Thirty-eighth Page

66 15 4
                                    

Dengan perasaan cemas, keempat lelaki itu berlari menuju pos penjaga, Syukurlah Chia dan Lilo benar-benar ada di sana. Setelah mengatakan terima kasih pada satpam juga pegawai yang menemukan Chia dan Lilo, mereka segera menuju mobil. Membutuhkan dua setengah jam perjalanan menuju rest area terakhir ini, itupun Jeno berkendara dengan kecepatan di atas rata-rata. Beruntung juga tidak terjadi macet, hingga mereka datang tepat waktu. 

Sesampainya di mobil, mereka masih saling terdiam, masih terkejut dengan apa yang telah mereka alami. Sampai akhirnya Lilo buka suara, "Tadi di kamar mandi, gue sama Chia kekunci. Ada mungkin lima belas menit-an, untungnya aja gue sama Chia sebelahan. Sialnya lagi, tu kamar mandi bukan bilik, tapi kamar mandi biasa gitu jadinya gue ga bisa ngolong atau manjat lah seenggaknya." Keempat lelaki itu hanya terdiam mendengar penjelasan Lilo.

"Pas ketemu gimana?" tanya Injun, yang saat ini berada di kursi sebelah pengemudi.

"Kuping gue berdengung, jadi gue coba buat merem sebentar biar suaranya ilang, tapi pas gue bangun ternyata katanya gue sama Chia ditemuin pingsan di samping kamar mandi, anjir bayangin aja gue sama Chia ditaro di semak-semak, bangsat." Lilo menggerutu sembari menunjukan bagian pakaiannya yang kotor.

Chia yang sedari tadi diam akhirnya memberanikan diri untuk bercerita, "Kak, tapi aku dari awal ga ke kamar mandi, aku cuman cuci muka doang." Lilo sontak membelalakan matanya, Chia mengangguk, "Kakak masuk duluan kan ke kamar mandi, nah waktu aku mau masuk kamar mandi sebelahnya, itu jorok banget, ada kotoran ga disiram. Jadi aku nunggu kakak, sambil cuci muka. Karena posisi wastafel di paling ujung, jadi kalo ada yang keluar dari kamar mandi keliatan, kan. Nah itu aku malah ngeliat ada yang keluar dari bilik yang tadi aku cek, karena kaget jadi langsung pingsan." Mendengar penjelasan Chia membuat Injun bergidik lalu menepuk lengan Jeno.

"Itu kali yang lu liat, Jen." Jeno mengangguk, "Bisa jadi, tapi kenapa deh, tuh rest area emang sering begitu apa gimana?" tanya Jeno menatap Lilo.

Gadis itu menggelengkan kepala, "Karena kita mau ambil, Ara. Mungkin itu salah satu hambatannya," sahut Lilo.

"Yaudah, kita tinggal beberapa jam lagi terus sampe, takut keburu gelap." Tandas Echan mengakhiri obrolan mereka, Jeno kembali mengemudi, awalnya Nata mengajukan diri untuk bergantian, tetapi Jeno memaksa agar tetap dirinya yang mengemudi sampai keluar tol.

Selama perjalanan, hanya ada suara Lilo dan Chia yang masih membahas kejadian tersebut. Sedangkan Nata dan Echan lebih memilih makan di kursi belakang, selama perjalanan Nata terus menatap sekeliling jalan. 

"Dari tadi gada macet, ya? perasaan gue liat di map, banyak titik macet, bahkan sampe merah." Nata memberikan ponselnya, Echan yang asik dengan makanannya hanya melirik sekilas, lalu kembali mengunyah makanan seraya mengangkat kedua bahunya.

Nata berdecak sebal melihat respon Echan, karena sudah selesai makan, Nata memilih untuk kembali duduk di tengah. Saat Nata hendak melangkah menuju bagian tengah, tiba-tiba saja Injun berteriak dan mobil mereka banting stir ke arah bibir jalan membuat Nata terlempar dan menimpa Chia juga Lilo.

Echan yang tengah asik makan juga terganggu karena makanannya tumpah, "Kenapa anjir?!" tanya Echan dengan kesal karena pangkuannya kini banyak sekali nasi juga saus.

"Jeno anjing! mau nabrak truk dia, mangkannya gantian aja anjir, gausah maksa!" Injun dengan napas terenga-enga mengomeli Jeno yang masih terdiam, Jeno menggelengkan kepalanya lalu melihat keadaan sahabatnya di belakang.

"Sorry, gue juga gatau kenapa tiba-tiba ngantuk berat, padahal tadi lagi ngobrol sama Injun." Jeno me coba menjelaskan apa yang ia rasakan, Lilo hanya menghela napas, ia menepuk pelan bahu Jeno agar lelaki itu sedikit tenang.

Evanescent [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang