Fokus murid pada selembar kertas ujian terganggu kala bell pulang terdengar nyaring, seluruh murid yang sedari sepuluh menit lalu sudah tergesa-gesa, semakin tergesa mendengar bising dari luar ruangan. Pengawas ruangan hanya terdiam, membiarkan murid-muridnya beranjak untuk melihat jawaban satu sama lain.
Lelaki paruh baya itu mengetuk-ketuk pena di meja seraya menghitung mundur seiring ketukan penanya. Setelah beberapa menit, ia menghembuskan napas lalu beranjak, "Ayo kumpulkan, selesai ga selesai, kumpulkan!" tegasnya lalu menghampiri satu persatu murid.
Terdengar desahan kesal dari mulut murid, yang mungkin belum menyelesaikan tugasnya. Nata menjadi salah satu korban, ia belum sempat menulis satu jawaban yang tersisa, tetapi kertas ujiannya sudah dirampas begitu saja.
Nata mendelik ke arah Jeno, sedangkan Jeno hanya terkekeh seraya menaikan kedua bahu. Nata berdecak lalu memukul bahu Jeno, "Lo lama sih liatnya, tinggal salin aja ribet bener lo!" cetus Nata lalu melangkah menuju mejanya untuk mengambil barang-barang.
Jeno mendengus, "Padahal tempat dia yang kondusif, kenapa kudu gue aja yang nyalin anjir?! udah tau depan meja gue, meja guru." Jeno bermonolog seraya merapihkan barang-barangnya.
Seakan lupa dengan perdebatan sebelumnya, mereka berdua jalan beriringan menuju ruangan Injun, Ara, dan Chia. Belum sampai di pintu ruangan langkah keduanya terhenti kala melihat Injun yang duduk di bangku depan kelas lalu melirik ke arah belakang mereka. Jeno dan Nata sontak menoleh, terlihat Ara dan Chia tengah bergandengan sembari tertawa.
Nata mengerutkan kening lalu sedikit berlari menghampiri Injun, "Kok, mereka ga pamit ke kita? mau kemana mereka, Jun?" Nata langsung memberikan berbagaimacam pertanyaan pada Injun.
Injun hanya menghela napas seraya menggelengkan kepala, "Gatau, mereka gada bilang apa-apa juga sama gue." Jeno dan Nata saling pandang dengan kening mengerut mendengar jawaban Injun.
"Yang bener aja, jing." Seakan tak percaya, Jeno meyakinkan sekali lagi jawaban dari Injun. Injun hanya berdecak, ia telah menduga jika keduanya tak akan percaya dengan ucapannya.
"Ngapain amat gue boong, gue nanya aja di jawab kepo sama mereka," tutur Injun dengan intonasi tenang, walaupun ia sangat kesal dengan ketidak percayaan Jeno dan Nata padanya
° ° °
Mobil putih berhenti di pinggir jalan dekat danau, kedua gadis berseragam keluar lalu duduk di kap mobil dan memandang danau yang cukup tenang kala itu. Hening beberapa saat menyelimuti keduanya, sampai helaan napas membuat salah satu diantaranya menoleh.
"Anak-anak yang lain ga lo kasih tau?" Satu pertanyaan sebagai pembuka topik mereka, Ara menatap Chia yang hanya lurus menatapnya sembari tersenyum lalu menggeleng lemah. Kembali menatap danau lalu bersandar dengan tumpuan kedua tangan.
"Gue bingung, Ra. Entah mulai dari mana gue harus cerita ke mereka, buat ngasih tahu semua info ini ga mudah, Ra." Ara terdiam, apa yang dikatakan Chia memang benar. Info seberat ini akan membebankan teman-temannya, terlebih saat ini mereka tengah ujian.
"Ra," Ara menoleh menatap Chia yang tak menatapnya, "Bentukan iblisnya gimana?" Pertanyaan Chia entah mengapa membuatnya terkekeh, Chia menoleh mendengar kekehan Ara akan pertanyaannya.
Ara menggeleng kepala, "Gue ga liat, kita cuman duduk melingkar di kubangan? soalnya kayak cuman lingkaran ga begitu banyak, dan ini mungkin ga akan lu percaya. Tapi, Chi ... air itu jernih banget asle." Ara menaikan dua jarinya, seolah bersumpah jika dirinya tak berbohong.
"Sejernih apaan emangnya?" Tanya Chia membuat Ara terdiam, kemudian mencoba untuk mengingat kembali kejadian kemarin.
"Jernihnya sampe kek ada Kilauan gitu, padahal gue ka sana malem dan cahaya pun minim. Terus, Chi ... setelah gue di suruh merem, langsung ada suara yang ngegema. Jadi gue gatau secara spesifik bentukan iblisnya gimana." Ara menjawab sesuai apa yang ia alami kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent [END]
FantasyBeberapa orang, mungkin mempunyai kepribadian yang mengejutkan bahkan untuk orang terdekat. Terkadang, apa yang kita lihat belum tentu bisa menjawab semuanya. Karena pada dasarnya, sebuah pertanyaan tidak memiliki jawaban yang masuk akal, bukan? Seb...