Hari ini, tepat tiga hari Echan berada di kampung halaman Syara, kini sudah saatnya ia kembali pulang. Perjanjian awal dengan Syara memang di hari ketiga Echan akan pulang, tetapi sangat kebetulan sekali pagi tadi nenek sudah membaik.
Echan terdiam, melihat koper yang baru saja ia tutup. Isi kepalanya sangat berisik, berbagai pertanyaan menghantuinya setelah melihat kejadian kemarin. Banyak hal yang belum ia ketahui tentang rahasia keluarganya sendiri, ingin mencari tahu pun Echan sudah tak lagi mempunyai energi. Seakan semua telah terserap setelah melihat ritual kemarin.
Suara ketukan pintu menghancurkan lamunan Echan, ia sedikit tersentak sebelum menoleh. Echan tersenyum melihat nenek perlahan membuka pintu kamar. Echan menggeser koper miliknya dan beranjak untuk membantu nenek masuk lalu duduk di sisi ranjang.
Setelah nenek terduduk tak ada sepatah katapun yang keluar, ia hanya memandang Echan sembari tersenyum haru. Tanpa sadar, air mata menetes begitu saja membuat Echan terlihat khawatir.
"Nenek kenapa?" Echan mengeratkan genggaman tangannya seraya mengusap air mata nenek. Wanita sepuh di hadapannya hanya menggelengkan kepala lalu menggapai tangan yang tengah mengusap air mata.
"Gapapa, nenek terharu lihat kamu sudah sebesar ini. Nenek ga menyangka kalo nenek bisa lihat kamu tumbuh sebesar ini, walaupun nenek ga yakin bisa lihat kamu sampe sarjana nanti." Echan tertegun, perkataan neneknya sangat menyayat hati. Perkataan tersebut seolah memberitahu apa yang akan terjadi setelah ini.
Echan berusaha tersenyum dengan menghembuskan napas panjang, "Nenek jangan bilang begitu, pokoknya nenek harus ada sampe Echan punya anak nanti. Ya?" Bukannya menjawab, nenek hanya tersenyum sembari mengusap-usap lengan Echan.
"Sepertinya tidak bisa, Chan. Ada satu hal besar yang sudah seharusnya kamu tahu. Maaf ... maaf nenek baru berani cerita sekarang karena kamu juga pasti baru bisa mencerna semuanya sekarang." Jantung Echan berpacu dengan cepat, Echan sudah tahu pasti apa yang akan nenek beritahu padanya.
Nenek menarik napas dalam sebelum mulai memberitahukan sesuatu pada Echan.
"Dulu, nenek mau banget punya anak cowok karena anak nenek empat cewek semua. Singkat cerita nenek dibutakan oleh ilmu hitam, nenek memperdalam ilmu hitam dan membuat perjanjian pada iblis untuk bisa mempunyai keturunan lelaki." Nenek terdiam sejenak, pandangannya kini jatuh pada tangan Echan.
"Tapi setelah mendalami ilmu hitam, nenek masih tidak bisa mempunyai keturunan lelaki. Nenek hanya bisa membantu seseorang mempunyai keturunan lelaki, walaupun kecewa dengan hasilnya, nenek malah membuka jasa tersebut untuk membantu mereka yang ingin memiliki keturunan lelaki. Begitu tahu nenek seperti itu, ibumu marah besar, Chan."
"Ibumu yang taat sekali itu marah besar sampai nekat kabur dan tidak membawa apapun dari rumah, beruntungnya ada sanak saudara yang nenek amanahkan untuk membantu ibumu sampai akhirnya ibu bertemu ayahmu. Tanpa disangka, ibumu lah yang bisa memberikan keturunan lelaki tanpa bantuan iblis tersebut. Nenek senang sekali walaupun sempat terjadi perdebatan karena nenek tidak diizinkan untuk melihat kamu, Chan."
"Tapi hati ibumu sangat lapang, tanpa mendengar kakak-kakaknya dia izinkan nenek untuk bertemu dan dekat dengan kamu. Tapi itu ga bertahan lama, kamu tau kenapa kamu ga pernah nenek izinkan kesini?" Mendengar pertanyaan nenek, Echan menggelengkan kepalanya pelan.
"Karena nenek sempat ingin memutuskan semua ilmu yang nenek punya, tetapi iblis tersebut bilang cuman kamu yang bisa memutuskan itu sama ... Ara," ucapan nenek membuat mata Echan terbelalak. Seakan sudah mengetahui Echan akan merespon seperti apa, nenek segera menenangkan Echan dengan mengusap punggung Echan sangat lembut.
"Ini sedikit rumit, nenek tau Lea dan Leon ingin melarikan diri karena sebelum nenek sakit dia izin pada nenek. Nenek berusaha agar Ara terbebas, tapi gabisa. Ara adalah ratu, dia anak perempuan pertama yang diminta dari nenek dan itu sudah peraturannya. Anak perempuan pertama dari hasil bantuan nenek harus menjadi ratu dari iblis tersebut. Kalaupun mau melepas Ara, harus ada hukuman yang harus dia jalani." Tubuh Echan menegang, jantungnya kini berpacu semakin cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent [END]
FantasyBeberapa orang, mungkin mempunyai kepribadian yang mengejutkan bahkan untuk orang terdekat. Terkadang, apa yang kita lihat belum tentu bisa menjawab semuanya. Karena pada dasarnya, sebuah pertanyaan tidak memiliki jawaban yang masuk akal, bukan? Seb...