Forty-fourth Page

95 14 15
                                    

Suasana terasa semakin mencekam, sehingga membuat Tian membuka mata setelah mengingat kejadian sebelum akhirnya ia mengumpulkan Ara, Nata, dan Chia di ruangan ini. Tian menatap ke arah bunga abadi sebelum beralih menatap Echan yang lihat masih mencoba menerka apa yang sedang terjadi. Tian beralih menatap lengan Echan, Chia, dan Nata yang terikat sebuah benang merah.

"Chan," lirih Tian membuat Echan yang semula merenung langsung tersentak dan menatap Tian penuh waspada, "Kasih tau Lilo kalian udah kumpul, iket ujung benang lo ke lengan Ara," ungkap Tian lalu melangkah menuju pintu dan lurus memandang lorong.

Walaupun masih diselimuti rasa penasaran, Echan tetap mengikuti apa yang Tian perintahkan.

° ° °

Lilo, Injun, dan Jeno semakin dilanda kekhawatiran karena teman-temannya belum juga memberikan sinyal apapun selama satu jam penuh, sedangkan waktu mereka hanya tersisa dua jam sebelum matahari terbit. Disaat ketiganya termenung menatap danau, tiba-tiba saja benang merah yang terikat di lengan mereka perlahan bersinar, melihat hal itu Lilo segera menoleh ke arah lengannya yang bersebelahan dengan lengan Echan.

Injun dan Jeno membelalakan matanya ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri lengan Lilo dan Echan yang sebelahan semulanya tidak terikat benang kini benang itu muncul dengan sendirinya. Mereka terdiam lalu menatap ke arah Lilo yang tengah menangis terharu.

Lilo menatap ke arah Jeno dan Injun, "Mereka ... mereka udah kumpul," ucapan Lilo membuat Jeno dan Injun menghela napas lega, bersamaan dari itu air danau yang semula tenang tiba-tiba saja berputar dengan sendirinya juga mawar yang mengelilingi danau perlahan bersinar diiringi hembusan angin kencang.

° ° °

Tepat setelah Echan mengikatkan benang merah di lengan Ara, benang tersebut terbelah menjadi dua, membuat Echan membelalakan matanya. Bersamaan setelah benang tersebut terbelah, ruangan tersebut bergetar hebat seolah tengah dilanda gempa bumi bersekala tinggi. Tian yang semula berdiri di dalam ruangan kini maju selangkah, ia menoleh ke arah Echan, "Chan bakar mawar itu!" seru Tian membuat Echan mengelilingi seisi ruangan mencari korek untuk membakar mawar tersebut.

"Bantu cariin korek, weh!" seruan Echan membuat Nata dan Chia segera berkeliling ruangan mencari keberadaan korek untuk membakar mawar tersebut.

Ara memejamkan matanya, "Tolol," monolognya lalu menghampiri Echan dan memukul kepala lelaki tersebut, "Baca mantra pemusnah! maksud Tian begitu!" gertak Ara membuat Echan ber-oh lalu merogoh kantung jaket mencari selembar kertas yang Lilo berikan.

"Lo harus pegang mawarnya, Chan! pecahin lenteranya!" Mendengar perintah Tian, Nata yang kebetulan menemukan sebuah tongkat segera berlari untuk mengambilnya, tetapi langkahnya terhenti saat ia hendak mengangkat tongkat tersebut, melihat Nata yang kesulitan untuk mengangkat tongkat Echan sontak berlari menghampiri dan membantu Nata.

Sayangnya, belum sempat Nata dan Echan menghancurkan lentera terapung tersebut, secara tiba-tiba Tian terpental dan menghantam tembok. Bersamaan dari itu, Echan, Nata, Chia, dan Ara juga sama-sama terpental ke arah Tian. Chia mengerang merasakan kakinya yang semakin sakit, bahkan ia kembali terisak ketika hampir tidak dapat merasakan apapun pada kakinya setelah rasa sakit yang luar biasa.

Nata yang panik mendengar tangisan Chia hendak menghampiri, namun ia pun langsung mengerang ketika kakinya terasa begitu sakit seperti tertimpah batu yang sangat besar, bukan hanya Nata, Echan pun merasakan hal yang sama, ia tak bisa menggerakan kakinya karena rasa sakit yang luar biasa.

Tian mengerang memegang dadanya yang terasa seperti tertusuk, ia melihat ke arah Ara yang saat ini tak sadarkan diri di sebelahnya. Tangannya terkepal ia mencoba beranjak, lalu mengambil botol kecil yang ada di kantung jubahnya, dengan gerakan yang cepat ia membuka botol tersebut dan menyiram keempat remaja tersebut secara menyeluruh lalu mencoba berlari dan memegang lentera bunga abadi.

Evanescent [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang