Forty-first Page

79 14 6
                                    

Setelah membuka mata, Chia dan Injun sangat terkejut karena posisi mereka tertukar. Saat membuka mata, Chia melihat lorong sunyi penuh dengan lentera.

(Pict Cr Pinterest)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Pict Cr Pinterest)

Dengan perasaan cemas, Chia terus memperhatikan sekitar sehingga Echan menggenggam tangannya erat, "Percaya sama gue, kita pasti bisa, lo inget kan apa tugas, Injun?" tanya Echan dengan intonasi rendah, ia sebisa mungkin membuat Chia tenang disaat seperti ini.

Chia ingin sekali menangis, tetapi berusaha memberanikan diri mengingat jika dialah yang akan langsung bertemu dengan Ara. Chia mengangguk dengan yakin, "Gue inget semuanya, mulai sekarang?" Echan tersenyum, ia mengusap perlahan punggung tangan Chia sebelum membiarkan Chia melangkah lebih dulu untuk mematikan lentera-lentera yang tergantung di sepanjang lorong.

° ° °

Lilo membelalakkan matanya begitu dirinya bertatapan dengan Injun, bukan hanya Lilo, Jeno pun bereaksi yang sama ketika melihat Injun membuka matanya, "Loh," Jeno menunjuk Injun sembari melihat ke arah Lilo, "Kok bocah masih di sini, ka?" tanya Jeno lalu melihat Chia yang berada di samping Injun. Semakin terkejut jika gadis yang berada di sebelah Injun tetap memejamkan matanya.

Lilo menghela napasnya, ia melirik Injun, "Gue lupa bilang, ga boleh ada yang ngucapin kalimat itu selain yang mau masuk, karena udah pasti dia yang bakalan masuk." Mendengar penjelasan Lilo yang terlambat, Injun sedikit menyesal, karena dirinya salah ucap, hingga Chia menjadi korban.

"Bocah pasti ketakutan banget," lirih Injun melihat kening Chia yang sedari tadi mengkerut juga mata yang terpejam erat.

Lilo menghela napas, "Echan pasti bisa ngatasin, kita cuman perlu jagain raga mereka. Inget satu hal, jangan nengok kemanapun saat ada yang manggil, kalian cuman ingat satu hal ini. Kita bisa berinteraksi sama Echan, Nata, dan Chia cuman lewat benang ini, selebihnya itu gangguan." Mendengar penjelasan Lilo, bulu kuduk Injun seketika berdiri, tetapi ia mencoba untuk memberanikah diri sembari melihat air danau yang begitu berkilau.

"Gue dari tadi salpok sama nih air," ucap Jeno menatap lurus ke arah danau, Injun mengangguk menyetujui ucapan Jeno. Lilo tersenyum, "kalo kalian sadar, nih air juga ada di rumah Ara. Ini air biasanya digunain buat nyiram mawar yang mereka rawat." Jeno sontak melirik ke arah Lilo sejenak lalu bertatapan dengan Injun. Ingatan mereka berdua langsung tertuju dengan jejeran air vitamin tanaman yang ada di kulkas Ara.

"Air ini sekaligus obat buat Ara sih, kayaknya buat rendaman mawar yang gugur gitu," ucap Lilo lalu melirik ke arah Jeno dan Injun yang terus memperhatikannya, "gue yakin kalian punya banyak pertanyaan tentang Ara, gue bakal bantu jawab semuanya," ucap Lilo seraya melihat jam tangan, ia kembali menatap Jeno dan Injun. Sedari awal bertemu, Lilo yakin sekali banyak pertanyaan di kepala mereka yang sampai saat ini belum menemukan jawaban.

"Gue dulu, karena dari awal gue yang nyadar semua ini," celetuk Jeno, karena memang dialah yang pertama kali menemukan semua keanehan pada Ara, Jeno sedikit mengarahkan tubuhnya menghadap Lilo, "Mawar Ara itu bersinar kapan aja? apa cuman saat-saat tertentu? karena gue sama Nata, Injun, Echan sempet mau mastiin dengan nginep di rumah Ara, anehnya mawar itu ga bersinar, tapi di beberapa malam lainnya mawar itu bersinar dan ga bisa kita rekam atau foto, Ka." Lilo tersenyum mendengar pertanyaan Jeno.

Evanescent [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang