir teh, Lea memperhatikan ruang keluarganya yang sebentar lagi berubah menjadi tempat perkemahan.

Evanescent [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang