Fourteenth Page

119 26 3
                                    

Jam istirahat adalah waktu yang sangat dinanti-nantikan oleh semua murid. Terlihat dari murid-murid yang mulai berhamburan setelah bell istirahat berbunyi. Ara, Jeno, Echan, Chia, Injun, dan Nata berlomba-lomba menuju kantin, mereka bertaruh siapa yang terakhir sampai kantin akan menetraktir mereka minum.

Keenam remaja itu tentu tidak ingin menjadi yang terakhir. Mereka terus berlomba walaupun sesekali tidak sengaja menabrak seseorang. Bahkan Injun dan Nata sempat tarik menarik agar salah satu di antara mereka tertinggal. 

"YEY! INJUN TRAKTIR!" sorak gembira Nata setelah berhasil menarik Injun, karena mereka berdua menjadi urutan paling terakhir di antara teman-temannya.

Injun masih mengatur napasnya, ia melirik Nata dengan sinis, "Apaan anjir?! gamau gue, curang tadi," sewot Injun, ia tentu saja tidak terima kekalahan karena kecurangan Nata.

"Dah, kalian berdua yang traktir," tandas Jeno agar tidak jadi keributan. Akhirnya Nata dan Injun menyetujui usulan Jeno, mereka segera berpencar untuk membeli makanan.

Kantin tentu saja selalu ramai, tetapi kali ini tidak seramai biasanya. Walaupun begitu mereka bersyukur, karena tidak perlu kesulitan mencari meja kosong. Setelah selesai membeli makanan, giliran Nata dan Injun memenuhi hukuman mereka.

"Si Kael belom juga masuk sekolah ya?" pertanyaan Chia menjadi pembuka topik mereka. Pertanyaan yang cukup sensitif sebetulnya, tetapi ia terlalu penasaran.

"Gatau, pindah sekolah aja sekalian." Sahut Jeno acuh seraya mengaduk bakso yang baru saja ia racik. Echan dan Ara saling lirik, mereka seperti tidak ingin memancing emosi Jeno.

"Nih! tumben banget anjir ga rame." Injun meletakan nampan berisi tiga gelas, di belakangnya ada Nata yang juga membawa nampan berisi tiga gelas.

"Iya juga ya ... gue juga ngerasa gitu, kayaknya lebih lega aja ga sih?" Echan menyahuti, ia melihat sekeliling kantin. Walaupun ramai, tidak biasanya kantin terasa begitu luas dan tidak bergerumung.

"Pada bawa bekel kali. Gue denger anak kelas 10 ada makan bersama gitu, pada janjian bawa bekel." Celetuk Nata seraya meletakan mangkuk sambal.

"Eh bentar lagi ulangan anjir," celetuk Injun tiba-tiba setelah membuka note di ponselnya.

"Ulangan? masih lama anjir beberapa bulan lagi," sahut Chia.

"Surat edaran juga belom ada, udah ngomongin ulangan aja." Cetus Ara seraya mengambil gelas miliknya.

"Abis ulangan ada yang ultah ga seh?" Perkataan Echan membuat kelima temannya melirik ke arahnya, semua terdiam untuk beberapa detik lalu tersenyum menatap Ara. Ara yang kebingungan hanya menatap satu persatu teman-temannya, kedua alisnya terangkat pertanda ia sangat kebingungan.

"Lo ultah anjir nanti." Ucap Echan menyenggol lengan Ara.

"Eh ... iya ya?" Mendengar jawaban Ara membuat kelima temannya mendengus sebal.

"Bisa-bisanya lupa ultah sendiri, widih dapet KTP nih sebentar lagi," ucap Nata menggoda Ara.

"Di antara kita, siapa sih yang terakhir dapet KTP?" tanya Jeno. 

"Gue, soalnya kan gue ultahnya Oktober." Chia menyahuti seraya mengangkat tangannya.

"Pertama Injun, terus Jeno, Echan, Gue, Ara baru lo." Ucap Nata seraya menunjuk satu persatu temannya.

"Echan sama lo bareng ga sih bikinnya?" Tanya Injun menatap Nata seraya mengaduk minuman menggunakan sedotan. Nata hanya mengangguk, lalu kembali menikmati makananya.

Tiba-tiba saja Ara menghentikan pergerakannya, ada gejolak dari perutnya membuat ia berhenti makan dan memilih minum agar makanan yang masih ia kunyah cepat tertelan. Keringat dingin keluar begitu saja, rasanya ia sudah tidak tahan lagi, "Chi, udah kan makannya?" Chia yang baru saja menyelesaikan makanannya mengangguk dengan mulut masih mengunyah makanan.

Evanescent [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang