Fifteenth Page

106 24 4
                                    

"Kalian saling kenal?" tanya Ara. Lea melirik Jeno, menangkap apa yang terjadi Lea langsung merubah wajah bingungnya menjadi senyum.

"Iya, Dia lumayan sering ngerjain tugas di sini. Kalo begitu, Saya pamit ya." Lea segera pergi, meninggalkan Jeno yang kini ditatap oleh kelima temannya.

"Apa liat-liat?" sewot Jeno, ia juga mengusap wajah Chia yang berada di samping. Gadis itu menjerit, memukul lengan Jeno yang dengan gampang mengusap wajahnya.

"Chi, rambut lo panjangan nih diliat-liat," ucap Nata membuat Chia memegang rambutnya yang terkuncir. Ia hanya tersenyum lalu mengambil minuman.

"Lah, iya ... baru sadar gue rambut lo udah bisa dikuncir." Ujar Ara seraya memainkan rambut Chia.

"Hooh, gue mau panjangin kayak lo." Ucap Chia seraya menyingkirkan tangan Ara dari rambutnya.

"Oiya, Jen ... gue sempet kelupaan deh, waktu itu lo pernah bilang soal mawar Ara ada lampunya. Itu lampu apaan sih? lo ngomong ga selesai soalnya." Tiba-tiba saja Nata membahas topik yang sudah terlupakan oleh Jeno.

Setelah mendengar pertanyaan Nata, Jeno mengerutkan keningnya. Meneguk minuman di mulutnya lalu melirik Ara sejenak, "Bukannya gue udah cerita ya?" Bukannya menjawab, Jeno malah balik bertanya.

"Lah? gajadi, soalnya dipanggil bang Tian," jawab Nata. Jeno semakin mengerutkan keningnya, karena ia rasa sudah menceritakan apa yang ia lihat sebelum Tian memanggilnya. Bahkan, Nata sempat terkejut dan terus bertanya saat ia bercerita. Kenapa seakan pertanyaan Nata belum mendengar sedikitpun ceritanya?

"Mawar gue kenapa?" Ara angkat suara, ia menatap Nata dan Jeno secara bergantian. Injun diam-diam menghela napas, ia memilih diam dan memerhatikan apa yang akan Jeno katakan.

Injun menggigit pipet plastik menunggu jawaban Jeno, tetapi Jeno hanya menggelengkan kepala. "Gapapa, kayaknya gue salah liat." Tandas Jeno tidak ingin membahas lebih lanjut, ia meneguk minuman terburu-buru setelahnya.

"Ra ... pernah liat mawar emak lo bersinar ga?" Bersamaan dengan pertanyaan mendadak Injun, Jeno tersedak hingga minuman di mulut mengenai Chia yang ada di sebelahnya.

Chia mencerit lalu menatap cipratan air dari mulut Jeno, "JENO! JOROK!" jerit Chia, gadis itu langsung mengusap lengannya ke jaket Jeno.

Ara tetap fokus pada Injun tanpa menoleh ke arah Chia, ia menatap Injun yang sepertinya serius bertanya, "Kenapa emangnya?" Injun menggelengkan kepala, "Gue butuh jawaban, bukan pertanyaan balik." Ucap Injun seraya menyandarkan tubuhnya.

"Engga pernah, karena ada aturan di rumah yang ga boleh di-" Perkataan Ara terputus, secara tiba-tiba ia menoleh kearah Jeno. "LO KE BELAKANG PAS MALEM?" Tanya Ara seraya memukul meja dan beranjak dari posisinya.

Jeno terkejut, ia mengangguk kaku. Sebenarnya bukan hanya Jeno yang terkejut, Echan, Nata, Injun, dan Chia yang berada di sebelahnya ikut terkejut saat Ara mendadak beranjak dari posisinya.

"Ke-kenapa?" tanya Echan, entah kenapa ia menjadi gagap melihat Ara seperti itu.

"Ada beberapa larangan yang mama gue buat. Salah satunya, ga boleh ke halaman belakang diatas jam sepuluh malam." Ungkap Ara lalu kembali duduk dan meneguk minuman, tenggorokannya tiba-tiba saja terasa kering.

"Serius? kenapa lo ga bilang ke kita?" tanya Nata, wajahnya serius menatap Ara yang keliatan gelisah.

"Gue lupa, lagi pula gue mana tau kalian ada yang gabisa tidur. Toh, gue tidur lebih dulu dari kalian." Ungkap Ara seraya menggigiti kuku jarinya. Jeno melihat itu segera menarik perlahan tangan Ara, mengusap lembut sebelum meletakannya di meja.

Evanescent [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang